Headline

Pengacara Tannos menggunakan segala cara demi menolak ekstradisi ke Indonesia.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

2020, PR Lingkungan masih Panjang

RF/AS/N-2
30/12/2019 22:40
2020, PR Lingkungan masih Panjang
Sebuah kapal isap melakukan aktivitas penambangan pasir timah laut yang berada di perairan Sungailiat, Bangka Belitung.(MI/RENDY )

KERUSAKAN lingkungan di sejumlah daerah belum bisa diatasi hingga akhir 2019 ini. Daerah kaya timah, Bangka Belitung, misalnya, harus menuai kerugian tak terhingga akibat rusaknya terumbu karang.

Penambangan timah tidak lagi dilakukan di daratan saja. Penambang, dengan mesin-mesin penyedotnya, juga sudah menguras potensi timah dari perairan.

Akibatnya, Direktur Wahana Lingkungan Hidup Bangka Belitung, Jessix Amundian, mengklaim kerusakan terumbu karang hingga mati sudah mencapai luas 5.270 hektare. “Kerusakan itu sangat memengaruhi kehidupan 16.240 nelayan, yang sebenarnya memiliki potensi perikan­an tangkap hingga 1 juta ton lebih per tahun.”

Setiap 1 kilometer persegi terumbu karang sehat, menurut dia, bisa menghasilkan 20 ton ikan. Di depan anggota DPRD Bangka Belitung, kemarin, Jessix mengungkapkan kerusakan perairan laut di Bangka Belitung terjadi akibat aksi ponton isap ilegal dan kapal isap produksi. Kerusakan terumbu karang sudah terjadi pada 5-6 tahun terakhir. Karena itu, pada tahun depan, Persatuan Nelayan dan Masyarakat Pesisir Babel akan terus berjuang untuk menolak tambang laut.

Selama setahun terakhir juga ditandai dengan terjadinya abrasi di pantai utara Jawa Tengah yang semakin parah. Selain telah menggerus daratan, merusak pantai, dan menghilangkan daratan rata-rata 100 hektare per tahun, abrasi juga menenggelamkan perkampungan warga. Ribuan warga pun harus rela merelokasi diri.

Kisah duka itulah yang dialami ribuan warga dari Desa Senik dan Tambaksari di Kabupaten Demak, Desa Bulak di Kabupaten Jepara, serta Jetuksari dan Pantaisari di Kota Pekalongan.

“Dulu posisi pantai sekitar 100 meter dari sekarang ini. Warga terpaksa bergeser karena rumah mereka hi­lang,” ujar Alimin, 57, warga Bedono, Kecamatan Sayung, Demak.

Wakil Bupati Demak, Joko Sutanto, sepakat abrasi di wilayahnya sudah tergolong parah. “Sudah 798 hektare lahan hilang. Harus ada upaya penyelamatan.”

Pemerintah berusaha mengatasi soal ini dengan membangun tanggul raksasa sepanjang pantai di Pekalongan, Kota Semarang, dan Demak. (RF/AS/N-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya