KEPALA Kebun Raya Bogor 1997-2003 Dedy Darnaedi melontarkan kritik keras terhadap adanya rencana wisata Glow di Kebun Raya Bogor. Ia menegaskan bahwa Kebun Raya Bogor bukanlah tempat rekreasi.
"Dengan marwah Kebun Raya yang kita bangun 200 tahun, Kebun Raya Bogor bukanlah tempat rekreasi. Jadi jangan sampai malam-malam dibuka. Untuk apa? Rekreasinya kan harusnya wisata alam. Harus environmental friendly, dong. Itu yang saya jaga," kata Dedi dalam webinar yang diselenggarakan Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor (IPB), Rabu (29/9).
Ia mengungkapkan, berdasarkan pengalamannya mengelola kebun raya bertahun-tahun, tidak pernah ada upaya untuk mempromosikan Kebun Raya Bogor sebagai tempat rekreasi. Dedi menegaskan bahwa Kebun Raya Bogor telah memiliki tempatnya sendiri di hati masyarakat.
"Kebun Raya Bogor tidak pernah ada promosi. Dan itu adalah proses panjang membangun marwah dan membuat orang tahu bahwa Kebun Raya Bogor berbeda," tegas dia.
Dedi memaparkan, kebun raya memiliki lima fungsi penting, yaitu konservasi, penelitian, edukasi, wisata, dan jasa lingkungan. Dari kelima fungsi tersebut, yang wajib untuk dijalankan yakni fungsi konservasi, penelitian, dan jasa lingkungan.
Baca juga : BMKG: Sore Ini Jakarta akan Hujan Deras Disertai Kilat dan Angin Kencang
Sementara untuk edukasi dan wisata tidak wajib untuk dilakukan. Hal tersebut, kata dia telah disepakati oleh seluruh kebun raya di tingkat global.
"Karena ini adalah lembaga pemerintah, harus dikembangkan responsibility-nya. Bukan mengedepankan create funding-nya," cetus Dedi.
"Gak apa-apa dibuat bisnis. Tapi bisnis macam apa? Karena ini bukanlah green business, bukan scientific based, dan tidak environmental friendly. Masih banyak jalan sebelum pakai glow yang silau-silau itu," pungkas dia.
Hal senada diungkapkan oleh Guru Besar Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB Harini Muntasib. Ia bahkan menyebut bahwa konsep wisata Glow Kebun Raya Bogor murahan. Pasalnya, ada marwah yang dimiliki Kebun Raya Bogor yang seharusnya bisa menciptakan nilai jual yang lebih tinggi dibanding harus mengusung konsep mass tourism.
"Jadi kalaupun ada wisata, mustinya terkait dengan objek utama Kebun Raya Bogor. Karena Kebun Raya Bogor memuliki aset dan koleksi tumbuhan yang luar biasa," kata Harini.
"Kita itu sudah kebiasaan untuk niru. Kita harus mencari inovasi, gimana caranya supaya tetap lestari dan menghasilkan uang banyak," tutupnya. (OL-2)