Headline

Hakim mestinya menjatuhkan vonis maksimal.

Fokus

Talenta penerjemah dan agen sastra sebagai promotor ke penerbit global masih sangat sedikit.

Bali Hadapi Krisis Air Bersih

Arnoldus Dhae
02/7/2019 10:28
Bali Hadapi Krisis Air Bersih
Ilustrasi(Antara )

KRISIS air bersih terutama air tawar saat ini sedang melanda Bali. Hasil riset yang dilakukan Yayasan Idep Selaras Alam Bali menunjukkan kondisi krisis air bersih saat ini melanda Bali. Beberapa temuan yang terbaru adalah terjadi intrusi air laut melalui bawah tanah karena eksplorasi air tanah secara berlebihan, air tanah yang telah tercemar, tingginya alih fungsi lahan hijau, kurangnya pemanfaatan air permukaaan yang banyak terbuan ke laut, serta Bali  kekurangan pasokan air di saat musim hujan.

"Yayasan Idep Selaras Alam memang ada program Bali Water Protection (BWP). Kami juga telah melakukan riset secara akademis, bekerja sama dengan Kampus Politeknik Negeri Bali. Hasilnya memang Bali saat ini sedang diancam krisis air bersih," ujar Sayu Komang, Program Koordinator Yayasan Idep BWP di Denpasar, Selasa (2/7).

Menurut Sayu, Bali adalah surga yang sedang terancam karena penurunan kuantitas dan kualitas airnya yang semakin mengkhawatirkan. Secara teknis, ada tiga hal yang menjadi indikasi masalah, yaitu penurunan muka air tanah, disusul intrusi air laut ke lapisan akuifer (lapisan bawah tanah yang mengandung air dan dapat mengalirkan air), dan polusi air permukaan.

Di beberapa wilayah di Bali, khususnya di bagian selatan, muka air tanah mengalami penurunan hingga lebih dari 50 meter dalam waktu kurang dari 10 tahun. Banyak sumur mulai mengering atau tercemar. Penurunan muka air tanah ini disebabkan oleh tingkat pengambilan air tanah (eksplorasi) yang jauh melebihi tingkat pengisiannya kembali (imbuhan). Apalagi jika hal ini terus berlangsung dalam jangka waktu lama.

Tidak hanya muka air tanah, air permukaan seperti danau dan sungai pun mengalami hal yang sama. Pada 2012, Danau Buyan sebagai sumber pasokan air tawar terbesar kedua bagi Bali mengalami penurunan hingga 5 meter. Belum lagi ditambah cerita dari para petani dan masyarakat seputaran aliran sungai yang mengeluhkan adanya penurunan debit air dan pencemaran sungai. Ketika muka air tanah semakin menurun dan menyebabkan rongga di lapisan akuifer, intrusi air laut ke akuifer menjadi sulit dihindari.

Akibatnya, kualitas air tanah tidak lagi sehat untuk dikonsumsi. Jika demikian, maka itu adalah salah satu situasi ekologis yang butuh waktu sangat lama untuk diperbaiki. Pada soal polusi air permukaan, status Sungai Ayung dan Pakerisan dapat diangkat jadi contoh.

Sebelumnya, status dua sungai ini masih berada di Kelas II, artinya layak untuk olahraga air. Namun polusi, statusnya kemudian diturunkan ke Kelas III yang berarti hanya layak untuk pertanian. Pada 2006,  sanitasi dan pengelolaan limbah (rumah tangga, industri, dan residu bahan kimia dari pertanian) yang buruk, sebanyak 21 sungai memiliki tingkat polusi beragam mulai dari angka -30 sampai -70, dengan angka 0 sebagai tingkat yang dianggap aman.

Ironisnya, pengisian kembali air tanah secara alami tidak dapat diandalkan. Pasalnya, tingkat kebutuhan air di Bali terus bertambah setiap tahunnya seiring dengan meningkatnya jumlah populasi dan kunjungan wisatawan. Bahkan kini kebutuhan air untuk pariwisata 15 kali lebih besar dibandingkan kebutuhan air masyarakat lokal. Belum lagi, sebagai dampak dari pertumbuhan di sektor pariwisata, pertumbuhan jumlah bangunan terkait unit bisnis pariwisata (hotel, resort, vila, restoran, kafe, dan lain-lain) semakin mengurangi daerah resapan air. Kurangnya area resapan air ini menyebabkan 117 kali peristiwa banjir di Bali pada 2018.

baca juga: Partai Berkarya, Terbanyak Menggugat

Sayu mengaku, pihaknya tidak saja melakukan riset, tetapi juga melakukan beberapa langkah nyata sebagai solusi mencegah krisis air bersih di Bali.

"Kami hanya bisa melakukan hal yang bisa kami lakukan untuk mencegah krisis air bersih di Bali. Kami membangun 18 sumur resapan yang tersebar di beberapa titik di Bali. Bekerja sama dengan 20 sekolah di Bali untuk melestarikan sumber daya air seperti penanaman pohon di seputar mata air, melakukan kampanye pelestarian air dan sebagainya," ujarnya. (OL-3)

 

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya