Headline
Senjata ketiga pemerataan kesejahteraan diluncurkan.
Tarif impor 19% membuat harga barang Indonesia jadi lebih mahal di AS.
AHLI epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Pandu Riono menyebut Jakarta masih akan sulit lepas dari covid-19. Hal itu disebabkan tingginya mobilitas warga dari dan menuju Jakata. Virus, kata Pandu, menular dari interaksi yang terjadi dan mobilitas yang tinggi menjadi media penularannya.
Ia menyebut ada dua faktor yang bisa membuat kasus covid-19 semakin tinggi yakni faktor jumlah penduduk yang besar dan mobilitas tinggi.
"Jakarta mobilitasnya tinggi sekali. Bukan hanya dari dan ke Jabodetabek tetapi juga dari luar pulau seluruh Indonesia ke Jakarta, itu tinggi. Saya kira ini yang membuat Jakarta akan sulit melepaskan diri dari covid-19," kata Pandu dalam webinar Urgensi Penanganan Permukiman Padat Penduduk Menghadapi Covid-19 yang diselenggarakan Bappenas, Kamis (9/7).
Namun, hal itu bukan tidak disadari oleh Pemprov DKI Jakarta. Pandu memuji langkah yang dilakukan Pemprov DKI Jakarta seperti bergerak cepat melakukan pembatasan ekstrem angkutan umum sebelum dilakukannya PSBB pada pertengahan Maret. Kemudian, dilanjut dengan PSBB pada 9 April.
"Jakarta ini luar biasa. Ketika itu (PSBB), 60% warga sudah ada di rumah. Ini data diambil dari Google Analytics. Mereka patuh tidak keluar rumah dan menjaga jarak," tutur Pandu.
Baca juga: Ahli Perkirakan Covid-19 di Indonesia Baru Reda Dalam 3 tahun
Hasilnya, kasus menurun pada Mei. Namun, kasus kembali naik usai lebaran. Pandu menduga hal itu disebabkan masyarakat mulai berani keluar rumah untuk mencari nafkah.
"Kasusnya pun naik lagi. Tapi kalau sekarang kan kasusnya naik bukan semata karena penyebaran tinggi tapi karena 'active case finding' atau pencarian kasus secara aktif. Yang tanpa gejala-gejala ini ditemukan dan segera diisolasi untuk menghentikan penyebaran," paparnya.
Jika Jakarta terus melakukan upaya ini, Pandu memperkirakan covid-19 baru mereda pada akhir tahun ini.
Dalam kesempatan yang sama, Deputi Gubernur DKI Jakarta Bidang Pengendalian Penduduk dan Permukiman Suharti mengatakan upaya 'active case finding' memang akan terus dilakukan guna menghentikan penyebaran covid-19.
"Kami senang karena program 'active case finding' ini bisa menemukan warga yang positif dan bisa segera ditangani. Ini mayoritas tanpa gejala. Kalaupun ada, gejalanya ringan sekali sampai masyarakat tidak akan mengira ini covid-19. Justru ini yang bagus, jadi kita juga sekaligus menyosialisasikan agar warga tidak menganggap gejala sekecil apapun dengan sepele," tukasnya.(OL-5)
Nimbus berada pada kategori VUM, artinya sedang diamati karena lonjakan kasus di beberapa wilayah, namun belum menunjukkan bukti membahayakan secara signifikan.
KEPALA Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan Ishaq Iskanda, Sabtu (21/6) mengatakan Tim Terpadu Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan (Sulsel) menemukan satu kasus suspek Covid-19.
Peneliti temukan antibodi mini dari llama yang efektif melawan berbagai varian SARS-CoV, termasuk Covid-19.
HASIL swab antigen 11 jemaah Haji yang mengalami sakit pada saat tiba di Asrama Haji Sukolilo Surabaya, menunjukkan hasil negatif covid-19
jemaah haji Indonesia untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap gejala penyakit pascahaji. Terlebih, saat ini ada kenaikan kasus Covid-19.
Untuk mewaspadai penyebaran covid-19, bagi jamaah yang sedang batuk-pilek sejak di Tanah Suci hingga pulang ke Indonesia, jangan lupa pakai masker.
Presiden Joko Widodo mengaku bingung dengan banyaknya istilah dalam penangan covid-19, seperti Pembatasan Sosial Berskala Besar hingga Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat.
Demi membantu UMKM untuk bangkit kembali, influencer Bernard Huang membuat gerakan yang diberi nama PSBB atau Peduli Sesama Bareng Bernard dii Kota Batam.
Kebijakan itu juga harus disertai penegakan hukum yang tidak tebang pilih, penindakan tegas kepada para penyebar hoaks, dan jaminan sosial bagi warga terdampak.
Dari jumlah tes tersebut, sebanyak 20.155 orang dites PCR hari ini untuk mendiagnosis kasus baru dengan hasil 6.934 positif dan 13.221 negatif.
Untuk menertibkan masyarakat, tidak cukup hanya dengan imbauan. Namun harus dibarengi juga dengan kebijakan yang tegas dalam membatasi kegiatan dan pergerakan masyarakat di lapangan.
Epidemiolog UI dr.Iwan Ariawan,MSPH, mengungkapkan, untuk menurunkan kasus Covid-19 di Indonesia, sebenarnya dibutuhkan PSBB seperti tahun 2020 lalu.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved