Headline
Reformasi di sisi penerimaan negara tetap dilakukan
Operasi yang tertunda karena kendala biaya membuat kerusakan katup jantung Windy semakin parah
WARGA dua dusun di Desa Sinar Hading Gala, Kecamatan Tanjung Bunga, membelah ruas jalan utama kabupaten yang menghubungkan sejumlah desa. Hal itu dilakukan secara swadaya sebagai bentuk protes lantaran kerap terdampak banjir.
Pun, mereka berencana membuat deker (penyangga) sementara berbahan kayu guna mengalihkan jalur banjir agar tidak lagi menggenangi permukiman.
Dari pantauan di lokasi, sejumlah warga mengeruk dan membelah badan jalan yang menghubungkan beberapa desa sehingga jalan penghubung pun putus serta lalu lintas dialihkan ke jalur lain. Warga desa lainnya harus memutar jalan lebih jauh karena terbelahnya jalan penghubung tersebut.
Sejumlah warga saat ditemui di lokasi mengakui bertahun-tahun rumah mereka yang berada di Dusun 3 Belega Toki Wato dan Dusun 4 Wuring Jagamada di Desa Sinar Hading Gala sering dilanda banjir sejak jalan tersebut dibuka. Berbagai upaya telah dilakukan warga untuk mengantisipasi banjir, tetapi tidak pernah selesai bahkan semakin parah.
Salah seorang warga, Walburga Jina, mengakui sejak jalan tersebut dibuka, banjir kerap menerjang permukiman warga hingga ketinggian 1 meter sehingga sangat meresahkan warga di lokasi tersebut. Sebelumnya, pernah diterapkan solusi dengan mesin penyedot air, tetapi tidak mampu menyelesaikan persoalan.
"Sudah bertahun-tahun pak, sejak jalan ini dibuka banjir sering melanda lokasi kami. Mungkin bangunan jalan yang tidak bagus sehingga setiap kali hujan, banjir sering masuk ke dalam rumah kami. Mudah-mudahan segera ada jalan keluarnya," kata Walburga, Senin (13/1).
Baca juga: Stok Pangan di Flotim dan Lembata Cukup hingga Tahun Baru
Warga lainnya, Lodovikus Lado Lian, sangat berharap adanya bantuan pemerintah untuk segera membantu mengatasi keadaan ini. Karena setiap kali hujan, warga selalu resah dengan kondisi banjir. Warga membelah badan jalan tersebut untuk membuat deker agar air bisa dialihkan dan tidak lagi masuk ke kampung mereka.
"Kami sangat berharap pemerintah segera membantu kami. Setiap kali hujan kami tidur tidak tenang. Banjir selalu masuk ke rumah kami, karena badan jalan yang agak rendah sehingga air mudah masuk ke sini. Sehingga kami dengan swadaya sendiri menggali dan membelah badan jalan ini untuk mencegah banjir masuk ke kampung ini," tutur Lodovikus.
Warga, lanjut Lodovikus, berharap pemerintah daerah bisa melihat kondisi ini dan segera menyelesaikan persoalan.(OL-5)
TIM Penyidik Tindak Pidana Khusus, Kejaksaan Tinggi (Kejati) Nusa Tenggara Timur (NTT) menahan tiga tersangka dalam dua kasus dugaan tindak pidana korupsi dana rehabilitasi sekolah.
Motivasi diberikan kepada para peserta MPLS di sela-sela kunjungannya ke Flores Timur selama dua hari
Benda itu meliputi 40 kilogram artefak hasil ekskavasi yang terbagi menjadi 15 kategori, termasuk perhiasan, alat bantu, keramik, gerabah, serta sisa kerangka dari 3 individu leluhur
Warga yang direlokasi berasal 2.209 keluarga. Mereka akan menempati lahan seluas 130 hektare.
KOMUNITAS Bidara di Mbay, Kabupaten Nagekeo, Flores, NTT, melakukan kegiatan sosialisasi adaptasi dan mitigasi perubahan iklim bagi para pemuda, pelajar, nelayan, petani, mahasiswa.
Indonesia Eximbank (Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia/LPEI) meluncurkan program Desa Devisa Tenun NTT untuk memberdayakan para penenun tradisional di wilayah NTT.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved