Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Cerita Keluarga Berbagi Kasih dengan Anggur Organik di Nagekeo

Ignas Kunda
29/12/2020 20:15
Cerita Keluarga Berbagi Kasih dengan Anggur Organik di Nagekeo
Panen anggur organik di Nagekeo.(MI/Ignas Kunda)

WAJAH Efraim Dando, 47, tampak berseri ketika memetik rangkaian tangkai-tangkai anggur yang ranum. Warga kelurahan Towak, Mbay,Kabupaten Nagekeo, NTT, tersebut  bersemangat sejak pagi hari ditemani istrinya Theresia Wonga Wea di kebun anggur seluas 40x50 meter persegi.

Beberapa kerabat serta kawan-kawan Theresia juga hadir memilah tangkai-tangkai yang harus dipetik. Ini pertama kali pasangan suami istri Efraim dan Theresia memanen hasil kerja keras selama hampir setahun ini.  

Kebanyakan anggur berbuah merah bata dirawat secara baik dan kerja keras oleh Efraim dan istrinya. Efraim melakukan pekerjaan itu di sela-sela tugas sebagai penyuluh pertanian di Desa Lengkosambi, Kabupaten Ngada. Istrinya pun seorang guru mata pelajaran IPA di SMP 2 Aesesa, Kabupaten Nagekeo.

Anggur milik pasangan suami istri itu terlihat kencang dan memiliki rasa manis dan segar berkat pupuk bokasi nonkimiawi. Beberapa tangkai dengan buah lebat yang belum siaap panen senagaja dibungkus kresek plastik bening agar tidak dimakan burung dan mudah dalam melihat perkembangan buah anggur.

"Ini anggur kami tanam pada Januari 2020 sebanyak 130 pohon. Pada umur 8 bulan saya pangkas sebanyak 40 pohon agar bisa berbuah. Hari ini panen pertama kurang lebih  20 kg dan kami bagi semua teman-teman tetangga di sini," kata Efraim, Selasa (29/12).

Menurut Efraim, kecintaan menanam anggur bermula ketika ia mendapat pelatihan ilmu bertanam anggur bersama sejumlah petani di kabupaten tetangga dan mulai mendampingi petani menanam anggur sejak dua tahun terakhir. Ia akhirnya bertekad untuk menekuni usaha menanam anggur karena istri dan anaknya yang juga suka buah tersebut sehingga tidak perlu membeli dan meminta kepada para petani yang dibimbingnya.

"Karena itu, saya mencari lahan dan mulai menanam anggur. Kami juga harus juga mendukung mereka, jangan terus-terus minta, harus beli hasil anggur mereka walaupun kami yang bimbing," pesan Efraim.

Efraim menjelaskan bahwa idealnya anggur bisa berbuah hingga 7 kg per pohon. Oleh karena itu perlu perlakuan yang baik dan tidak jenuh untuk memeriksa perkembangan anggur serta perlunya air yang memadai.

Untuk area yang ditanami anggur sekarang ia membutuhkan air sebanyak 10.000 liter untuk satu minggu. Ia harus membeli air sebanyak dua tangki untuk satu minggu dengan biaya Rp300 ribu.

"Faktor air menjadi penentu. Kami harus membeli per minggu dua tangki. Harga Rp150 ribu per tangki. Kalau kami punya kemampuan lebih, bisa panen lebih. Kalau jarak tanam 4x5, secara literatur, bisa 7 kg per pohon. Semakin lama umur anggur akan semakin meningkat jumlah produksinya," katanya.

Senada dengan suaminya, Theresia juga menuturkan untuk dapat berproduksi di daerah dengan curah hujan sedikit dan beriklim kering seperti di Mbay, air menjadi penting.

Selain air, perlu biaya lebih dalam membeli kawat roll sebagai media merambatnya tangkai anggur sehingga kelak bisa berbuah banyak.  

Selain itu, pupuk bokasi yang masih harus dibeli untuk menyuburkan tanaman anggurnya. "Kendala di air. Pupuk bokasi 4 ton. 1 kg Rp1.000 kami beli. Yang penting ini bisa berbuah dan kami bisa membagi ke tetangga kawan guru. Semoga mereka senang," ujarnya. (OL-14)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya