Headline

Koruptor mestinya dihukum seberat-beratnya.

Fokus

Transisi lingkungan, transisi perilaku, dan transisi teknologi memudahkan orang berperilaku yang berisiko.

10 Perupa Ikuti Memotret Yogyakarta Kini

Agus Utantoro
18/4/2021 08:29
10 Perupa Ikuti Memotret Yogyakarta Kini
Perupa asal Malang, Sadikin, ikut berkiprah dalam ajang Memotret Yogyakarta Kini di Yogyakarta.(MI/Agus Utantoro)

BERTEMPAT di halaman Kantor DPD PDI Perjuangan Daerah Istimewa Yogyakarta, sebanyak 10 perupa dari Yogyakarta dan sekitarnya, mengikuti
melukis bersama yang bertajuk 'Memotret Yogyakarta Kini', Sabtu (17/4).

Kegiatan yang merupakan praevent pameran seni rupa AKARA itu diikuti Januri, Bambang Heras, Tjokorda, Wilman S, Sadikin, Rismanto, Suharmanto, Laksmi, Dyan Anggraini, dan Hadi Soesanto.

Dalam aksi yang menarik banyak orang untuk menyaksikan para perupa berkarya tersebut, para perupa menunjukkan keahlian mereka dalam melukis
dengan mempraktikkan gaya dan karakter masing-masing dalam menangkap secara cepat objek, karakter objek, serta kedalaman objek.

Baca juga: Pulihkan Ekonomi, Pemkot Tasikmalaya Izinkan Tempat Wisata Buka

Sekretaris DPD PDI Perjuangan DIY GM Totok Hedi Santosa mengatakan Yogyakarta sebagai kota budaya kaya memiliki keragaman seni dan keunikan karakter masyarakatnya.

"Yogyakarta juga kota yang masih ramah dan terbuka bagi warganya yang terpaksa mencari penghasilan di jalanan," ujarnya.

Realita itu bisa dilihat di perempatan-perempatan kota yang banyak memunculkan manusia silver. Sebuah art performance dari orang yang melumuri tubuhnya dengan cat perak dan berdiri mematung selama traffic light berwarna merah.

Ada pula badut dengan kostum karakter tokoh kartun yang berjoget diiringi musik dangdut populer serta sekelompok pengamen yang menggunakan instrumen angklung dan perkusi.

Selain dari seni pertunjukan, Yogyakarta juga punya kekhasan tempat kuliner berupa angkringan. Warung makan kecil yang menyajikan makanan dan minuman tradisional dengan gerobaknya menjadi penambah ragam ikon kota ini. Tidak ketinggalan sepeda ontel yang jadi ciri khas alat transportasi di Yogyakarta.

"Fenomena-fenomena itu adalah secuil dari keunikan kehidupan sosial dan budaya masyarakat Yogyakarta yang nantinya akan menjadi ide dan subyek bagi para seniman untuk dituangkan ke dalam kanvas dalam acara melukis on the spot ini," kata Totok.

Salah satu perupa, Sadikin, asal Malang, Jawa Timur mengungkapkan kehadiranya ini selain untuk mengikuti kegiatan seni, juga untuk menunjukkan kepada masyarakat bahwa keterbatasan tidak boleh menjadi halangan berkarya dan pandemi tidak berarti berhenti sama sekali.

Perupa difabel yang tidak memiliki tangan ini, menggoreskan kuas di atas kanvas dengan menggunakan mulut dan kaki.

Dalam waktu 25 menit, Sadikin menyelesaikan karyanya yang menggambarkan dua ekor ayam jantan yang sedang berlaga.

Pameran lukis Akara sendiri akan digelar di Kantor DPD PDI Perjuangan DIY pada 5 sampai 30 Juni 2021 untuk memperingati Bulan Soekarno.

Ada 78 perupa di Yogyakarta yang terlibat dalam perhelatan seni ini antara lain, Butet Kartaredjasa, Ong Hari Wahyu, Bambang Herras, Budi Ubrux, Bunga Jeruk, Agung Pekik, Laksmi Shitaresmi, Nasirun, Ugo Untoro, dan Putu Sutawijaya.

Acara tersebut diakhiri dengan pembagian takjil untuk berbuka puasa serta hand sanitizer dan masker sebagai bagian dari aksi hidup bersih mencegah penularan covid-19. (OL-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik