Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

BPBD Wonogiri Sikapi Peringatan BNPB Soal Banjir dan Longsor

Widjajadi
12/1/2021 15:04
BPBD Wonogiri Sikapi Peringatan BNPB Soal Banjir dan Longsor
Kalakhar BPBD Wonogiri Bambang Haryanto.(MI/Widjajadi)

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Wonogiri melakukan gerakan untuk mitigasi bencana dan penguatan desa tangguh bencana, sebagai keseriusan menyikapi peringatan dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). BNPB meminta daerah untuk mewaspadai kemungkinan banjir, longsor, dan pohon bertumbangan saat puncak musim hujan di bulan Januari hingga Februari nanti.

"Peringatan dari BNPB yang dialasi prediksi BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika) ini memang harus disikapi dengan serius. Apalagi Wonogiri merupakan daerah rawan bencana alam dengan potensi sangat tinggi, dan masuk sebagai zona merah bencana," tegas Kepala Pelaksana Harian (Kalakhar) BPBD Wonogiri Bambang Haryanto kepada Media Indonesia, Selasa di Wonogiri (12/1).

Menurut dia, hampir semua jenis bencana berpotensi terjadi di Kabupaten Wonogiri, baik musim penghujan maupun musim kemarau. Seperti bencana banjir, tanah longsor, tanah bergerak, tanah ambles, angin kencang yang memunculkan dampak pohon pohon bertumbangan.

Karena itu, bersama dengan para relawan dan juga instansi terkait seperti TNI, Polri, dan instansi lain di tingkat kecamatan hingga desa, terus melakukan gerakan mitigasi bencana. Semua itu dilakukan sebagai upaya meminimalisasi resiko bencana dan munculnya korban.

Karena meratanya potensi bencana, BPBD Wonogiri jiga terus membentuk Desa Tangguh Bencana (Destana) di semua wilayaj. Saat ini sedikitnya sudah terbentuk 170 Destana dengan relawan kebencanaan tingkat desa yang tangguh.

Keberadaan ribuan relawan kebencanaan di tingkat desa se-Kabupaten Wonogiri, terlihat sangat efektif mempercepat proses penanggulangan bencana alam yang muncul, baik itu banjir, longsor, tanah gerak, dan tanah ambles dan juga kebakaran.

"Seperti banjir di Nguntoronadi beberapa waktu lalu, bisa ditangani dengan cepat tanpa korban. Begitu halnya longsor di sejumlah wilayah juga bisa ditanggulangi cepat oleh relawan Destana. Juga penyikapan atas batu raksasa yang mau longsor karena tanah pendukungnya ambles, juga bisa ditangani. Di atas batu raksasa itu masih ada batu yang lebih besar lagi,sehingga warga di bawah telah dievakuasi," imbuh Bambang.

Pada bagian lain, BPBD Wonogiri juga berkoordinasi denhan Balai Besar Wilayah Bengawan Solo (BBWSBS) untuk menanggulangi pendangkalan sungai di bagian hulu Waduk Gajah Mungkur. Selain itu juga berkoordinasi dengan Perhutani, untuk menangani penghijauan di lahan kemiringan tinggi, sebagai penguatan tanah agar tidak longsor.

Yang jelas dengan penguatan mitigasi dan pembentukan barisan relawan di tingkat desa, kebencanaan di Wonogiri terus berkurang selama dua tahun terakhir. Jika pada 2019 terjadi 216 kasus bencana alam dengan kerugian Rp6,6 miliar, maka 2020 lalu bencana alam di bawah 100 kasus dengan kerugian kurang dari Rp1 miliar.

"Mudah-mudahan mitigasi bencana yang terus kita maksimalkan, akan semakin mengurangi risiko bencana yang muncul. BPBD Wonogiri di tengah kesibukan menggelar mitigasi bencana, jiga masih sempat membantu kabupaten lain dalam membentuk relawan Destana," pungkas Bambang Haryanto. (WJ/OL-10)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Denny parsaulian
Berita Lainnya