Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
RATUSAN nelayan rajungan Pasir Putih, Desa Sukajaya, Kecamatan Cilamaya Kulon, Karawang menggelar unjuk rasa di halaman Kantor Pemkab Karawang. Mereka mengeluh hasil rajungan yang menurun pascapencemaran oil spill akibat kebocoran sumur YYA-1 Pertamina Hulu Energi.
"Sejak bulan kesepuluh (Oktober 2019) merupakan masa panen, kami menangkap rajungan sampai bulan ketiga (Maret 2020). Biasanya kami bisa menangkap 30 kilogram sampai 50 kilogram, tetapi sekarang hanya dua sampai tiga ekor rajungan saja," kata Majudin,36, nelayan Pasir Putih kepada Media Indonesia di sela unjukrasa, Senin (20/1).
Majudin juga mengungkapkan setiap ia melepas jaringnya, bukan rajungan yang didapat, tetapi sisa-sisa oil spill yang berada yang mengendap di dasar laut. Karena panen rajungan yang tak dapat dinikmati, kerugian juga dialami oleh Kadis,41. Ia terpaksa harus menjual perahunya untuk memenuhi kebutuhan hidup.
"Saya jual Rp8 juta, karena harus bayar hutang dan biaya hidup. Padahal perahu saya itu harganya Rp30 juta," ungkapnya.
Mereka meminta pertanggungjawaban Pemkab Karawang untuk melakukan langkah cepat bagi nelayan rajungan di Pasir Putih. Berbulan-bulan mereka tidak dapat penghasilan karena sepinya tangkapan.
"Memang harus ada penanganan cepat kepada 500 nelayan rajungan. Karena mereka berbulan-bulan melaut dengan penghasilan minim. Banyak nelayan yang justru meminjam uang ke bank emok (rentenir), untuk memenuhi kehidupan sehari-hari," kata Sekretaris Desa Sukajaya, Ahmad Syaikhu.
Selain itu, menurut Syaikhu, pada perairan di Pasir Putih yang tak jauh dari sumur YYA-1 itu justru bukan rajungan yang didapat, melainkan berkembangnya udang. Sehingga ia meminta, agar pemkab membelikan jaring khusus penangkapan udang sebagai penghasilan sementara waktu, hingga adanya kejelasan perbaikan lingkungan.
"Sekarang ini dampak pencemaran tidak berpengaruh terhadap udang. Namun jaring yang dimiliki nelayan yakni jaring khusus rajungan, jika beli nelayan uang dari mana. Kita tidak tahu kondisi ini sampai kapan, jadi kita minta harus ada penggantian penangkapan dahulu dengan adanya pemberian jaring udang," terangnya.
Penghasilan nelayan rajungan paling minimal mencapai Rp400.000 sekali melaut. Pasalnya harga rajungan mencapai Rp40.000 perkilogram. Sementara itu Sekretaris Daerah Karawang, Acep Jamhuri menjanjikan akan segera mengirimkan bantuan beras sesuai dengan permohonan para nelayan rajungan.
"Jadi kita akan bantu dengan beras pasokan bencana kita yang masih ada di Bulog," ucapnya.
Selain itu, pemkab juga akan segera melakukan pengadaan jaring udang di Dinas Kelautan dan Perikanan.
"Melalui percepatan nanti kita akan bantu jaring," katanya.
baca juga: Sekolah di Flores Timur Sambut Positif Mekanisme BOS Terbaru
Pemkab juga akan mendorong kepada Pertamina untuk melakukan kajian khusus di wilayah Pasirputih. Kajian tersebut berkaitan dengan percepatan kompensasi dan perbaikan lingkungan di wilayah tersebut. (OL-3)
Puluhan ribu ikan naik ke permukaan setelah terjadi hujan deras dan aliran air mulai surut, hasil uji air sungai di titik pertama depan sebuah pabrik menunjukkan pH : 7,6
WARGA eks transmigrasi Desa Rantau Bakula, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan kembali memprotes kondisi pencemaran lingkungan di wilayah mereka.
Telusuri dampak mengerikan pencemaran tanah: dari kesehatan manusia hingga kerusakan ekosistem. Temukan contoh nyata dan solusi untuk bumi yang lebih sehat.
Tidak adanya standar pengujian mikroplastik dalam pangan dan lingkungan semakin memperparah kontaminasinya di dalam tubuh manusia.
Pemantauan baku mutu menjadi kegiatan penting untuk melihat informasi atau gambaran akan kualitas air sungai di wilayah itu.
Kuat dugaan, minyak itu berasal dari limbah pembuangan tambak udang ke laut karena lokasi pantai dekat dengan tambak udang.
DATA Kementerian Kelautan dan Perikanan menyebutkan total luas terumbu karang di Indonesia mencapai 2,5 juta hektar. Namun, sekitar 70% atau 1,75 juta hektar dalam kondisi rusak
Asosiasi Pengusaha Bumiputera Nusantara Indonesia (Asprindo) menyatakan kesiapan untuk mengimplementasikan Global Quality and Standard Programme (GQSP) Indonesia Fase 2.
Untuk tahun ini, Dinas Perikanan Batam menargetkan ekspor ikan ke Singapura sebesar 5.500 ton dengan nilai mencapai Rp250 miliar.
Melalui perjanjian ini, diharapkan kondisi kerja awak kapal perikanan migran Indonesia di Taiwan dapat semakin membaik.
Selama ini, para petani yang ingin beternak ikan terpaksa harus membeli benih ikan dari luar daerah seharga Rp1.000 per ekor.
Sebuah fenomena terjadi di Waduk Jatiluhur, Kecamatan Sukasari, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat. Lebih dari 100 ton ikan mengalami mati massal.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved