Headline

Sedikitnya 30% penggilingan gabah di Jawa Tengah menutup operasional.

Tambang dan Perkebunan Sawit Perparah Banjir di Bengkulu

Marliansyah
29/4/2019 07:00
Tambang dan Perkebunan Sawit Perparah Banjir di Bengkulu
Foto udara kendaraan melintasi kawasan terdampak banjir di Kelurahan Rawa Makmur, Bengkulu, Sabtu (27/4/2019).(ANTARA FOTO/David Muharmansyah)

BANJIR besar yang melanda Bengkulu, selain karena cuaca ekstrem, juga tak lepas dari kerusakan daerah resapan air di hulu. Pertambangan batu bara dan perkebunan kelapa sawit dinilai memperparah bencana yang menewaskan sedikitnya 17 orang itu.

Data teranyar yang dilansir Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) tadi malam menyebutkan, selain 17 orang meninggal dunia, banjir juga menyebabkan 9 orang hilang, 2 luka berat, dan 2 luka ringan. Dari total korban tewas, 11 orang terdapat di Kabupaten Bengkulu Tengah, 3 orang di Kota Bengkulu, dan 3 lainnya di Kabupaten Kepahiang.

Menurut Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Bengkulu Rusdi Bakar, 13 ribu warga terdampak banjir dan tanah longsor yang terjadi sejak Jumat (26/4) tersebut. Sebanyak 12 ribu di antaranya mengungsi. BPBD mengimbau masyarakat tetap mewaspadai potensi cuaca ­ekstrem hingga awal Mei.

Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah menyatakan banjir terparah dalam dua dekade terakhir ini juga mengakibatkan kerugian material mencapai Rp138 miliar. Dia pun meminta bantuan pemerintah pusat.  
Para aktivis lingkungan menilai bencana itu tak lepas dari rusaknya lingkungan di hulu Sungai Bengkulu. Keberadaan delapan tambang batu bara yang beroperasi di kawasan penyangga Hutan Lindung Bukit Daun me­rusak daerah tangkapan air.

Direktur Kanopi Bengkulu, Ali Akbar, menegaskan banjir di Bengkulu tidak bisa semata ditimpakan pada hujan lebat yang mengguyur dalam waktu lama. Menurutnya, kawasan daerah aliran Sungai Bengkulu di wilayah Kabupaten Bengkulu Tengah telah habis dikaveling untuk pertambangan batu bara dan perkebunan sawit. Kawasan ini sudah kehilangan fungsi ekologis.

Senada, Manajer Kampanye Industri Ekstraktif Walhi Bengkulu, Dede Frastien, mengatakan banjir yang melanda Bengkulu menjadi bukti rusaknya hulu sungai karena aktivitas pertambangan batu bara.

 “Salah satunya PT Kusuma Raya Utama yang menambang di kawan konservasi Taman Buru Semidang Bukit Kabu. Bencana ini seharusnya me-nguatkan gugatan Walhi terhadap PT Kusuma Raya Utama, tambang yang mengeruk isi perut bumi di hulu Sungai Bengkulu,” tukasnya. (MY/Ant/X-8)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron
Berita Lainnya