Headline

Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.

Fokus

F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.

Saat Sungai dan Rawa Tak Lagi Bersahabat

Denny Susanto
12/2/2021 09:59
Saat Sungai dan Rawa Tak Lagi Bersahabat
FAJI Kalsel bekerjasama dengan Global Rescue Network menyalurkan bantuan peralatan kebersihan untuk warga korban banjir di Kalsel.(MI/Denny Susanto)

CUACA mulai membaik dalam beberapa hari terakhir, meski hujan dengan intensitas rendah hingga sedang masih turun di sejumlah wilayah di Kalimantan Selatan. Di Kabupaten Banjar salah satu daerah terparah dilanda bencana banjir, warga disibukkan bergotong royong membersihkan rumah dan infrastruktur desa yang rusak setelah terendam banjir lebih dari sebulan terakhir.

Areal permukiman warga yang sudah surut dipenuhi sampah dan lumpur sisa banjir. Sementara di beberapa tempat air masih menggenangi halaman dan jalanan desa. Garis bekas air masih menempel hingga satu meter di dinding rumah warga menandakan betapa parahnya bencana banjir kali ini.

Warga Desa Murung Keraton, Kecamatan Martapura terutama kaum ibu sangat senang dengan tibanya bantuan berupa peralatan kebersihan (cleaning kit) yang dibawa rombongan Satgas Banjir Federasi Arung Jeram Indonesia (FAJI) Kalsel bekerjasama dengan Global Rescue Network (GRN). 

"Saat ini warga bergotong royong membersihkan rumah dan fasilitas umum bekas banjir," tutur Abdul Aziz, tokoh agama Desa Murung Keraton.

Penyaluran bantuan cleaning kit ini juga ditujukan kepada warga korban banjir yang berada di sepanjang daerah aliran Sungai Martapura menggunakan perahu karet. Selain bantuan tanggap darurat berupa kebutuhan pokok, peralatan kebersihan dan air bersih sangat dibutuhkan warga korban banjir.

"Masih banyak warga korban banjir di daerah yang sulit dijangkau dan harus menggunakan perahu," ujar Pembakal (Kepala Desa) Bincau Muara.

Banyak warga yang bermukim di sepanjang daerah aliran sungai (DAS) mulai berpikir untuk pindah ke lokasi lebih aman. Hingga kini banjir di Kalsel masih merendami wilayah hilir DAS Barito seperti Kabupaten Banjar dan Barito Kuala. Sungai dan rawa yang selama ini menjadi sumber kehidupan dan ekonomi warga seolah tidak lagi bersahabat.

Banjir Ancam Lumbung Pangan Kalsel

Di sepanjang ruas jalanan desa para petani menjemur padi hasil panen. Tidak seperti pada umumnya bulir padi yang dijemur bukan berwarna kuning melainkan coklat kehitaman, karena sekian lama terendam banjir.

"Kami terpaksa memanen padi yang terendam banjir karena ini sumber penghasilan kami. Jika tidak bisa lagi dijual maka akan kami konsumsi sendiri," tutur Hasan,53 petani di Desa Sungai Pinang. 

Menurut Hasan banjir yang terjadi sejak akhir Desember 2020 tersebut merupakan terparah yang dialami selama ini. KH Khalilurrahman, Bupati Banjar dihadapan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo beberapa waktu lalu mengungkapkan bencana banjir sejak sebulan terakhir hingga kini masih merendam sejumlah wilayahnya. Tercatat ada 207 pada 19 kecamatan terdampak banjir. Kabupaten Banjar yang merupakan lumbung pangan utama di Kalsel ini mengalami kerugian hingga Rp38 miliar.

baca juga: Obyek Wisata dan Jasa Lingkungan di Kalsel Rusak Akibat Banjir

Sementara data Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura Kalsel, luas lahan pertanian yang terdampak bencana banjir di 11 kabupaten/kota mencapai 121 ribu hektar dimana 46 ribu hektar diantaranya mengalami puso. Kalsel pun kehilangan potensi panen hingga ratusan ribu ton.

Sedangkan data Serikat Petani Indonesia menyebutkan angka jauh lebih besar seperti kerusakan lahan pertanian mencapai 208 ribu hektar. Perlu solusi segera dari pemerintah untuk menyelamatkan para petani yang sebagian besar berada di daerah aliran sungai. (OL-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya