Headline
RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian
Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.
KELUARGA kakek Wiyanto Halim, 89, yang dikeroyok usai diteriaki maling di Jakarta Timur hingga meninggal dunia sebut adanya dugaan pembunuhan berencana.
"Pihak keluarga di balik ini berkeyakinan pengeroyokan ini bukan terjadi secara spontan. Ada pemain di belakang ini yang memanfaatkan cara-cara seperti ini," ujar pengacara keluarga Wiyanto Halim, Freddy Yoanes Patty, Sabtu (5/2).
Baca juga: Pemenang Tender Sirkuit Formula E Sudah Mulai Bekerja
Adapun pengeroyokan kepada Wiyanto Halim terjadi pada Minggu (23/1) sekitar pukul 02.00 WiB di daerah Cakung, Jakarta Timur.
Kejadian naas itu bermula dari teriakan maling yang diarahkan kepada korban.
Tanpa tedeng aling-aling, banyak warga yang terpancing hingga akhirnya mengejar mobil yang dikemudikan kakek Halim.
Sialnya, kakek Halim lalu dikeroyok hingga meninggal dunia di lokasi kejadian. Freddy dan pihak keluarga meyakini para pelaku pengeroyokan tersebut tidak bergerak secara spontanitas.
Diakui keluarga korban, diduga ada sosok yang merencanakan hingga kakek Halim tewas dikeroyok. (OL-6)
"Dari pihak keluarga ada petunjuk mengenai hal tersebut. Ini yang akan dimintai keterangan oleh penyidik hari ini, petunjuk apa sih yang dipunyai oleh keluarga supaya ini bisa dikembangkan lagi. Saksi-saksinya siapa saja," ujar Freddy.
Namun, Freddy belum bisa menjelaskan lebih detil soal petunjuk yang dikantongi oleh keluarga kakek Halim.
Namun, dia kembali menegaskan lewat petunjuk itu keluarga meyakini pengeroyokan kepada Wiyanto Halim merupakan tindakan pembunuhan berencana.
"Betul kalau menurut kami ada yang merencanakan. Tapi kan kita tidak bisa tunjuk siapa sebelum ada bukti yang cukup. Tapi kalau petunjuk ke arah sana kita punya. Nanti kan polisi tinggal pengembangannya petunjuk ini cukup nggak nih untuk menggali bukti. Kalau ada bukti ya jalan. Tapi kalau tidak ada bukti ya cukup," pungkasnya. (OL-6)
Korban ditemukan tak bernyawa di dasar kolam renang.
Korban lebih dulu memukul dan menendang hingga pelaku terjatuh, namun saat itu pelaku sudah menggenggam pisau.
PENYEBAB tewasnya diplomat Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) berinisial ADP, 39, dengan kondisi kepala terlilit lakban di kamar kos di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, masih terus diselidiki.
Sebanyak 10 anggota kartel narkoba Meksiko dijatuhi hukuman masing-masing 141 tahun penjara atas kasus penculikan dan pembunuhan.
POLISI mengungkap kronologi pembunuhan notaris wanita di Bekasi yang jasadnya ditemukan di sungai Citarum.
Terdapat dua kelompok pelaku yang saat ini dalam penanganan, yaitu terkait tindak pidana pencurian dan kekerasan, dan pertolongan jahat atau penadahan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved