Headline
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
KEPOLISIAN menegaskan sebanyak 29 barang bukti berupa bom rakitan yang diamankan terkait rencana aksi pembuat kerusuhan (chaos) pada 28 September 2019 bukan berjenis molotov.
"Bukan bom molotov ya. Itu bom ikan yang di dalamnya ada paku," kata Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Argo Yuwono, Kamis (3/10).
Dari hasil penyelidikan, lanjut Argo, Abdul Basith yang merupkan dosen IPB University memberikan dana untuk mendatangkan dua ahli pembuat bom ikan tersebut dari Papua dan Ambon.
"Dibiayai tiketnya. Ada delapan juta yang diberikan," imbuh Argo.
Sementara itu, Kepala Bagian Penerangan Umum (Kabag Penum) Divisi Humas Polri Kombes Pol Asep Adi Saputra menjelaskan bom rakitan yang dibuat dari botol bekas minuman suplemen tersebut memiliki daya ledak dan hancur yang luar biasa.
"Mohon dipahami, ini bukan bom molotov seperti biasa. Tetapi ini bom yang memang berdaya ledak, tidak sesederhana bom molotov. Ini adalah bom yang dirakit memiliki daya peledak," terang Asep.
Baca juga: Dosen IPB Diduga Siapkan Bom Molotov
Ia juga menyebut unsur-unsur bahan peledak dalam barang bukit tersebut, yakni sumbu sebagai pemicu, bubuk atau serbuk korek api, deterjen lada dan paku.
"Jadi bisa diandaikan bahwa ini meledak, maka daya hancurnya lebih tinggi. Tidak sesederhana bom molotov. Dampak pecahan kaca menjadi bagian yang membahayakan, demikian juga paku-paku di sekitar botol tersebut," papar Asep.
Terkait rencana penangguhan penahanan yang akan diajukan Abdul Basith, Argo menyebut itu merupakan hak tersangka.
"Apakah dikabulkan atau tidak itu akan jadi hak daripada penyidik. Apakah sudah selesai pemeriksaannya, apakah masih dibutuhkan keterangannya dan sebagainya. Semua jadi wewenang penyidik," tutup Argo.(OL-5)
ANGOLA tengah menghadapi krisis ekonomi dan keamanan yang serius. Aksi unjuk rasa besar-besaran yang awalnya dipicu oleh kenaikan harga bahan bakar, kini berubah menjadi kerusuhan massal
Gedung Putih menegaskan akan menyelidiki siapa dalang dibalik pemberontakan di wilayah Los Angeles, California, Amerika Serikat.
Menteri Imigrasi dan Pemasyarakatan (Impas) Agus Andrianto diminta tanggung jawab karena gagal mengelola lembaga pemasyarakatan (lapas).
Sebanyak 56 narapidana dari Lapas Narkotika Muara Beliti yang berbuat kerusuhan dipindahkan ke Lapas dengan pengamanan super maksimum di Pulau Nusakambangan.
KERUSUHAN terjadi di Lembaga Permasyarakatan (Lapas) Narkotika Muara Beliti, Kabupaten Musi Rawas, Sumatra Selatan. Kini dilaporkan kondisinya sudah kondusif
1 Mei diperingati Hari Buruh Sedunia atau May Day. Hari tersebut adalah sebuah peringatan atas solidaritas pekerja yang merujuk pada peristiwa kerusuhan Haymarket
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved