Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
Peneliti Center of Reform on Economic (CORE) Indonesia, Eliza Mardian menjelaskan bahwa saat ini Indonesia sedang bersiap menghadapi musim kemarau.
Maka dari itu, upaya untuk menghadapinya menurutnya pemerintah harus mengantisipasinya dengan cara menjaga ketersediaan pangan selama musim kemarau dan memastikan kelancaran distribusi air untuk pengairan lahan.
"Hal ini bisa dilakukan dengan bantuan pompa yang didukung dengan kemudahan dan jaminan ketersediaan BBM subsidi untuk petani serta pembuatan embung," kata Eliza saat dihubungi pada Minggu (5/5).
Baca juga : KTT ASEAN Digelar Besok, Menlu RI: Bahas Krisis Myanmar
Sebab, sambung Eliza, air memiliki peranan sangat krusial bagi tanaman, apabila tanaman kekurangan air maka pertumbuhannya akan menjadi kurang optimal.
"Belum lagi ancaman hama penyakit sehingga dapat mempengaruhi ketersediaan pasokan pangan di pasar. Jika pasokan langka, harga dapat terkerek. Inflasi pangan yang kini mulai sedikit melandai akan terkerek lagi," jelasnya.
Oleh karena itu, lanjut dia, dalam jangka pendek pemerintah mesti menjamin pasokan air sampai ke saluran irigasi tersier.
Baca juga : Tim DKI Dominasi Seleksi Timnas Kickboxing SEA Games 2021
Sebagaimana diketahui, saat ini Kementerian Pertanian (Kementan) terus berupaya memberikan program pompanisasi di seluruh provinsi Indonesia.
"Sebetulnya pompanisasi ini strategi sementara saat kepepet karena keberadaan irigasi yang blm optimal. Sebab pompanisasi ini relatif mahal, karena mereka (petani) harus membeli BBM subsidi nya, jadi menambah biaya produksi," ungkap dia.
Untuk jangka menengah dan panjang, Eliza memyatakan bahwa upaya yang bisa dilakukan pemerintah adalah memprioritaskan revitalisasi hulu irigasi.
Baca juga : PBSI Ajukan Perubahan Sistem Skor Pertandingan Kepada BWF
Pasalnya, banyak irigasi di sisi hulu yang mengalami pendangkalan yang berakibat banjir saat hujan dan mengalami kekeringan pada saat kemarau.
"Selain pendangkalan juga adanya kerusakan pintu-pintu air sehingga menyebabkan air tidak optimal, lalu juga adanya kerusakan di jaringan primer, sekunder dan tersier akibat kurang terurus dengan baik sehingga perlu peremajaan secara komprehensif," terang Eliza.
Namun, permasalahan yang muncul terkait pembagian tugas irigasi adalah karena masih terbagi di level pusat, provinsi dan kabupaten dan kerap kali membuat kebijakan yang tumpang tindih.
"Butuh aksi kolektif dari Kementerian/Lembaga terkait untuk memperbaiki tata kelola manajemen air agar kebijakan yang dihasilkan koheren dan tepat sasaran," tandasnya. (Fal)
PEMERINTAH Indonesia tengah memacu transformasi ekonomi nasional melalui penguatan sektor pangan dan energi domestik.
Holding Perkebunan Nusantara PTPN III mendukung upaya pemerintah dalam menjaga stabilitas harga dan pasokan pangan nasional melalui partisipasi aktif dalam program Gerakan Pangan Murah.
Diduga Langgar Mutu, Pemprov DKI Sebut Beras Subsidi Food Station Sudah Diuji
Indonesia dianugerahi kekayaan pangan yang sangat melimpah dan beragam. Potensi ini mencakup berbagai jenis bahan pangan dari berbagai kategori utama.
Aktivis lingkungan dan pendorong perubahan asal India, Sahil Jha, melanjutkan perjalanan bersepeda ke Jakarta dan Bogor.
APAPTF merupakan federasi yang secara aktif terlibat langsung dengan pemerintah Pakistan, dianggap sebagai perwakilan resmi dari seluruh insan pertanian yang ada di negara tersebut.
SUNGAI adalah indikator kemajuan. Pemulihan dan penataan aliran sungai merupakan pekerjaan strategis, karena menyentuh langsung kebutuhan masyarakat.
Kerusakan ginjal bisa memberi dampak kesehatan serius bagi organ tubuh lainnya seperti jantung, hati, dan bahkan otak.
Menurut laporan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) tahun 2020, beberapa wilayah di Indonesia akan mengalami kelangkaan atau krisis air bersih pada 2045.
Batu ginjal terbentuk dari endapan mineral, garam, dan zat sisa lainnya yang mengkristal akibat kebiasaan kurang minum.
Sebuah studi mengungkap air mungkin terbentuk jauh lebih awal dari yang diperkirakan sebelumnya, hanya 100-200 juta tahun setelah Big Bang.
Sebuah penelitian terbaru mengungkap air sudah mulai terbentuk di alam semesta lebih awal dari yang diperkirakan, hanya 100-200 juta tahun setelah Big Bang.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved