SMK di Sumsel Bakal Lakukan KBM Tatap Muka

Dwi Apriani
18/8/2020 20:37
SMK di Sumsel Bakal Lakukan KBM Tatap Muka
Tim melakukan monitoring KBM tatap muka di salah satu sekolah di Bangka.(MI/Rendy Ferdiansyah)

MESKI di tengah pandemi covid-19, kegiatan belajar mengajar (KBM) untuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Sumsel bakal dilakukan tatap muka kembali. Kepala Dinas Pendidikan, Riza Pahlevi mengatakan, KBM dengan tatap muka dilakukan kembali setelah kajian yang mendalam.

Ia menjelaskan, KBM di SMK akan dilakukan dengan sistem tukar shift atau belajar bergilir. Hingga saat ini, persiapan penerapan KBM secara langsung baru sekadar wacana dan diharapkan segera terlaksana.

"Karena mau tidak mau, SMK tatap muka. Sebab SMK lebih ke pembelajaran vokasi. Karena pendidikan vokasi 70 Persen praktik dan sisanya teori," kata dia, Selasa (18/8).

Baca Juga: Anggaran Penanganan Covid-19 di Sumsel Menjadi Rp120 Miliar

Dijelaskannya, pihaknya memastikan para pelajar SMK nantinya akan belajar dengan standar protokol kesehatan. Sehingga tetap aman dari penyebaran covid-19 meskipun nanti terpaksa belajar tatap muka walau wilayah berada di zona merah atau masih dalam kategori tingkat tinggi bahaya Covid-19.

"Langkahnya agar tidak terjadi penularan dengan wajib masker dan protokol kesehatan Covid-19. Makanya, Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan membagikan satu juta masker ke 34 provinsi termasuk Sumsel," jelasnya.

Khusus di Sumsel, kata Riza, pihaknya menerima bantuan masker sebanyak 1.000 pcs yang bakal disalurkan ke 15 SMK negeri maupun swasta se-Sumsel. Ke depan, dengan adanya kepedulian dari pemerintah pusat. Disdik berharap KBM tatap muka berjalan lancar.

Baca Juga: Palembang, Tertinggi Kasus DBD dan Covid-19 di Sumsel

"Teknis ke depannya akan kami bahas bisa jadi dibuat pershift agar tidak ada keramaian, tunggu saja. Yang jelas ini (KBM tatap muka) sudah dalam bahasan, jadi ya mau tidak mau," jelas dia.

Riza menerangkan, bila siswa dan siswi SMK terus menerus melakukan pembelajaran jarak jauh (PJJ) secara menyeluruh, artinya kurikulum dan sistem ajar tidak dapat terlaksana secata maksimal. Jadi selanjutnya, akan ada belajar praktek yang diatur jadwalnya.

"Karena keselamatan dan kesehatan siswa adalah faktor utama.  Persetujuan orangtua/wali siswa pun penting mengingat tidak semua orangtua setuju dengan hal ini, maka dari itu setiap sekolah harus membuat surat untuk orangtua/wali siswa," terangnya.

Baca Juga: Sumsel Bentuk Tim Satgas 'Sumsel Bersatu Lawan COVID-19'

Apabila setelah meminta persetujuan wali murid kemudian tidak dapat persetujuan, lanjut Riza, maka sekolah tidak berhak memaksa ataupun melarang keputusan orangtua. Apalagi pihak guru tidak boleh membuat absen murid menjadi Alpha.

"Semua ada jalan keluar, jadi koordinasikan terlebih dahulu. Bicarakan bersama," tandasnya. (DW/OL-10)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Denny parsaulian
Berita Lainnya