Headline

Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

Pamor UMKM Batik Tetap Berkilau Selama Pandemi Covid-19

Bagus Suryo
07/11/2020 14:15
Pamor UMKM Batik Tetap Berkilau Selama Pandemi Covid-19
Perajin batik di Malang, Jawa Timur, tak tergerus oleh dampak korona. Mereka tetap berproduksi melayani pembeli.(MI/Bagus Suryo)

PAMOR usaha mikro kecil menengah (UMKM) kian populer setelah berhasil melewati ujian selama wabah covid-19. Pelaku UMKM terbukti mampu bertahan ketika dampak pandemi membuat semua sektor longsor kian dalam.

Perajin batik, tak tergerus oleh dampak korona. Mereka tetap berproduksi melayani pembeli. Konsumennya bukan hanya warga lokal. Pesanan dari luar Pulau Jawa pun mengalir sejak awal wabah menerpa Indonesia, pada Maret 2020.

"Pesanan ada saja, justru semakin banyak," tegas perajin batik Wong Ngantang, Heru Tofan kepada Media Indonesia, Jumat (6/11) sore.

Warga Dusun Plumbang, Desa Pandansari, Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang itu mengaku sampai kehabisan stok lantaran banyaknya pesanan. Pesanan terbanyak dari Tarakan, Provinsi Kalimantan Utara serta Muara Enim dan Palembang, Provinsi Sumatra Selatan. Bahkan, pesanan datang dari Makassar. Para pemesan batik dari Kalimantan, Sumatra dan Makassar, semula memesan 10 potong batik tulis. Setelah cocok, mereka menambah pesanan rata-rata 15-20 potong per bulan, ada yang pesan sampai 60-70 potong. Heru menjual batik tulis buatannya Rp250 ribu sampai Rp350 ribu di tingkat lokal, dan harga luar Jawa Rp525 ribu per potong termasuk ongkos kirim.

Hasil produksi batik tak ia nikmati sendiri. Ibu-ibu rumah tangga sekitar sanggar batik tulis Wong Ngantang juga kecipratan rezeki. Mereka bekerja mencanting, mewarna sampai pengepakan.

Siang itu, Heru bersama sang istri, Ika Heru, dibantu pecanting Yenny dan Ermi, sedang menyelesaikan motif mawar dan pisang bali kain ukuran 2,25 meter x 1,15 meter. "Motif itu pesanan pelanggan dari Muara Enim," ungkapnya.

Pesanan batik jenis serimbit, batik untuk sekularga dengan motif sama tersebut, mereka garap bersama. Pembatik lainnya menyelesaikan garapan yang dipesan oleh orang Kalimantan.

"Pesanan dari Kalimantan meminta perpaduan warna merah dan biru dikombinasikan dengan motif lokal Ngantang," imbuhnya.

Bagi Heru, masa pandemi bukan akhir usaha. Justru tantangan ini jadi peluang yang menguntungkan. Ia pun meraup rezeki apalagi kini memasuki musim pilkada. Pesanan masker batik pun berdatangan, tim sukses pilkada membeli batik tulis di sanggar miliknya. Setidaknya, pasangan calon bupati dan wakil bupati Heri Cahyono dan Gunadi Handoko rutin memesan tiap bulan 10-25 potong. Heru juga melayani pesanan dari pemerintah desa, kecamatan, dan konsumen umum.

Bagi Heru, perilaku bisnis selama masa covid-19 tak bisa menerapkan pola lama. Harus pola baru, masif secara daring. Bagi pelaku usaha yang masih menggunakan cara konvensional pasti sulit bergerak, akhirnya usaha kian ambles."Saya aktif memasarkan melalui online. Dibantu BRI, banyak pesanan sampai kewalahan," tuturnya.

Saking banyaknya pesanan, Heru pun berkolaborasi dengan karang taruna dan siswa. Mereka dilatih memproduksi batik.

Sementara itu di Kota Malang, popularitas batik kian moncer. Usaha batik di kampung-kampung tumbuh positif. Bahkan pembatik merayakan Hari Batik Nasional di makam peninggalan Belanda yang melegenda berasitektur kolonial. Warga menyebut pemakaman itu 'kuburan londo' Sukun. Di tempat itu kini jadi pasar batik potensial. Sebab orang Belanda dan Eropa masih mengunjungi pemakaman untuk menapak tilas leluhurnya. Potensi itu mengangkat pamor karya batik Sukun Kota Malang lantaran wisatawan mancanegara bukan sekadar singgah, tetapi juga membeli batik buatan warga setempat.

"Hidupkan dan teruskan kreativitas di tempat ini sebagai penyangga wisata Malang," kata Walikota Malang Sutiaji.(OL-13)

Baca Juga: Masa Transisi Diperpanjang, DKI Izinkan Resepsi Pernikahan



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Muhamad Fauzi
Berita Lainnya