Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Desa Sindangasih Pelopori Budi Daya Tanaman Porang di Cianjur

Benny Bastiandy
17/1/2021 13:18
Desa Sindangasih Pelopori Budi Daya Tanaman Porang di Cianjur
Petani menunjukkan umbi tanaman Porang (Amorphophallus Muelleri)(ANTARA FOTO/Yusuf Nugroho)

DESA Sindangasih, Kecamatan Karangtengah, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, bisa dikatakan sebagai salah satu daerah yang mempelopori budi daya tanaman porang di Kabupaten Cianjur. Keberadaan budi daya porang di wilayah itu mulai dilirik desa lain yang ingin mengembangkan komoditas serupa, tak terkecuali para pejabat maupun orang penting di Kabupaten Cianjur.

Di lahan seluas lebih kurang 1 hektare, tanaman jenis umbi-umbian ini mulai bertunas dan tumbuh umbi sejak kali pertama memasuki masa tanam pada November 2020.

"Mulai tumbuhnya itu biasa pada bulan 1 (Januari). Hitung-hitungan, nanti panennya sekitar bulan 6 (Juni) atau bulan 7 (Juli)," kata Yandi Setiandi, petani porang di Kabupaten Cianjur, Minggu (17/1).

Di Kabupaten Cianjur memang masih cukup langka petani yang membudidayakan tanaman porang. Padahal, komoditasnya banyak dibutuhkan pasar luar negeri sebagai bahan baku berbagai produk kecantikan.

Konon, tren penjualannya yang saat ini cenderung meningkat karena permintaan kebutuhan juga ikut meningkat, terutama dari luar negeri. Ditambah juga harga jual porang yang terbilang cukup mahal.

Dari 1 hektare lahan, ia membutuhkan sekitar 40 ribu bibit atau biji tanaman porang. Ada tiga jenis bibit tanaman porang yaitu katak, umbi dan polybag.

"Kalau ingin irit modal, bisa menggunakan bibit jenis katak. Harga per kilogramnya sekitar Rp300 ribu yang isi 300 biji. Jadi, kalau untuk 1 hektare, berarti membutuhkan sebanyak 120 kilogram. Dihitung-hitung, untuk modal bibit hanya Rp40 juta," terang Kang Haji, sapaan akrab Yandi Setiandi.

Baca juga:  Gubernur Erzaldi Tanda Tangani Kerja Sama Kemitraan Tanaman Porang

Untuk proses pemupukan, kali pertama menggunakan kompos dari kotoran kambing. Estimasi volume penggunaannya di lahan 1 hektare sekitar 200 kilogram. Selang sebulan kemudian setelah proses tanam, dilakukan lagi pemupukan kedua yang masih menggunakan kompos kambing. Yandi memastikan, pengembangan tumbuhan porang yang dilakukannya ramah lingkungan karena menggunakan pupuk organik.

"Pada bulan kedua setelah tumbuh batang dan daun, kita gunakan pupuk kompos kotoran sapi. Ini akan berpengaruh terhadap pertumbuhan umbi. Jadi ada dua macam pupuk kompos yang kami gunakan," ucapnya.

Yandi menuturkan awalnya hanya mengembangkan tumbuhan porang di lahan 1.000 hektare. Hasil dari panen digunakan sebagai bibit. Setelah diestimasi secara finansial, ada keuntungan yang bisa diperoleh.

Ia pun mulai berani mengembangkannya di lahan lebih luas. Ia mengatakan ada empat lokasi yang dijadikan lahan pengembangan tanaman porang dengan luas mencapai sekitar 5,4 hektare.

"Di Desa Sindangasih baru dikembangkan di lahan seluas 1 hektare," terang Yandi.

Saat akan memasuki masa panen nanti akan diawali terjadinya dorman atau daun gugur dengan sendirinya. Selama terjadinya proses itu aka didiamkan selama 2 pekan.

"Setelah itu baru bisa dipanen," ungkapnya.

Harga jual umbi porang bisa mencapai kisaran Rp12-15 ribu per kilogram. Yandi biasa menjual hasil panennya ke Kabupaten Madiun, Jawa Timur.(OL-5)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya