Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Masyarakat Pedalaman yang Kaya karena Hasil Hutan

Denny Susanto
24/10/2020 14:20
Masyarakat Pedalaman yang Kaya karena Hasil Hutan
Model memamerkan sejumlah kerajinan hasil hutan bukan kayu(MI/DENNY SUSANTO)

SUASANA desa-desa di kaki Pegunungan Meratus yang dilalui rombongan
Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Hulu Sungai mendadak sepi. Tidak tampak aktivitas warga bertani di ladang. Tidak ada juga hilir mudik warga masyarakat adat di sepanjang jalan desa.

Usut punya usut ternyata warga ketakutan melihat iring-iringan
petugas KPH berseragam Polisi Hutan yang menggunakan kendaraan trail dan mobil rimba ini. "Warga sempat ketakutan. Mereka mengira ada razia covid -19 atau tim satgas kebakaran hutan dan lahan," tutur Kepala Desa Haruyan Dayak, Suhadi Anang.

Anang meminta rombongan untuk maklum atas kekhawatiran warga. Pasalnya banyak warga tidak mengerti soal protokol kesehatan dan takut akan disuntik covid -19.

Selain itu saat ini adalah musim berladang atau tanam padi gunung. Warga pedalaman di kaki Pegunungan Meratus itu sudah biasa membuka lahan dengan cara dibakar. Rombongan ini disangka aparat keamanan yang tergabung dalam Satgas Kebakaran Hutan.

Dari namanya Desa Haruyan Dayak, merupakan  desa terpencil
dihuni masyarakat adat Suku Dayak Bukit (Meratus). Desa yang masuk program Komonitas Adat Terpencil (KAT) ini berada di wilayah Kecamatan Hantakan dan berjarak sekitar 20 kilometer dari ibu kota Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan. Jarak itu dapat ditempuh satu jam melalui jalur darat akibat kondisi jalan pegunungan sebagian masih rusak.

Masyarakat Desa Haruyan Dayak maupun desa-desa yang ada
di sepanjang kaki Pegunungan Meratus di wilayah Kalimantan Selatan
kehidupannya mengandalkan alam sekitar. Selain berladang, sumber utama
penghasilan masyarakat desa adalah sebagai pencari kayu, berburu juga
memanen hasil hutan seperti kemiri, kayu manis dan karet.

Meski bermukim di daerah terpencil namun masyarakat pegunungan
Meratus ini tidak miskin. Hasil hutan yang mereka panen cukup menjanjikan. Rata-rata tiap keluarga memiliki kendaraan roda
dua dan bahkan beberapa di antaranya punya mobil untuk mengangkut dan menjual hasil panen.

Mereka juga memiliki telepon seluler bermerek, tak kalah dengan orang
kota. Padahal, sinyal seluler hampir tidak ada dan hanya muncul di beberapa lokasi tertentu.

Masuknya jaringan listrik setahun lalu membuat warga bisa melengkapi kebutuhan sekunder mereka seperti kulkas, televisi dan kipas angin.

"Guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa dan upaya menjaga kelestarian kawasan hutan, pemerintah melalui Dinas Kehutanan
menggulirkan program perhutanan sosial. Di Desa Haruyan Dayak ini yang
dikembangkan adalah tanaman sengon dan madu kelulut," tutur Kepala KPH Hulu Sungai, Rudiono Herlambang.

Madu Kelulut

Ada belasan ragam jenis hasil hutan bukan kayu (HHBK). Ada yang sudah sudah digeluti masyarakat lokal secara turun temurun, tapi ada juga yang baru
dikembangkan pemerintah daerah.

Irvan, Kepala Seksi Pemasaran dan Pengolahan Hasil Hutan dan PNBP Dinas Kehutanan Kalsel, menyebut produk HHBK antara lain madu alam, kopi lokal, gula merah, beras merah, minyak kemiri. Ada juga olahan jamur, minyak sereh, minyak buah ulin, kayu manis, jamu-jamuan, tikar lampit, kursi rotan serta juga obyek wisata alam.

Salah satu produk HHBK yang banyak diminati adalah madu kelulut
(meliponini). Lebah kelulut adalah lebah tidak bersengat yang menghasilkan madu dengan rasa sedikit asam. Lebih jenis ini juga memakan sari bunga, namun sering bersarang di dalam batang pohon atau kayu berlobang.

"Madu kelulut lebih banyak khasiatnya dan lebih sulit dikumpulkan
sehingga harganya lebih mahal hingga dua kali lipat dibanding madu alam
umumnya," tutur Irvan.

Jika dulu masyarakat memanen madu kelulut dengan cara menebang pohon sarang madu, kini madu kelulut sudah banyak dibudidayakan melalui teknik sarang buatan (stup). Kini Dinas Kehutanan Kalsel mengembangkan madu kelulut sebagai salah satu HHBK dengan melibatkan kelompok tani hutan (KTH) di sembilan KPH yang tersebar di wilayah Kalsel. (N-3)

 

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : NUSANTARA
Berita Lainnya