Headline

Hakim mestinya menjatuhkan vonis maksimal.

Fokus

Talenta penerjemah dan agen sastra sebagai promotor ke penerbit global masih sangat sedikit.

NTT Terima Bantuan 1.000 Boks Makanan Terapi Gizi Buruk

Palce Amalo
13/3/2021 07:26
NTT Terima Bantuan 1.000 Boks Makanan Terapi Gizi Buruk
Makanan terapi yang diberikan pada balita dengan gizi buruk atau stunting(Dok: Unicef NTT)

PROVINSI Nusa Tenggara Timur (NTT) menerima bantuan 1.000 boks Ready-to-Use Therapeutic (RUTF) atau makanan terapi khusus bagi anak balita usia 6-59 bulan yang menderita gizi buruk tanpa komplikasi medis.

Ribuan boks RUTF tersebut diserahkan Kepala Perwakilan Unicef NTT dan NTB Yudhistira Yewangoe kepada Kepala Dinas Kesehatan, Kependudukan dan Pencatatan Sipil NTT dokter Messerassi B V Ataupah.

Dukungan RUTF dari Unicef kepada pemerintah daerah NTT diharapkan dapat membantu upaya pemenuhan hak anak, yakni pengentasan gizi buruk sehingga menjamin kelangsungan hidup dan tumbuh kembang serta mendukung upaya pemerintah daerah provinsi NTT dalam mencegah stunting.

Anak yang menderita gizi buruk selain berisiko meninggal hampir 12 kali dibandingkan anak sehat, jika tidak ditangani dengan benar berisiko menjadi anak stunting.

RUTF adalah makanan padat gizi berbentuk pasta yang diberikan kepada anak berusia 6-59 bulan yang menderita gizi buruk tanpa komplikasi melalui layanan rawat jalan. RUTF merupakan makan terapi gizi yang direkomendasikan oleh kementerian kesehatan bagi anak gizi buruk tanpa komplikasi yang menjalani layanan rawat jalan di puskesmas atau pustu.

Satu bungkus RUTF ini memiliki berat 92 gram dengan jumlah kalori sebesar 500 kkal, telah diperkaya dengan berbagai vitamin dan mineral, sangat lengkap sesuai dengan kebutuhan terapi gizi anak gizi buruk. Jumlah pemberiannya juga berdasarkan berat badan anak dan dapat dikonsumsi bersamaan dengan air putih ataupun Air Susu Ibu (ASI), bila anak masih menyusui.

Baca juga: Mengatasi Stunting dan Gizi Buruk di NTT dengan Bernas

Makanan tinggi kalori ini rasanya enak, mirip dengan selai kacang. Jika orangtua dan tenaga kesehatan dapat memastikan kesesuaian pemberian pada masa terapi, maka berat badan anak akan naik sesuai dengan yang diharapkan dan mempercepat proses pemulihan status gizinya.

Sejak 2018, Dinas Kesehatan NTT bersama Unicef bekerja sama dalam usaha pencegahan dan penanganan angka gizi buruk pada balita melalui perluasan program Pengelolaan Gizi Buruk Terintegrasi (PGBT) di seluruh kabupaten dan kota.

Program ini merupakan kelanjutan dari pilot yang dilakukan di enam puskesmas di Kabupaten Kupang sejak periode Oktober 2015-April 2018. Berdasarkan hasil pilot yang meyakinkan, mulai tahun 2017 pilot program PGBT mencapai 3 dari 4 standard performa global yakni angka kesembuhan kurang dari 75%, dropout kurang dari 15% dan kematian kurang dari 10%.

Karena itu, sejak tahun 2018, Pemprov NTT melalui dinas kesehatan mengembangkan peta jalan perluasan layanan PGBT ke 22 kabupaten dan kota secara bertahap dengan bantuan teknis dari Unicef. Khususnya, program PGBT merupakan salah satu program unggulan yang diusung oleh pemerintah NTT melalui Dinas Kesehatan Provinsi NTT sejak 2018, dalam upaya pencapaian 1 dari 3 target quick wins gubernur dan wakil gubernur periode 2018-2023, yakni pencegahan dan penanganan anak stunting.

Pada 2020, sebanyak 835 orang anak gizi buruk telah mendapatkan pelayanan rawat jalan dengan RUTF dan pengasuh juga diberikan konseling gizi terkait teknis pemberian RUTF selama perawatan oleh tenaga terlatih agar dapat menunjang pemulihan anak.

Bila anak sudah mulai pulih, dapat ditambahkan konseling Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA) sehingga orangtua memahami bagaimana memenuhi asupan gizi anak dengan makanan rumah tangga. Unicef menyampaikan harapan agar program ini bisa menjadi bekal di masa depan untuk mendukung kesehatan setiap anak di NTT.

"Pandemi covid-19 berdampak besar terhadap kesejahteraan, keselamatan dan masa depan anak. Kerja sama erat yang terjalin antara Pemerintah Provinsi NTT dan Unicef adalah bentuk upaya untuk memberikan yang terbaik bagi anak-anak, termasuk dalam upaya penanganan gizi buruk yang dialami sekitar 4,6% anak di NTT," kata Yudhistira Yewangoe, Jumat (12/3).

"Saya berharap setiap anak di NTT dan di mana saja bisa tumbuh sehat dan meraih masa depan terbaik yang mereka cita-citakan," imbuhnya.

Kepala Dinas Kesehatan, Kependudukan dan Pencatatan Sipil NTT dokter Messerassi BV Ataupah berharap pemberian RUTF dapat membantu memperbaiki masalah gizi buruk di  NTT.

"RUTF ini sifatnya sementara untuk terapi pemenuhan gizi anak, gizi buruk tetapi setelah sembuh maka tujuan utama adalah penguatan kemandirian akses dan kecukupan pangan serta pola asuh anak di tingkat rumah tangga yang perlu dibangun dengan pendampingan dari pemerintah secara khusus tenaga kesehatan setempat," tukasnya.

Kegiatan lain terkait perbaikan gizi balita yang didukung Unicef bagi pemerintah NTT khususnya pada masa covid-19 yang telah dilaksanakan adalah pemberian pita lingkar lengan atas (LiLA) bagi keluarga. Ini dilakukan agar keluarga bisa memantau dan melaporkan status gizi balita tersebut.

Kemudian pelaksanaan webinar dan radio talkshow dengan topik gizi, berbagai sosialisasi program gizi bagi tenaga kesehatan, kader, dasawisma PKK dan juga sosialisasi bagi masyarakat awam yang dilakukan oleh tokoh agama dan tokoh masyarakat serta pengenalan konseling online terkait gizi buruk menggunakan platform WhatsApp.

Program pengentasan gizi buruk ini memiliki kekuatan dimobilisasi masyarakat. Bila pelibatan masyarakat berhasil dalam mencari dan menemukan anak gizi buruk melalui skrining, maka dipastikan kasus gizi buruk di wilayah tersebut akan cepat teratasi.(OL-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya