BPBD Klaten Kehabisan Dana Pengedropan Air

Djoko Sardjono
14/11/2019 11:27
BPBD Klaten Kehabisan Dana Pengedropan Air
BPBD Klaten mulai kehabisan anggaran untuk mengedrop air bersih ke desa-desa yang dilanda kekeringan.(MI/Djoko Sardjono )

BADAN Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, kini kehabisan dana kegiatan pengedropan air bersih untuk penanganan daerah rawan kekeringan di Klaten. Saat ini BPBD Klaten 2019 mengalokasikan anggaran pengedropan air sebesar Rp200 juta untuk 800 tangki untuk 40 desa di 10 kecamatan yang terdampak kemarau.

Kepala Pelaksana BPBD Klaten, Sip Anwar saat dikonfirmasi Media Indonesia mengungkapkan, bahwa mulai Jumat (15/11/2019) kegiatan pengedropan air akan dihentikan lantaran dana sudah habis.

"Karena alokasi anggaran tahun ini sudah habis, Jumat besok adalah kegiatan pengedropan air terakhir ke daerah rawan kekeringan  yang dilakukan BPBD Klaten," ujarnya, Rabu (13/11/2019).

BPBD Klaten telah mengundang sejumlah perusahaan besar untuk membantu dropping air dengan dana CSR (corporate social responsibility) yang dimiliki perusahaan tersebut.

"Kami minta perusahaan besar menyalurkan dana CSR-nya untuk membantu daerah kekeringan. BPBD pun menyiapkan lima mobil tangki yang dapat digunakan untuk pengedropan air," tambahnya.

Untuk mengatasi kekurangan dana kegiatan pengedropan air, BPBD Klaten sebenarnya bisa menggunakan dana siap pakai Rp500 juta. Tapi proses pencairannya menunggu SK Bupati tentang tanggap darurat. Dampak kemarau membuat 40 desa di 10 kecamatan kekeringan. Untuk membantu daerah krisis air bersih itu, BPBD Klaten sejak Mei lalu hingga pekan ini telah menyalurkan bantuan air hampir 800 tangki.

baca juga: Jelang Pilkada 2020, Bawaslu Evaluasi Kinerja di Pemilu 2019

Ke-40 desa kekeringan itu tersebar di Kecamatan Kemalang (7 desa), Jatinom (4 desa), Karangdowo (5 desa), Karangnongko (1 desa), Trucuk (2 desa), Bayat (11 desa), Pedan (2 desa), Cawas (7 desa), dan Gantiwarno (1 desa).

"Hujan di Klaten belum merata dan baru membersihkan genteng rumah. Karena itu, sumber air hingga saat ini masih kering kerontang," pungkasnya. (OL-3)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya