Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
DI jantung hiruk-pikuk Kota Jakarta, Stasiun Jakarta Kota berdiri sebagai saksi bisu perjalanan sejarah bangsa. Lebih dari sekadar simpul transportasi, bangunan yang sering disebut Beos ini menyimpan kisah yang berlapis, menghubungkan era kolonial dengan masa kini. Setiap dindingnya berbicara, setiap sudutnya menyimpan memori yang mengundang rasa takjub.
Stasiun Jakarta Kota dirancang oleh arsitek Belanda, Frans Johan Louwrens Ghijsels, pada 1926. Pembangunan stasiun ini berlangsung hingga 1929, menggantikan bangunan lama yang telah berdiri sejak 1887. Dengan gaya arsitektur Art Deco yang khas, stasiun ini memadukan estetika modern Eropa dengan elemen fungsional yang sesuai untuk iklim tropis Indonesia. Pada 8 Oktober 1929, stasiun ini diresmikan sebagai pusat transportasi utama Batavia.
Nama Beos sebenarnya berasal dari singkatan Bataviasche Ooster Spoorweg Maatschappij (BOS), meskipun perusahaan ini tidak terkait langsung dengan pengelolaan stasiun. Sejak awal, Stasiun Jakarta Kota telah menjadi simpul penting yang menghubungkan Jakarta dengan daerah lain di Pulau Jawa. Fungsinya tidak hanya sebagai tempat transit, tetapi juga sebagai motor penggerak urbanisasi hingga cagar budaya.
"Stasiun ini menjadi penggerak utama urbanisasi di Jakarta, memungkinkan mobilitas penduduk dari dan ke kota untuk keperluan ekonomi, pendidikan, dan perdagangan," kata Kepala Stasiun Jakarta Kota Tarmudi, Senin (20/1). Stasiun Jakarta Kota ialah karya yang menggabungkan keindahan estetika dan fungsinya sebagai stasiun. Fasad utama yang monumental, dengan lengkungan besar dan jendela kaca raksasa, memberikan kesan megah sekaligus modern. Warna asli putih dengan aksen abu-abu menambah nuansa bersih dan elegan.
Di dalamnya, ruang tunggu yang dirancang lapang untuk menampung banyak penumpang dengan langit-langit tinggi menciptakan sirkulasi udara yang pas untuk iklim tropis. "Perencanaan interiornya dirancang untuk menampung banyak penumpang sekaligus, menjadikannya salah satu stasiun terbesar pada masanya," tambah Tarmudi.
Sebagai salah satu stasiun tersibuk di Indonesia, Stasiun Jakarta Kota melayani ribuan penumpang setiap hari. Jam sibuk terjadi pada pagi hari saat pekerja dan pelajar memulai aktivitas serta sore hingga malam saat mereka kembali ke rumah. Pada akhir pekan dan musim liburan, volume pengunjung meningkat, terutama karena lokasinya yang strategis di dekat kawasan Kota Tua, pusat wisata bersejarah Jakarta.
Selain menjadi simpul transportasi, stasiun ini juga menjadi bagian tak terpisahkan dari wisata Kota Tua. Wisatawan lokal dan mancanegara menjadikannya titik awal untuk menjelajahi Museum Fatahillah, Museum Bank Indonesia, dan berbagai atraksi lain di sekitarnya. Banyak pengunjung mengabadikan momen di depan fasadnya yang ikonis, menjadikan stasiun ini sebagai salah satu destinasi fotografi favorit.
Revitalisasi kawasan Kota Tua telah memberikan napas baru bagi Stasiun Jakarta Kota. Tarmudi juga menyampaikan bahwa berbagai kegiatan seperti festival seni, pameran budaya, dan lomba fotografi sering diadakan di kawasan ini, menjadikannya lebih dari sekadar tempat transit. "Wisatawan dapat merasakan suasana sejarah yang hidup, sembari menikmati modernitas yang hadir tanpa mengusik nilai-nilai warisan masa lalu," tambah Tarmudi.
Sejak 1993, Pemerintah dan PT Kereta Api Indonesia (KAI) menambahkan sejumlah fasilitas modern seperti sistem tiket elektronik, Wi-Fi gratis, dan layar informasi digital, tanpa mengubah elemen arsitektur aslinya. Lift dan jalur akses untuk penyandang disabilitas juga telah ditambahkan, memastikan inklusivitas tanpa mengorbankan estetika.
Setiap perubahan harus melalui prosedur yang ketat untuk menjaga keaslian bangunan. Lokasi stasiun yang berada di kawasan padat dan bersejarah menjadi tantangan tersendiri dalam pembangunan infrastruktur tambahan, seperti parkir atau jalur penghubung baru. Solusi yang dilakukan oleh Stasiun Jakarta Kota adalah melakukan renovasi dan integrasi secara bertahap untuk meminimalisasi gangguan. "Dengan mengatasi tantangan ini, Stasiun Jakarta Kota dapat terus berkembang sebagai hub transportasi yang modern sekaligus mempertahankan statusnya sebagai warisan," ujar Tarmudi.
Tidak hanya itu, kolaborasi dengan komunitas dan organisasi memainkan peran penting dalam mempromosikan Stasiun Jakarta Kota sebagai destinasi wisata. Upaya ini melibatkan berbagai pihak yang fokus pada sejarah, budaya, pariwisata, dan pelestarian cagar budaya. Di antaranya bekerja sama dengan influencer untuk mempromosikan Stasiun Jakarta Kota melalui media sosial, promosi melalui Indonesia tourism board, kerja sama dengan komunitas, dan masih banyak lagi.
Tarmudi mengatakan kolaborasi ini berhasil meningkatkan popularitas Stasiun Jakarta Kota sebagai destinasi wisata yang tidak hanya menarik bagi wisatawan lokal, tetapi juga mancanegara. "Pelibatan komunitas membantu melestarikan nilai sejarah bangunan ini, memastikan warisan budaya tetap hidup di tengah perkembangan," kata Tarmudi. (Ant/Z-2)
PT Kereta Api Indonesia (KAI) mencatat pengguna Kereta Panoramic pada periode Januari hingga Mei 2025 mencapai 48.822 orang.
PT KAI mengimbau pelanggan ebih teliti menjaga barang bawaannya selama periode arus balik libur panjang Idul Adha dan cuti bersama 5–9 Juni 2025 agar tidak ada risiko tertinggal
Sabtu (7/6) sejak pagi ribuan penumpang kereta api baik kedatangan maupun keberangkatan, masih memenuhi sejumlah stasiun kereta api di Daop 4 Semarang.
Total terdapat 28 perjalanan kereta api penumpang yang akan beroperasi per hari selama masa libur panjang tersebut di wilayah Divre I Sumatra Utara.
Program ini merupakan bagian dari stimulus yang diberikan KAI untuk mendukung pergerakan masyarakat serta mendorong pertumbuhan ekonomi nasional melalui sektor transportasi.
Kereta Commuter Indonesia, anak usaha PT Kereta Api Indonesia (KAI) Persero akan mengoperasikan 96 unit kereta rel listrik (KRL) baru.
Menurutnya, pengingkaran terhadap peristiwa tersebut adalah bentuk penghapusan jejak sejarah Indonesia.
Proyek penyusunan ulang sejarah Indonesia ini sangat problematik dan potensial digunakan oleh rezim penguasa untuk merekayasa dan membelokkan sejarah sesuai dengan kepentingan rezim.
Pegiat HAM Perempuan Yuniyanti Chizaifah menegaskan pernyataan Menteri Kebudayaan Fadli Zon yang menyebut tidak ada pemerkosaan terhadap perempuan etnis Tionghoa dalam tragedi Mei 1998
Djarot mengatakan penulisan sejarah seharusnya berdasarkan fakta, bukan berdasarkan kepentingan politik. Maka dari itu, ia mengingatkan agar sejarah tidak dimanipulasi.
KETUA DPR RI Puan Maharani menanggapi rencana Kementerian Kebudayaan untuk menjalankan proyek penulisan ulang sejarah.
Anggota Komisi X DPR RI, Puti Guntur Soekarno, mengatakan proyek penulisan ulang sejarah tidak boleh dilakukan dengan terburu-buru.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved