Semangat Sovi Jual Nasi Demi Beli Internet Untuk Belajar Daring

Heri Susetyo
16/8/2020 11:18
 Semangat Sovi Jual Nasi Demi Beli Internet Untuk Belajar Daring
Sovi ditemani adiknya berjualan nasi bungkus di pinggir jalan Perumahan Deltasari Kecamatan Waru, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur.(MI/Heri Susetyo)

SAAT anak seusianya masih terlelap, Sovi,14 sudah biasa bangun jam 03.30 WIB untuk membantu ibunya menyelesaikan pekerjaan di dapur. Sementara ibunya Yeni, 42, sudah sibuk memasak terlebih dulu rumah kontrakan ukuran 4 kali 3 meter sejak pukul 01.00 WIB. Pekerjaan memasak tersebut rutin dilakukan setiap pagi.

Ibu dan anak ini membuat 50 nasi bungkus untuk dijual. Ada menu telur bali, telur dadar, tongkol, teri dan ayam. Nasi bungkus dijual Rp6 ribu per bungkus. Itulah pekerjaan mereka untuk menyambung hidup. Membayar uang kos Rp600 ribu per bulan, kebutuhan sehari-hari, ditambah uang membeli pulsa internet untuk belajar jarak jauh sistem daring yang bisa mencapai Rp150 ribu per bulan.

Selama masa pandemi covid-19 sejak Maret lalu, siswi bernama lengkap Sovi Dwi Aprilia harus belajar di rumah. Seperti keluarga tidak mampu lainnya, siswi kelas 8 MTs Darul Ulum Desa Kureksari Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo ini sering kesulitan pulsa internet. Sovi yang ditinggal bapaknya M Widodo menikah dengan orang lain,  terpaksa harus berusaha membantu ibunya, minimal untuk membeli pulsa. Dia bersama adiknya Tri Wahyu Damayanti,7, yang masih duduk di bangku kelas 1 SDN Inpres Kureksari harus berjualan nasi bungkus selama proses belajar di rumah.

Kakak beradik tersebut berjualan nasi bungkus di pinggir jalan Perumahan Deltasari Kecamatan Waru. Dari rumah kos menuju lokasi berjualan, mereka biasanya naik sepeda ontel sekitar sepuluh menit. Nasi bungkus ditaruh di boncengan sepeda belakang, sementara adik Sovi duduk di depan. Biasanya mereka berangkat dari rumah kos pukul 07.00 WIB. Selama berjualan, sambil menunggu pembeli, kakak beradik tersebut memanfaatkan untuk belajar. Maka mereka tidak lupa selalu membawa buku pelajaran sekolah saat berjualan.

Keduanya bergantian memanfaatkan smartphone karena memang hanya satu yang dimiliki. Namun terkadang sang adik lebih sering menggunakannya untuk membuka youtube. Dan Sovi sering menegur adiknya, karena hal itu yang menyebabkan paket internet cepat habis Tidak ada kata malu pada diri Sovi, dan dia tetap semangat melakukan pekerjaan jualan nasi bungkus. Bocah berhijab ini tetap bersyukur dan menikmati hidup.

"Saya nantinya juga ingin berwiraswasta, ingin memiliki usaha sendiri dan pekerja," kata Sovi, Sabtu (15/8).

Apabila nasib mereka lagi baik, dagangan nasi bungkus sudah habis hanya dalam waktu dua jam. Namun mereka juga pernah berjualan hingga sore hari akibat sepi pembeli. Dan bahkan pernah beberapa kali nasi bungkus itu masih sisa karena tak dibeli. 
"Pernah tersisa hingga 12 bungkus," kata Sovi 

Saat ditemui mediaindoensia.com, ibu mereka kebetulan menyusul di tempat berjualan. Sudah dua minggu terakhir, sang ibu Yeni bekerja sebagai asisten rumah tangga dengan upah Rp800 ribu per bulan. Lokasinya di perumahan tak jauh dari tempat Sovi berjualan, sehingga cukup berjalan kaki. Selain itu sepeda ontel yang mereka miliki memang cuma satu.

Menurut Yeni, nasi bungkus ini meski dimasak pagi hari, namun masih bisa dikonsumsi hingga sore bahkan malam hari. Maka apabila ada nasi sisa tak terjual, akan diberikan gratis ke orang sekitar.

"Kalau enggak habis biasa kita berikan ke para gojek atau petugas kebersihan," kata Yeni.

baca juga: Sekolah Lapang IPDMIP Dipantau Kadistan Tulang Bawang

Meskipun ada uang tambahan sebagai asisten rumah tangga, berjualan nasi bungkus tetaplah pekerjaan utama. Yeni mengatur waktu dengan biasa berbelanja sore hari untuk dimasak dini harinya. Pada saat anak-anaknya berjualan, Yeni berangkat ke rumah majikan melakukan pekerjaan membersihkan rumah dan setrika. Pekerjaan tambahan itu bisa diselesaikan hingga siang hari.

"Semenjak ditinggal bapaknya, saya harus berusaha sendiri menghidupi anak-anak," kata Yeni.

Keuntungan berjualan nasi bungkus apabila habis terjual semua, tidak lebih dari Rp100 ribu. Namun Yeni bersyukur ada uang tambahan sebagai asisten rumah tangga. Apabila sistem belajar tatap muka nantinya dimulai lagi, usaha jualan nasi bungkus tetap dilanjutkan. Pekerjaan sebagai asisten rumah tangga dilakukan sore hari. Sementara Sovi tetap bisa membantu berjualan saat hari libur. (OL-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya