Headline

Pengibaran bendera One Piece sebagai bagian dari kreativitas.

Fokus

Isu parkir berkaitan dengan lalu lintas dan ketertiban kota.

10 Kecamatan Gunungkidul Mulai Kesulitan Air Bersih

Agus Utantoro
16/6/2019 19:30
10 Kecamatan Gunungkidul Mulai Kesulitan Air Bersih
Sejumlah warga Dusun Trucuk, Desa Karangasem, Paliyan, Gunungkidul tengah antri mengambil air(MI/AMIRUDDIN ZUHRI )

SEJUMLAH 10 kecamatan di Kabupaten Gunungkidul mengajukan permintaan dropping air bersih. Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Gunungkidul Edy Basuki mengatakan kecamatan paling parah yang mengalami kesulitan air bersih adalah Kecamatan Girisubo, Kecamatan Paliyan dan Kecamatan Rongkop. Ketiga kecamatan ini sudah menerima kiriman air bersih sejak awal Juni lalu.

"Tujuh kecamatan lainnya adalah Kecamatan Ngawen, Kecamatan Purwosari, Kecamatan Ponjong, Kecamatan Semin, Kecamatan Patuk, Kecamatan Semanu dan Kecamatan Tepus," ujar Edy, Minggu (16/6).

Edy mengungkapkan, BPBD Kabupaten Gunungkidul sudah menyiapkan armada pengangkut air bersih untuk selalu siap melakukan dropping air bersih kepada masyarakat yang membutuhkan. Selain kondisi kendaraan yang harus prima, ujarnya, juga diperlukan pengemudi andal yang mampu menembus berbagai medan di Gunungkidul.

Bahkan, untuk Kecamatan Gedangsari diperlukan kendaraan yang sangat andal dan sopir yang mumpuni. Edy menyebut dari tujuh armada pengangkut air bersih, enam di antaranya operasional dan satu armada untuk cadangan.
Karena itu, desa atau kecamatan yang wilayahnya memerlukan dropping air bersih, segera mengajukan permohonan.

"Kami sudah melakukan sosialisasi tata cara pengajuan permintaan dropping air bersih ke kecamatan dan bahkan desa," tuturnya.

Baca juga: Pascabanjir, Ribuan Warga Kotabaru Kesulitan Air Bersih

Dropping air bersih akan dilakukan jika ada proposal permohonan yang masuk. Jika tidak ada, BPBD tidak melakukan pengiriman. Ia menambahkan, BPBD tidak melayani permintaan yang diajukan perorangan atau kelompok masyarakat tetapi harus melalui desa.

Kepala BPBD Kabupaten Bantul Dwi Daryanto menegaskan saat ini ada tiga desa di tiga kecamatan yang telah mengajukan permintaan air bersih. Ketiga desa itu adalah Desa Bawuran (Kecamatan Pleret), Desa Triharjo (Kecamatan Pandak) dan Desa Terong (Kecamatan Patuk).

Dikatakan Dwi, jumlah desa yang mengalami kesulitan air bersih diperkirakan akan meningkat lagi, karena puncak kemarau masih pada Agustus mendatang.

"Kami minta desa-desa terutama yang di wilayahnya ada yang berpotensi kekurangan air bersih segera menyampaikan petanya kepada BPBD, sehingga kami akan lebih cepat melayani," ucap Dwi.

Sementara Kepala Stasiun Klimatologi Mlati Yogyakarta Etik Setiyaningrum mengatakan saat ini seluruh wilayah di DIY sudah memasuki musim kemarau.

"Bahkan sudah ada yang tidak menglamai hujan selama 30 sampai 60 hari," imbuh Etik.

Karena itu ia meminta masyarakat dapat menyesuaikan. Para petani juga diminta untuk menanam tanaman yang sesuai dengan musim kemarau.

Kepala Bidang Tanaman Pangan Kabupaten Sleman Rofiq Andriyanto secara terpisah mengatakan petani yang lahannya diperkirakan tidak mendapatkan aliran irigasi pada musim kemarau ini diharapkan tidak memaksakan diri menanam padi untuk mengurangi risiko gagal panen.

Sebagai ganti, petani disarankan menanam tanaman yang tidak memerlukan banyak air seperti tanaman palawija. Ia menambahkan, kemarau juga akan dimanfaatan untuk perbaikan sejumlah saluran irigasi yang ada.

"Tahun ini kami berencana memperbaiki saluran irigasi yang mengocori sekitar 600 hektare," ungkapnya.

Sedangkan untuk menyangga kebutuhan pangan, lanjut Rofiq, sudah disiapkan cadangan sebanyak 100.000 ton gabah yang merupakan hasil panen Maret-April pada lahan seluas 16.000 hektare. Pada musim kemarau ini pula, imbuhnya, akan mengolah 6.200 hektare sawah untuk penanaman padi.

"Yang bisa disiapkan adalah di Sleman Barat yang tidak mengalami kesulitan air irigasi meski kemarau," pungkasnya.(OL-5)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya