Headline

RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian

Fokus

Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.

Pakar: Penyemprotan Disinfektan Seharusnya Bukan ke Tubuh

Agus Utantoro
30/3/2020 23:55
Pakar: Penyemprotan Disinfektan Seharusnya Bukan ke Tubuh
Petugas dari PMI Jakarta Kota menyemprotkan cairan disinfektan di SMP Negeri 126 Jakarta, Senin (16/3)(MI/Pius Erlangga)

Akhir-akhir ini berlaku kebijakan penyemprotan disinfektan ke tubuh manusia. Koordinator Tim Respons Covid-19 Universitas Gadjah Mada, dr. Riris Andono Ahmad, MPJ, Ph.D. berpendapat bahwa menyemprotkan disinfektan ke tubuh manusia tidak diperlukan. "Karena sebenarnya disinfentan tidak disemprotkan ke tubuh manusia, tetapi ke benda-benda yang sering digunakan bersama, misalnya gagang pintu," tegas Riris saat dikonfirmasi, Senin (30/3).

Dia juga meluruskan pandangan terkait penyemprotan disinfektan yang dilakukan di kawasan permukiman. "Perlu disinfektan, tapi tidak sampai di jalan atau di tempat terbuka," ucapnya.

Baca juga: WHO : Semprot Disinfektan Langsung ke Tubuh Berbahaya

Ia menyayangkan banyak orang justru lebih percaya pada informasi yang beredar di media sosial dibandingkan informasi dari media edukasi resmi, misalnya Kementerian Kesehatan atau BPBD.

Menurutnya, social distancing atau physical distancing tetap menjadi cara yang efektif untuk mencegah penyebaran
covid-19. "Ini masih tetap berlaku sama, baik kemarin, sekarang, ataupun besok. Selain itu, jaga kebersihan dengan cuci tangan secara rutin karena sebagian besar transmisi terjadi melalui tangan, termasuk etiket batuk. Kalau itu bisa kita suarakan terus menerus maka masyarakat bisa diedukasi agar tidak lakukan berbagai macam hal," lanjutnya.

Terkait skenario penyebaran covid-19 serta beragam skenario intervensi, menurut Riris, outbreak covid-19 di Indonesia, tidak terjadi pada saat yang bersamaan, tetapi bisa secara bergantian. "Oleh karena itu, puncak outbreak bisa berbeda-beda di setiap wilayah," paparnya.

Agar penanganan covid-19 bisa dijalankan dengan efektif, kata Riris, pemerintah perlu menjaga agar tidak muncul kasus di daerah-daerah yang belum mengalami outbreak karena ada perpindahan orang-orang dari wilayah yang sudah terjadi outbreak.

"Paling banyak di Jakarta dan beberapa kita lain, sehingga yang jadi masalah adalah di banyak daerah yang belum terjadi outbreak. Karena itu kebijakan tidak ada mudik perlu diberlakukan," ungkapnya. (OL-14)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Bude
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik