Headline
Pemilu 1977 dan 1999 digelar di luar aturan 5 tahunan.
Bank Dunia dan IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini di angka 4,7%.
BERDASARKAN rilis Badan Pusat Statistik (BPS), perekonomian DKI Jakarta, dengan pangsa 16,85% terhadap Nasional masih tumbuh kuat yaitu sebesar 4,95% (yoy) pada triwulan I 2025, meski sedikit melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (5,01%; yoy).
"Dari sisi permintaan, pertumbuhan terutama ditopang oleh konsumsi rumah tangga, investasi, dan konsumsi pemerintah. Dari sisi Lapangan Usaha (LU) utama, pertumbuhan terutama didorong oleh LU informasi dan komunikasi (Infokom), LU perdagangan, serta LU jasa keuangan dan asuransi. Pertumbuhan ekonomi Jakarta tersebut lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional (4,87%; yoy)," ucap Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi DKI Jakarta, Arlyana Abubakar, dikutip dari siaran pers yang diterima, Senin (5/5).
Dari sisi permintaan, sambung dia, konsumsi rumah tangga tumbuh sebesar 5,36% (yoy) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya (5,14%; yoy). Meningkatnya pertumbuhan ditopang oleh berlangsungnya HBKN Ramadan-Idul Fitri serta Nyepi.
Selain itu, penyaluran THR serta pemberian berbagai insentif pemerintah antara lain berupa diskon tariflistrik, dan bantuan pangan turut mendorong pertumbuhan konsumsi rumah tangga.
Kemudian, ia menilai bahwa faktor investasi juga menjadi penopang ekonomi Jakarta dengan pertumbuhan sebesar 2,89% (yoy) pada triwulan I 2025.
"Meskipun tetap menjadi penopang utama, kinerja investasi tersebut tumbuh melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh mencapai7,54% (yoy). Perlambatan bersumber dari penurunan investasi baik yang bersumber dari dalam negeri (PMDN) maupun luar negeri (PMA)," ungkapnya.
Selanjutnya, konsumsi Pemerintah tumbuh tinggi pada triwulan I 2025 menjadi 9,22% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya (5,20%; yoy). Pertumbuhan ini, tambah dia, didorong oleh meningkatnya belanja pegawai dan belanja bansos sejalan dengan berlangsungnya HBKN serta belanja subsidi sejalan dengan pemberianberbagai insentif kepada masyarakat.
Sementara dari sisi eksternal, ekspor tumbuh tinggi menjadi sebesar 17,59% (yoy) dari triwulan sebelumnya (14,66%; yoy) didorong oleh pertumbuhan ekspor nonmigas yang seiring dengan membaiknya ekspor produk otomotif, serta peningkatan ekspor untuk komoditas lainnya seperti alas kaki.
"Sejalan dengan pertumbuhan ekspor, impor juga tumbuh tinggi dari14,51% (yoy) menjadi 16,24% (yoy) sehingga Jakarta mencatatkan net impor pada triwulan I 2025," beber dia.
Dari sisi Lapangan Usaha, pertumbuhan terutama ditopang oleh LU infokom yang tumbuh 5,93% (yoy), lebih tinggi dari triwulansebelumnya (4,36% yoy), didorong oleh meningkatnya produksi film dan jumlah penonton bioskop pada periode libur HBKN.
Selain itu, LU perdagangan juga menjadi penopang pertumbuhan meski tumbuh melambat dari 7,26% (yoy) menjadi 4,35% (yoy) pada triwulan I 2025. LU jasa keuangan dan asuransi juga tumbuh meningkat dari2,60% (yoy) menjadi 5,84% (yoy) pada triwulan I 2025 sejalan dengan pertumbuhan penyaluran kredit perbankan yang masih tetaptinggi.
Sedangkan LU lainnya seperti LU industri pengolahan, LU akomodasi dan makan minum serta LU transportasi dan pergudangan juga masih tumbuh positif didukung oleh tingginya aktivitas dan permintaan masyarakat pada momen Ramadhan dan HBKN Idul Fitri.
Ke depan, Kantor Perwakilan Bank Indonesia DKI Jakarta akan terus memonitor perkembangan berbagai indikator perekonomian baik di tingkat daerah, nasional, maupun global. Selain itu, sinergi dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta akan terus diperkuat untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta di berbagai sektorguna mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi, inklusif, dan berkelanjutan, serta mewujudkan Jakarta sebagai Kota Global yang berdaya saing. (E-4)
HIMPUNAN Kawasan Industri Indonesia (HKI) menegaskan perlunya langkah konkret untuk memperkuat ekosistem investasi kawasan industri di tengah target ambisius pemerintah
PENURUNAN tajam peringkat daya saing Indonesia dalam laporan IMD World Competitiveness Ranking 2025 tidak lepas dari merosotnya efisiensi pemerintah dan efisiensi bisnis.
Keputusan BI mempertahankan suku bunga acuan di level 5,50% dipandang sebagai langkah konservatif yang tepat di tengah ketidakpastian global dan perlambatan ekonomi domestik.
Keputusan Bank Indonesia (BI) menahan suku bunga acuan, atau BI Rate di level 5,50% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) 17-18 Juni 2025 dinilai sebagai langkah yang tepat.
Situasi global yang masih dan kian tak menentu patut diwaspadai. Perkembangan dari ekonomi dunia dan konflik Timur Tengah Iran vs Israel dinilai dapat memberi dampak ke perekonomian Indonesia.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) kembali mencatatkan defisit sebesar Rp21 triliun, setara 0,09% dari Produk Domestik Bruto (PDB) hingga akhir Mei 2025.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved