Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Tangkuban Parahu Ditutup Pedagang Kelimpungan Bertahan Hidup

Deoi Gunawan
14/6/2020 14:50
Tangkuban Parahu Ditutup Pedagang Kelimpungan Bertahan Hidup
Destinasi wisata Tangkuban Perahu, Jawa Barat ditutup selama tiga bulan karena Covid-19.(Antara)

RIBUAN pedagang di kawasan objek wisata Gunung Tangkuban Parahu, Jawa Barat,  merasakan betul dampak wabah Corona Virus Disease (Covid-19). Aktivitas pariwisata yang lumpuh total mengakibatkan mereka kehilangan pendapatan.

Selama hampir tiga bulan kehilangan mata pencarian, banyak pedagang yang terpaksa menjual harta bendanya untuk bertahan hidup di tengah pandemi Covid-19, mulai dari menjual barang elektronik, perhiasan hingga kendaraan bermotor.

Seperti yang dialami Ai Nuraini, 28, yang semenjak kunjungan wisata ditutup bulan Maret lalu harus berjuang keras bertahan hidup, sebab ia dan suaminya tak lagi memiliki penghasilan tetap dari berdagang aksesoris di Tangkuban
Parahu.

"Akhirnya atas seizin suami, saya memutuskan menjual sepeda motor. Setelah menjual motor, saya terpaksa meminjam uang karena simpanan semakin menipis," kata Ai ditemui saat membereskan barang-barang dagangan di kiosnya, Minggu (14/6).

Sejak berjualan di Tangkuban Parahu tahun 2008 hingga sekarang, Ai menyebutkan, dampak pandemi Covid-19 dirasakan paling parah, bahkan lebih parah dibanding saat erupsi 2019 lalu.

"Sangat parah, saat erupsi kami masih bisa pindah-pindah jualan. Tapi saat pandemi sekarang, saya gak bisa kemana-mana, diam di rumah karena tempat wisata ditutup semua," ujarnya.

Menurut dia, momen libur Lebaran yang biasanya jadi kesempatan untuk meraup untung namun kali ini dirinya harus mengelus dada sebab kunjungan ke objek wisata harus ditutup untuk mencegah penyebaran Covid-19.

"Tidak pernah terbayangkan seperti ini. Karena biasanya setiap lebaran selalu ramai oleh masyarakat yang mengadakan liburan. Tapi sekarang kami pasrah, mudah-mudahan korona segera berakhir dan ini usaha bisa lancar,"
ucapnya.

Setelah pemerintah menerapkan adaptasi kebiasaan baru (AKB) atau new normal di objek wisata, dia berharap kehidupan bisa kembali berjalan seperti biasa. "Pokoknya sekarang harus bangkit, usaha harus terus berjalan,"
tuturnya.

Berdasarkan pantauan, suasana di area Tangkuban Parahu sepi dan banyak kios yang masih ditutup pemiliknya, hanya sekitar puluhan pedagang saja yang terlihat sudah membuka kiosnya untuk membereskan barang dagangannya.
Pengunjung yang biasa memenuhi area wisata pun belum banyak terlihat.

Direktur PT. Graha Rani Putra Persada (GRPP) selaku pengelola TWA Gunung Tangkuban Parahu, Putra Kaban menyebutkan, terdapat lebih dari 2.000 orang yang menggantungkan hidupnya dari berdagang di kawasan wisata.

"Masyarakat yang tinggal di sekitar TWA Gunung Tangkuban Parahu rata-rata berprofesi sebagai pedagang, mulai dari makanan hingga berbagai cinderamata," ungkapnya.

Dirinya mensyukuri dan memberikan apresiasi kepada Pemkab Bandung Barat dan Pemkab Subang yang sudah memberikan izin membuka kunjungan wisata. Pihaknya berjanji akan mengikuti protokol kesehatan yang telah ditetapkan pemerintah.

"Kita siap, bukan hanya kepada pengunjung, tetapi para pegawai juga diperiksa kondisi kesehatannya terlebih dahulu sebelum bekerja. Bagi pedagang pun kita berlakukan aturan ketat, kalau dari hasil cek suhu lebih dari 37 derajat, maka dipulangkan," terangnya.

Meskipun di awal pembukaan objek wisata pengunjungnya masih sedikit, Kaban optimis kedepannya akan kembali normal. Namun demikian, dia memperkirakan, industri pariwisata tidak akan bisa langsung pulih seperti yang diharapkan.

"Diperkirakan situasi akan kembali normal pada bulan November-Desember 2020, kita berdoa saja mudah-mudahan pandemi ini segera berakhir," tandasnya. (OL-13)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Muhamad Fauzi
Berita Lainnya