Headline

Senjata ketiga pemerataan kesejahteraan diluncurkan.

Fokus

Tarif impor 19% membuat harga barang Indonesia jadi lebih mahal di AS.

Mobilitas Tinggi, Jakarta Masih Sulit Lepas dari Covid-19

Putri Anisa Yuliani
09/7/2020 13:39
Mobilitas Tinggi, Jakarta Masih Sulit Lepas dari Covid-19
Ilustrasi: aktivitas warga Jakarta di Blok B Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat(MI/Fransisco Carolio Hutama Gani)

AHLI epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Pandu Riono menyebut Jakarta masih akan sulit lepas dari covid-19. Hal itu disebabkan tingginya mobilitas warga dari dan menuju Jakata. Virus, kata Pandu, menular dari interaksi yang terjadi dan mobilitas yang tinggi menjadi media penularannya.

Ia menyebut ada dua faktor yang bisa membuat kasus covid-19 semakin tinggi yakni faktor jumlah penduduk yang besar dan mobilitas tinggi.

"Jakarta mobilitasnya tinggi sekali. Bukan hanya dari dan ke Jabodetabek tetapi juga dari luar pulau seluruh Indonesia ke Jakarta, itu tinggi. Saya kira ini yang membuat Jakarta akan sulit melepaskan diri dari covid-19," kata Pandu dalam webinar Urgensi Penanganan Permukiman Padat Penduduk Menghadapi Covid-19 yang diselenggarakan Bappenas, Kamis (9/7).

Namun, hal itu bukan tidak disadari oleh Pemprov DKI Jakarta. Pandu memuji langkah yang dilakukan Pemprov DKI Jakarta seperti bergerak cepat melakukan pembatasan ekstrem angkutan umum sebelum dilakukannya PSBB pada pertengahan Maret. Kemudian, dilanjut dengan PSBB pada 9 April.

"Jakarta ini luar biasa. Ketika itu (PSBB), 60% warga sudah ada di rumah. Ini data diambil dari Google Analytics. Mereka patuh tidak keluar rumah dan menjaga jarak," tutur Pandu.

Baca juga: Ahli Perkirakan Covid-19 di Indonesia Baru Reda Dalam 3 tahun

Hasilnya, kasus menurun pada Mei. Namun, kasus kembali naik usai lebaran. Pandu menduga hal itu disebabkan masyarakat mulai berani keluar rumah untuk mencari nafkah.

"Kasusnya pun naik lagi. Tapi kalau sekarang kan kasusnya naik bukan semata karena penyebaran tinggi tapi karena 'active case finding' atau pencarian kasus secara aktif. Yang tanpa gejala-gejala ini ditemukan dan segera diisolasi untuk menghentikan penyebaran," paparnya.

Jika Jakarta terus melakukan upaya ini, Pandu memperkirakan covid-19 baru mereda pada akhir tahun ini.

Dalam kesempatan yang sama, Deputi Gubernur DKI Jakarta Bidang Pengendalian Penduduk dan Permukiman Suharti mengatakan upaya 'active case finding' memang akan terus dilakukan guna menghentikan penyebaran covid-19.

"Kami senang karena program 'active case finding' ini bisa menemukan warga yang positif dan bisa segera ditangani. Ini mayoritas tanpa gejala. Kalaupun ada, gejalanya ringan sekali sampai masyarakat tidak akan mengira ini covid-19. Justru ini yang bagus, jadi kita juga sekaligus menyosialisasikan agar warga tidak menganggap gejala sekecil apapun dengan sepele," tukasnya.(OL-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya