Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Perempuan Muda Nagekeo Dilatih Mental Wirausaha

Ignas Kunda
07/12/2020 08:43

SULIS, 21 sibuk mencari sinyal dari ponselnya di sekitar rumahnya. Tiba-tiba suara ponselnya kembali berdering, Terdengar suara dari ujung ponsel menanyakan penjualan kepiting.

"Iya benar jual kepiting. Mau pesan berapa? Oke,oke nanti saya antar," kata Sulis kemudian mematikan ponselnya. 

Suara dari ponsel tersebut adalah pelanggan yang akan membeli kepiting milik Sulis. Ia kemudian bergegas menghidupkan motor untuk mengambil kepiting di coolbox dekat pantai. Sudah empat bulan Sulis berjualan kepiting, setelah ia di-PHK di perusahaan garam di Nagekeo, NTT akibat pandemi covid-19. Ia harus mencari penghasilan karena saat di PHK,

Sulis harus membayar kredit motor yang dibelinya sejak November 2019. Anak kedua dari empat bersaudara itu setelah lulus SMA pada 2017 bekerja di perusahaan garam dekat tempat tinggalnya. Ia bekerja di bagian smallpack dengan gaji sekitar Rp2 juta. Namun saat wabah covid-19 pada Maret lalu ia di-PHK.

Awalnya Sulis ingin kuliah seperti teman-temannya. Namun keadaan ekonomi keluarga yang masih kesulitan, ia memilih bekerja di pabrik garam.

"Sedih juga lihat kawan-kawan pergi kuliah saya hanya diam di rumah. Ingin jadi fotografer dan guide tapi biar sudah. Tanggal 10 Maret kami diberhentikan dari perusahaan ketika pandemi covid-19. Padahal November 2019 saya baru kredit motor. Tiap bulan harus cicil kredit motor Rp1.050.000. Mau tidak mau saya harus jualan bensin dan jualan pulsa listrik dan pulsa. Tapi penghasilan itu tidak mencukupi," ungkap Sulis.  

Memasuki Agustus, keadaan mulai berubah saat ia ditawari ikut pelatihan dari desa berupa kegiataan Mata Kail yang diinisiasi oleh Plan Indonesia. Dalam pelatihan tersebut ia mendapat bekal berupa mental kewirausahaan dan manajemen. Ia akhirnya tergerak menjual kepiting karena melihat potensi lokal yang selama ini belum banyak dilirik sebagai sektor usaha mendatangkan uang.

Sulis akhirnya mulai berjualan kepiting laut sejak akhir Agustus. Bermodalkan uang Rp50 ribu hasil jualan pulsa ia mulai mencoba membeli kepiting laut dari para nelayan lalu memasarkan kepiting lewat media sosial. Dalam bisnis kepiting, ia sering kesulitan mendapatkan sinyal namun ia selalu punya solusi dalam mengatasinya. Dalam seminggu ia bisa menjual kepiting 4 sampai 5 kali.

Biasanya ketika ada kepiting yang dibelinya dari para nelayan, langsung disimpan di freezer milik Tempat Pelelangan Ikan milik desa. Kemudian Sulis mengunggah kepiting-kepiting itu di media sosial Facebook. Ketika ada yang tertarik membeli, ia mengantarkan pesanan kepiting kepada sejumlah pemesan dengan sepeda motor. 

"Awal itu saya pakai uang Rp50 ribu dari uang pulsa dapat 25 ekor. Beli 5 ekor Rp10 ribu, lalu saya jual 3 ekor Rp10 ribu. Jual mentah, untung bisa 30 ribu. Bisa dapat untung Rp450 ribu, dengan modal Rp280 ribu," kata Sulis, Minggu (6/12).

Sejak berjualan kepiting, penghasilan membaik dan tidak kesulitan saat membayar kredit motor. Sisa penghasilan jual kepiting bisa untuk uang jajan adik-adiknya. Sulis hanya berharap agar semakin banyak pesanan kepiting dari usahanya. Apalagi menjelang Natal dan Tahun Baru, penjualan kepiting bisa meningkat. 

"Semoga tidak cari sinyal lagi dan usaha saya lancar. Natal kali ini ada yang indah," pungkas Sulis penuh harap.

Pada kesempatan berbeda, Mexy Nenobais, koordinator proyek Mata Kail (Mari Kita Kreatif Agar Ikan Lestari) Plan Indonesia bermitra Kopernik dan Bengkel APPeK (Advokasi Pemberdayaan dan Pengembangan Kampung) mengatakan ada sejumlah anak muda khususnya perempuan pada 10 desa di Nagekeo yang dilatih dan dibekali mental kewirausawannya. 

"Cara ini sebagai langkah membuat kaum muda mau menggerakan diri sendiri. Menjadi wirausahawan muda sehingga harapannya bisa memengaruhi orang lain khususnya anak muda di sekitarnya. Selain itu mengurangi pengangguran kaum muda khususnya perempuan sekaligus membantu menangani persoalan kekurangan gizi di desa," ujarnya.

baca juga: Sulsel Ekspor Besar-Besaran 

Menurut Mexy orang muda harus kuat karena itu perlu ada kemauan karena soal keterampilan teknis punya banyak solusi untuk mengatasi. Pihaknya juga membantu para perempuan muda ini dengan teknologi dalam meningkatkan efisiensi produk, pemberdayaan mental wirausaha dan membangun kemitraan agar wirausahawan muda ini bisa berjejaring dengan siapa saja. Mereka juga dilatih untuk tetap menjaga kualitas produk yang dijual agar tidak ditinggal pembeli. 

Saat ini para calon pengusaha muda ini akan dilatih mulai menggunakan peminjaman modal agar usaha yang sedang dirintis bisa berkelanjutan. 

"Kita mempertajam analisa usaha guna memulai peminjaman. Tantangan terbesar adalah peningkatan modal usaha. Yang baru kita tempuh dengan mencoba untuk mengambil pinjaman," kata Mexy. (OL-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik