Headline

Pengacara Tannos menggunakan segala cara demi menolak ekstradisi ke Indonesia.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

Kondisi Sungai Citarum sudah Lebih Baik

Depi Gunawan
27/3/2019 07:30
Kondisi Sungai Citarum sudah Lebih Baik
Peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) melakukan uji laboratorium limbah Sungai Citarum.(ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi)

KEPALA Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bandung Barat, Apung Hadiat Purwoko, menyatakan perubahan sangat dirasakan di tujuh kecamatan di Bandung Barat yang langsung bersentuhan dengan Sungai Citarum.

"Berkat kerja sama dan partisipasi semua pihak, baik masyarakat maupun seluruh instansi terkait, ada perubahan yang lebih baik kondisi lingkungan sungai," kata Apung saat dihubungi di Bandung, kemarin.

Apung mengatakan penanganan Sungai Citarum yang cukup menonjol dilakukan di wilayah hulu.

Menurut dia, di wilayah subsektor 22 yang meliputi Kota Bandung dan Kecamatan Lembang, tumpukan sampah sudah bisa dikurangi. Begitu pun limbah kotoran hewan yang sudah dikelola dengan benar.

"Di wilayah Lembang, masyarakat serta instansi terkait rutin menggalakkan bersih-bersih lingkungan. Di beberapa desa juga sudah diba-ngun insinerator sampah, lalu penghijauan lahan kritis, serta pembuatan IPAL komunal supaya masyarakat tidak lagi membuang limbah kotoran ke sungai," bebernya.

Selain itu, sejumlah pabrik yang dulu sering menyumbang pencemaran ke Citarum sudah ditindak sehingga kini bisa mengolah limbah sendiri sebelum dibuang ke aliran sungai itu.

Dengan berbagai langkah tersebut, dia berharap kelestarian Citarum bisa terus terjaga serta kondisi sungai itu bisa lebih baik lagi.

Apung pun mengakui, walaupun penanganan Sungai Citarum cukup berhasil, masih ada kekurangan yang harus dibenahi ke depannya.

"Perpres No 15 Tahun 2018 tentang Percepatan Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Daerah Aliran Sungai Citarum harus terus berjalan dalam rangka mengawal prog-ram lingkungan, khususnya di Sungai Citarum," tuturnya.

Komandan Sektor 22 Citarum Harum, Kolonel Asep Rahman Taufik, mengungkapkan, yang masih sulit teratasi ialah masih adanya masyarakat yang membuang limbah domestik di aliran sungai.

Menurut dia, ada sekitar 26 ribu kepala keluarga di Kota Bandung yang belum memiliki septic tank sehingga diperkirakan ada sekitar 35 ton tinja manusia yang dibuang ke sungai.

"Masalah ini sudah bisa teratasi sedikit dengan pembuatan ratusan septic tank komunal yang dapat digunakan ribuan kepala keluarga di beberapa wilayah," ucap Asep.

Reboisasi
Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat Epi Kustiawan mengatakan lahan kritis di sepanjang aliran Citarum mencapai 199.794,21 hektare (ha), yang tersebar di sembilan kabupaten/kota. Kerusakannya terbagi dalam dua bagian, yaitu di dalam dan luar kawasan daerah aliran sungai (DAS).

"Di dalam kawasan DAS ada 52.426,04 ha dan di luar ada 147.486,71 ha. Jadi yang rusak di dalam DAS saja ada 21,93%. Betapa luasnya lahan kritis," kata Epi di Bandung, kemarin.

Jumlah lahan kritis di luar DAS ada di tiga sektor, yaitu kehutanan (43.000 ha), perkebunan (1.716 ha), dan pertanian (83.162 ha). Untuk mendukung program normalisasi Sungai Citarum, Epi mengatakan pihaknya akan mereboisasi lahan kritis itu.

Hingga 2025, dia menargetkan seluas 42.256,02 ha lahan kritis akan direboisasi yang dilakukan secara bertahap.

Pada tahun ini pihaknya menargetkan penghijauan pada lahan 136 ha. "Pada 2020 seluas 1.375 ha, 2021 seluas 5.655 ha, terus sampai 2025 mencapai 9.393 ha," tukasnya. (BY/X-10)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron
Berita Lainnya