Headline

Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.

Fokus

Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.

Mengenang kembali Kisah Raden Patah

Haryanto/Akhmad Safuan/N-3
10/9/2019 11:05
Mengenang kembali Kisah Raden Patah
Para sejarawan, budayawan, arkeolog, mahasiswa, dan ulama mengikuti Focus Group Discussion (FGD) sejarah Kerajaan Demak di Demak, Jawa Tenga(MI/AKHMAD SAFUAN)

MUNGKIN tidak banyak waktu yang kita pakai untuk berpikir kembali tentang masa ketika para tokoh menanam fondasi serta mendirikan bangunan peradaban bangsa ini.

Masa berganti, terciptalah jarak dan kesenjangan waktu yang kemudian bisa mengubur pemahaman kita tentang masa lalu.

Pemerhati sejarah, Lestari Moerdijat, mengatakan kebaikan kini lebih sering dilupakan ketimbang keburukan dan keonaran. "Kita menjadi segerombolan makhluk yang lebih gemar mencaci, meratap, dan menangis ketimbang menghargai," tuturnya.

Persis seperti saat ini, tiba-tiba kita dikejutkan pernyataan terkait keberadaan Raden Patah. Oleh karena itu, untuk meluruskannya, kita harus membaca ulang guna memperkuat pemahaman kita tentang tokoh pendiri kerajaan Islam pertama di Jawa, yatu Raden Patah.

Saden Patah pendiri Kesultanan Demak

Pendiri Kesultanan Demak, Raden Patah. Photo by Wikipedia

Raden Patah atau Praba atau Raden Bagus Kasan (Hasan) alias Jin Bun bergelar Senapati Jimbun atau Panembahan Jimbun, lahir di Palembang pada 1455 dan wafat di Demak pada 1518. Dia adalah pendiri dan sultan Demak pertama yang memerintah sejak 1500 hingga 1518.

Menurut kronik Tiongkok dari Kuil Sam Po Kong Semarang, nama Tionghoa Jin Bun tidak disertai nama marga di depannya, karena hanya ibunya yang berdarah Tionghoa. Jin Bun bermakna orang kuat. Ini identik dengan nama Fatah (Patah) dari bahasa Arab yang berarti kemenangan atau pembukaan (al-fath).

Raden Patah mendalami agama Islam kepada Sunan Ampel. Dari Sunan Ampel lah Raden Patah belajar tentang Islam yang rahmatan lil-alamin.

Pemahaman itu diwujudkan pula dengan sikap terbuka, lemah lembut, dan reseptif terhadap segala perbedaan dan keragaman.

Arkeolog UGM Inajati Adrisijanti menambahkan, arsitektur Masjid Demak sangat khas dan berbeda dengan masjid di negara mana pun. (Haryanto/Akhmad Safuan/N-3)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Kardashian
Berita Lainnya