Headline
Program Makan Bergizi Gratis mengambil hampir separuh anggaran pendidikan.
Program Makan Bergizi Gratis mengambil hampir separuh anggaran pendidikan.
PANDEMI tidak membuat upaya mempertebal rasa nasionalisme mengendur. Akhir pekan lalu, Wakil Ketua MPR Lestari Moerdijat tetap menyemangati para kader bangsa di Yogyakarta dan Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, untuk memupuk rasa kebangsaan.
"Nilai-nilai dalam 4 konsensus kebangsaan bisa menjadi pedoman untuk menjawab tantangan berbangsa, kini dan di masa mendatang. Tantangan berbangsa dan bernegara datang dari dalam dan luar negeri," ujarnya secara daring di depan anggota DPR H Subardi, anggota Laskar Jogja, anggota Yayasan Natas Nitis Netes, dan jajaran pimpinan Partai NasDem Yogyakarta.
Bentuk tantangan itu, lanjut dia, di antaranya lunturnya nasionalisme, semakin sempitnya pemahaman terhadap Pancasila dan agama, serta krisis perekonomian yang mengancam. Masuknya ideologi asing yang mengikis nilai-nilai kebangsaan yang dimiliki anak negeri, intoleransi, dan menurunnya kesadaran berbangsa dan bernegara merupakan tantangan besar yang juga harus dihadapi.
Empat konsensus, yakni Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan NKRI menjadi pedoman arah hidup berkebangsaan. "Di dalam Pancasila sebagai ideologi bangsa terdapat nilai-nilai yang mengandung visi dan karakter bangsa," tegas legislator Partai NasDem itu.
Tanpa visi, lanjut dia, anak bangsa tidak punya arah yang jelas dalam membangun dan mengelola Indonesia sebagai negara yang berdaulat. Tantangan berbentuk ancaman terhadap bangsa dan negara bisa dihadapi dengan peningkatan pemahaman visi dan karakter bangsa yang menjunjung tinggi persatuan, integritas, dan nasionalisme.
Rerie menilai bergabungnya Yogyakarta ke dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia pada 5 September 1945 merupakan pengamalan nilai-nilai persatuan dan komitmen yang kuat terhadap NKRI. "Padahal berdasarkan Perjanjian Gianti, Ngayogyakarta Hadiningrat diakui kedaulatannya oleh Hindia Belanda sebagai negara. Tetapi para pemimpin Ngayogyakarta lebih memilih bersatu mewujudkan NKRI." (AU/AT/N-3)
Nama “Bones” yang berarti tulang diangkat sebagai simbol kerangka nilai kebangsaan, fondasi yang menyatukan masyarakat Indonesia.
Sehingga film apapun yang dimunculkan ke publik yang mengangkat isu nasionalisme, termasuk film animasi viral yang akan tayang di bioskop pada 17 Agustus ini.
Ia juga menyampaikan apresiasinya kepada Gubernur Bali Wayan Koster yang dalam beberapa program pembangunan telah menempatkan nasionalisme sekaligus mencintai produk lokal Bali.
Media sosial dapat menjadi sarana efektif untuk menumbuhkan semangat nasionalisme di kalangan generasi muda.
Pemutaran film Believe yang mengangkat kisah hidup Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto dimanfaatkan sebagai sarana membangun kebangsaan dan nasionalisme.
"Menurut saya dalam logika kita berpikir berbangsa dan bernegara tidak etis, banyak kritik dan saran dituangkan dalam sesuatu yang lebih baik,"
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved