Headline

Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.

Fokus

Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.

Pandemi belum Usai, Pesanan Layang-layang Justru Melesat

Depi Gunawan
07/7/2020 16:10
Pandemi belum Usai, Pesanan Layang-layang Justru Melesat
Rina, warga Kampung Pasirwangi, Desa Singajaya, Kecamatan Cihampelas, Kabupaten Bandung Barat menyelesaikan pembuatan layang-layang(MI/Depi Gunawan)

PESANAN layang-layang kepada pengrajin di kampung Pasirwangi, Desa Singajaya, Kecamatan Cihampelas, Kabupaten Bandung Barat, melonjak.

Sejumlah pengrajin yang awalnya memasok sekitar 500 layangan per minggu, kini melonjak menjadi 1.000 layangan. Para pengrajin di desa ini biasanya memasok untuk para pedagang eceran di wilayah Bandung, Soreang dan Jakarta.

Salah seorang pengrajin, Dindin Saefudin, 36, mengaku, lonjakan pesanan layangan diduga karena masa libur sekolah yang semakin panjang sebagai imbas pandemi covid-19.

"Pesanan naik sejak bulan April atau semenjak anak-anak mulai belajar di rumah. Bahkan dibanding tahun lalu, tahun sekarang ada peningkatan drastis hampir 100%," kata Dindin, Selasa (7/7).

Dia menyebutkan, hampir semua warga Pasirwangi berprofesi sebagai pengrajin layang-layang yang keterampilannya diperoleh secara turun temurun dari orangtua. Dindin menekuni kerajinan berbahan baku kayu dan kertas ini sejak duduk di bangku SD.

"Di sini hampir setiap rumah bekerja sebagai pembuat layang-layang, mulai dari layangan hias hingga aduan. Alhamdulillah bisa bantu perekonomian warga," ujarnya.

Baca juga:  Lomba Layang-Layang Virtual Gerakkan Pariwisata Bali

Dia mengungkapkan, harga setiap jenis layangan tergantung kerumitan dari motif yang dibuat, namun biasanya harganya dibanderol sekitar
Rp2.000 per layangan.

"Kalau saya sekeluarga bikin jenis layangan jabrug yang biasa dimainkan anak-anak. Untuk satu buah layangan dari saya dijual Rp1.000," ungkapnya.

Bukan hanya laki-laki, kaum hawa di kampung ini juga berprofesi sebagai pembuat layang-layang. Seperti yang dikerjakan Rina, perempuan 21 tahun ini sudah menekuni kerajinan ini sejak berhenti bekerja di pabrik, beberapa tahun lalu.

"Saya buatnya tergantung pesanan, tetapi biasanya antara 500-1.000 buah layangan per hari," bebernya.

Diakui, selama pandemi korona, usaha layang-layangnya mengalami kenaikan pesanan. Demi mengejar pesanan, Rina menambah jam kerja dari pukul 08.00 hingga 20.00 WIB.

"Seiring kenaikan pesanan, harga untuk 1 ball yang berisi seribu biji layangan sekarang dijual Rp1,2 juta. Tapi sebelum pandemi biasanya hanya Rp650 ribu," jelasnya.(OL-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya