Headline

Koruptor mestinya dihukum seberat-beratnya.

Fokus

Transisi lingkungan, transisi perilaku, dan transisi teknologi memudahkan orang berperilaku yang berisiko.

Pemda Papua Barat akan Berlakukan Karantina Terpusat

Martinus Solo
22/5/2020 07:15
Pemda Papua Barat akan Berlakukan Karantina Terpusat
Pasien yang sembuh mendapat bunga dari dokter(MI/Martinus Solo)

Rencana pemerintah daerah melalui gugus tugas Provinsi Papua Barat untuk menerapkan karantina terpusat dalam rangka memutus mata rantai penyebaran virus covid-19 harusnya didukung semua elemennya. Jika tidak didukung semua elemen khususnya masyarakat, maka karantina terpusat akan sia-sia.

"Harusnya masyarakat Papua Barat itu mendukung rencana pemerintah melalui gugus tugas covid-19 Papua Barat karena tujuan karantina terpusat adalah untuk memutus mata rantai penyebaran virus ini. Jadi, jangan menghalangi," kata Dosen Politeknik Kelautan Kota Sorong, Agus Jehurung, Jumat (21/5).

Menurut Agus, jika ada warga yang terkonfirmasi positif terpapar virus covid-19, maka keluarga, tetangga serta siapa saja yang kenal dengannya sebaiknya memberikan support untuk menjalani karantina di Rumah Sakit.

Baca juga: Polres Cianjur Perketat Pengawasan di Pos Pemeriksaan

Begitu juga dengan warga Papua Barat yang berstatus orang tanpa gejala (OTG), orang dalam pemantauan (ODP), dan pasien dalam pengawasan (PDP). Mereka perlu diberikan dukungan untuk dirawat di karantina terpusat.

"Mari kita semua mendukung pemerintah Papua Barat dalam menerapkan karantina terpusat karena ini berkaitan dengan kehidupan kita semua juga," pungkasnya.

Juru bicara gugus tugas covid-19 Provinsi Papua Barat, Arnoldus Tiniap menyebut bahwa bahwa seorang pasien positif covid-19 di Kabupaten Manokwari tidak bersedia menjalani karantina di RSUD Provinsi.

"Sejak Sabtu pekan lalu, kami sudah komunikasikan dengan pasien positif tersebut dan keluarganya. Kami informasikan bahwa yang bersangkutan jangan jadi sumber penularan bagi keluarga serta sesama. Makanya kami minta untuk dibawa ke RSUD Provinsi, tapi tidak berhasil. Keluarga pasien juga melarang," jelas Arnoldus.

Salah satu penyebab pasien dan keluarganya menolak untuk menjalani karantina karena mereka melihat pasien tidak menunjukkan gejala sakit apapun alias sehat.

"Masyarakat tidak menyadari bahwa 80 persen lebih orang yang terkonfirmasi positif covid-19 tidak memiliki keluhan apapun sehingga dikategorikan orang tanpa gejala (OTG)," jelas Arnoldus. (OL-14).



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Bude
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik