Headline
Seorang mahasiswa informatika membuat map Aksi Kamisan di Roblox.
Seorang mahasiswa informatika membuat map Aksi Kamisan di Roblox.
TRENA Mustika, 24, warga Kampung Cipaingeun, RT 02 RW 02, Kelurahan Sukamaju Kaler, Kecamatan Indihiang, Kota Tasikmalaya, akhirnya bertemu saudara kembarnya Treni Fitri Yana, 24, warga Blitar, Jawa Timur di Stasiun Tasikmalaya Kereta Api (KA), Kamis (22/10) sekitar pukul 04.30 WIB pagi setelah berpisah selama 20 tahun.
Pertemuan antara Trena dan Treni merupakan pertemuan bersejarah bagi keluarga itu. Mengapa kedua anak kembar ini terpisah? Enceng Dedi, 59 ayah kandung Euis Trena Mustika dan Elis Treni Mustika Fitri merupakan transmigran dan tinggal di Maluku Tengah. Istrinya, Enok Rohainah kemudian melahirkan anak kembar. Atas saran dari seseorang, agar anak kembar itu dipisahkan agar tidak meninggal dunia. Akhirnya Enceng menitipkan Trena ke keluarga Ustadz Ibrahim di Garut, dan Treni dititipkan ke keluarga Rini-Misranto warga Blitar. Kedua keluarga yang dititipi anak kembar ini adalah tetangga saat mereka berada di Maluku. Apalagi setelah melahirkan anak kembar, istri Aceng menjalani perawatan.
Rini warga Kesamben, Kabupaten Blitar, transmigran yang menikah dengan orang Ambon dan berjualan soto di Pasar Kobisonta, Seram Utara, Kabupaten Maluku Tengah. Saat kerusuhan di Ambon, mereka pulang ke kampung dan Treni terpisah dari Aceng dan keluarganya. Sedangkan Trena dibawa ke Garut. Saat Enok sudah kembali sehat, mereka membawa kembali Trena dari Garut untuk diasuh sendiri. Dan setelah 20 tahun kemudian kedua anak kembar ini dipertemukan lagi lewat aplikasi Tik Tok. Keduanya akhirnya saling berkomunikasi hingga akhirnya disepakati untuk bertemu.
Saat Treni tiba di Stasiun Tasikmalaya menggendok anaknya dan ditemani orangtua dan keluarganya. Turun dari KA Kahuripan, Treni dan keluarganya kaget karena banyaknya orang yang datang termasuk awak media yang meliput pertemuan anak kembar terpisah selama 20 tahun. Apalagi keluarga Aceng bersama Dnas Sosial Kota Tasikmalaya menyambut kedatangan Treni dengan membentangkan spanduk dan mengalukna tulisan Treni di dada mereka. Enceng Dedi ayah kandung Treni langsung memeluk Treni saat turun dari kereta. Mereka terharu saat melihat Trena untuk pertama kalinya. Enceng langsung memeluk dan mencium anak kembarnya itu.
"Ibu kandungnya Enok Rohaenah sudah meninggal dunia. Istri saya tidak bisa memeluk dan mencium anaknya yang terpisah. Ini pertemuan mengharukan," kata Enceng dengan penuh linangan air mata.
baca juga: Kasus Covid-19 di Klaten Melandai
Awalnya pertemuan Treni dan keluarga Aceng ini akan dilakukan di rumah, bukan di Stasiun Tasikmalaya. Namun kemudian rencana berubah karena banyaknya orang antusias menjemput Treni. Pertemuan yang penuh haru dan isak tangis ini berakhir membahagiakan. Saat penjemputan Treni, saudara kembarnya Trena memilih menunggu di mobil milik Dinas Sosial Kota Tasikmalaya. Saat keluarga Aceng membawa Treni ke dalam mobil, Trena yang tertidur langsung terbangun dan melongo saat melihat saudara kembarnya berada di sisinya. Keduanya langsung berpelukan dan menangis. Tangis haru berakhir dengan senyuman lega. (OL-3)
Eksekusi rumah dilakukan di Jalan Kampung Kalangsari, Kelurahan Sukamanah, Kecamatan Cipedes, Kota Tasikmalaya.
petugas membawa korban ke kamar jenazah RSUD Dr Soekardjo untuk kepentingan autopsi dan penyelidikan yang dilakukan oleh Polres Tasikmalaya Kota.
Tidak ada korban jiwa, tapi jalan penghubung antar Kecamatan tertutup materil tanah longsor dan pohon tumbang
Hujan deras yang terjadi ini tidak menyurutkan para peserta bubar dan mereka tetap bertahan.
Pembentangan bendera tersebut, bentuk penghormatan terhadap jasa para pahlawan.
Warga Kampung Pajagan, Kelurahan Cigantang, Kecamatan Mangkubumi, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat membuat lorong merah putih sepanjang 100 meter.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved