Headline

Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.

Fokus

Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.

Marak Invest Dinar, Kliring Berjangka Siapkan Kontrak Emas Digital

Rudi Kurniawansyah
07/2/2021 13:32
Marak Invest Dinar, Kliring Berjangka Siapkan Kontrak Emas Digital
Dirut PT Kliring Berjangka Indonesia (Persero) Fajar Wibhiyadi.(MI/Rudi Kurniawansyah)

DIREKTUR Utama (Dirut) PT Kliring Berjangka Indonesia (Persero) Fajar Wibhiyadi menegaskan pihaknya bersama Antam dan PT Bursa Berjangka Jakarta/JFX sedang menyiapkan transaksi emas digital untuk investasi berjangka. Hal itu terkait fenomena maraknya investasi dinar emas dan logam mulia serta pasar muamalah yang di tengah masyarakat.

"Kita akan masuk ke transaksi emas digital. Dalam waktu dekat," kata Fajar di sela kegiatan media gathering bersama PT Rifan Financindo Berjangka (RFB) Pekanbaru, kemarin (7/2).

Ia menjelaskan, transaksi dinar di pasar muamalah yang berkembang di masyarakat mempergunakan nilai Antam. Transaksi barter barang dengan emas itu jelas menyalahi aturan hukum di Indonesia karena mata uang resmi adalah rupiah. Apalagi persepsi masyarakat yang seolah-olah menuding investasi di bursa berjangka seperti bermain judi karena tak ada kepastian.

"Jadi berbeda di pasar berjangka. Transaksi kita ini ada hitungan teknis dan analisisnya. Hingga kondisi ekonomi marketnya. Ada riset, development, jadi tidak bisa langsung lempar gitu," terang Fajar.

Ia juga mengungkapkan, pasar kliring didukung oleh ulama dengan bukti komisarisnya dari MUI. Namun terkait mekanisme syariah, pihaknya segera mengaturnya.

Fajar mengatakan pihaknya menjamin segala transaksi di bursa berjangka. Namun yang paling banyak disalahpahami ialah PT KBI hanya menjamin transaksi bukan dananya. "Kami yakinkan transaksi semua dijamin. Apalagi bursa berjangka diatur dengan banyak regulasi jadi aman," ujarnya.

Ia menambahkan, sejauh ini industri investasi bursa berjangka diuntungkan dengan sistem online. Sehingga pada masa pandemi Covid-19, investasi berjangka tidak berdampak pada resesi ekonomi.

Sementara Direktur Utama (Dirut) PT Bursa Berjangka Jakarta/JFX Stephanus Paulus Lumintang menegaskan prospek investasi berjangka yang cerah pada masa pandemi Covid-19.

Bahkan investasi berjangka bilateral dan multilateral emas, kopi, dan coklat terbukti ampuh tidak mengenal resesi ekonomi dengan memecahkan rekor transaksi sebesar 9,5 juta lot pada 2020.

"Investasi berjangka tidak mengenal resesi. Itu karena adanya peluang untuk mendapatkan return terbaik," kata Stephanus Paulus Lumintang didampingi Dirut PT Kliring Berjangka Indonesia Fajar Wibhiyadi, dan Pimpinan Cabang PT Rifan Financindo Berjangka (RFB) Pekanbaru Liwan Thio.

Paulus menjelaskan, ketahanan investasi berjangka bukan hanya dibuktikan pada masa pandemi Covid-19 dengan rekor dipecahkan 9,5 juta lot pada 2020, namun juga pada tahun sebelumnya 2019 yakni  hampir 8 juta lot transaksi. Sedangkan pada 2021, pihaknya optimistis memasang target dengan menambah lagi 1,6 juta lot transaksi atau total target sebanyak 11 juta lot pada 2021.

"Seperti RFB (Rifan) market shares mencapai sekitar 19% dan menjadi rangking pertama pada 2019 hingga 2020. RFB Pekanbaru adalah yang terbaik. Pertumbuhannya di atas normal di Indonesia," jelas Paulus.

Ia mengungkapkan, pada masa resesi akibat pandemi Covid-19 ditemukan fenomena yaitu banyaknya masyarakat yang terjerumus investasi bodong. Padahal pada 2020 keterpurukan terjadi di seluruh industri finansial. Bahkan berkepanjangan sampai 2021.

"Bagaimana seandainya dalam resesi ekonomi masyarakat terjerumus dalam investasi tidak benar. Saat ini banyak sekali masyarakat terjerumus investasi yang tidak seharusnya. Rifan berjangka harus melakukan pendidikan investasi kepada masyarakat," tegas Paulus.

Menurutnya, fenomena masyarakat yang terjebak dalam investasi bodong lantaran kurangnya literasi karena beberapa faktor. Di antaranya literasi keuangan perdagangan berjangka yang masing sangat kecil. Adapun literasi terbesar dipimpin industri perbankan namun masih belum mencapai 50% atau hanya sekitar 40% yang berarti cuma mencakup 65 juta penduduk Indonesia.

"Saat ini industri perdagangan berjangka membantu tingkat pengangguran. Itu terbukti dari kian bertambah keikutsertaan karyawan yang terkena resesi untuk berinvestasi pada perdagangan berjangka dan berhasil membantu ekonomi mereka," terang Paulus. (RK/OL-10)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Denny parsaulian
Berita Lainnya