Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Penyuluh Diminta Terus Dorong Petani Pakai Pupuk Organik

Mediaindonesia.com
29/11/2020 12:30
Penyuluh Diminta Terus Dorong Petani Pakai Pupuk Organik
Kepala BPPSDMP Kementan, Dedi Nursyamsi (kanan atas), Ketua KTNA Winarno Tohir (kiri bawah).(Dok.Pusluhtan)

SOSIALISASI pemupukan berimbang harus terus dilakukan penyuluh mengacu kebutuhan tanaman dan spesifik lokasi. Teknologi pemupukan berimbang berkembang pesat dan dapat dipelajari oleh penyuluh agar petani dan praktisi pertanian dapat menghasilkan dan memanfaatkan pupuk hayati (bio fertilizer).

Seruan kepada penyuluh dikemukakan Kepala BPPSDMP Dedi Nursyamsi di hadapan petani dan penyuluh dari BPP KostraTani seluruh Indonesia. Hadir 300 peserta virtual meeting dan 1.500 pemirsa live streaming Mentan Sapa Petani dan Penyuluh (MSPP) di Jakarta, kemarin. Hadir Ketua Umum KTNA, Winarno Tohir selaku keynote speech MSPP Vol. 27.

"Rekomendasi pemupukan harus lebih rasional dan dan berimbang berdasarkan kemampuan tanah menyediakan hara. Harap diketahui, hara adalah makanan bagi tanaman. Kalau berimbang akan membuat tanaman itu favorable. Tanaman itu nyaman tumbuhnya," kata Dedi Nursyamsi dari Sentul, Bogor di sela kegiatan Rakor BPPSDMP.

Menurutnya, teknologi pemupukan berimbang berkembang pesat. Pupuk tidak hanya dimasukkan ke tanah, tapi bisa disemprotkan ke batang tanaman, atau disuntik ke tubuh tanaman untuk memenuhi kebutuhan hara, untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas tanaman. Selain pupuk kimia, ada pupuk organik, bahkan saat ini digalakkan pupuk hayati, untuk meningkatkan ketersediaan hara bagi tanah.

"Perkembangan tersebut, bisa dipelajari penyuluh agar petani dan praktisi pertanian mulai mengenal bahkan menjadi pelaku untuk menghasilkan pupuk hayati," Dedi Nursyamsi, profesor riset yang menyelesaikan pendidikan S3 Program Studi Ilmu Tanah di IPB Bogor pada 2008.

Dedi mengajak penyuluh senantiasa mengingatkan petani memaksimalkan pemakaian pupuk organik, meningkatkan kualitas tanaman dan kuantitas hasil panen.

Hal itu sejalan dengan instruksi Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo yang kerap mengingatkan petani agar tidak terlalu bergantung pada pupuk buatan karena berpeluang mengikis biaya operasional bercocok tanam.

"Jangan terlalu bergantung pada pupuk kimia. Pupuk organik lebih bagus. Petani harus belajar dan membiasakan tidak bergantung pada subsidi pupuk, walau pemerintah selalu menyediakan anggaran besar pupuk subsidi untuk petani," kata Mentan Syahrul dalam setiap kesempatan jumpa petani dan penyuluh melalui virtual atau off air pada kunjungan kerja di daerah.

Sementara Ketua Umum Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Winarno Tohir, mengulas penurunan alokasi pupuk mengacu data Badan Pusat Statistik (BPS). Alokasi pupuk subsidi pada 2018 mencapai 9,55 juta ton senilai Rp28,5 triliun turun menjadi 8,87 juta ton (Rp29,5 triliun) dan 7,94 juta ton pada 2020 (26,52 triliun).

"Pupuk merupakan produk strategis bagi pertanian. Produksi dan distribusi harus terus berjalan untuk mendukung pembangunan pertanian. Namun jangan abai pada pemanfaatan pupuk efisien dan tepat guna melalui pemupukan berimbang," kata Winarno Tohir didampingi Kasubbid Informasi dan Materi Penyuluhan - Pusluhtan, Septalina Pradini selaku anchor MSPP.

Menurutnya, penggunaan pupuk harus sesuai karakteristik lahan seperti sawah, lahan kering, rawa pasang surut, rawa lebak. Pupuk harus spesifik komoditas. Misalnya tanaman semusim, tahunan, perkebunan dan hortikultura.

"Satu jenis pupuk tidak mungkin bisa untuk semuanya, karena setiap tanaman, setiap lahan, dan setiap musim itu unik dan berbeda," kata Winarno. (OL-13)

Baca Juga: Banjir Di Serdang Bedagai Meluas Rusak Ribuan Hektar Lahan Tanaman

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Muhamad Fauzi
Berita Lainnya