Headline

Hakim mestinya menjatuhkan vonis maksimal.

Fokus

Talenta penerjemah dan agen sastra sebagai promotor ke penerbit global masih sangat sedikit.

Rangkaian HPSN, Menteri LHK Bersih-Bersih di TWA Angke Kapuk

Dhika Kusuma Winata
04/3/2019 15:10
Rangkaian HPSN, Menteri LHK Bersih-Bersih di TWA Angke Kapuk
MI/DHIKA KUSUMA WINATA(MI/DHIKA KUSUMA WINATA)

KEMENTERIAN Lingkungan Hidup dan Kehutanan menggelar aksi bersih-bersih secara serentak di 74 kawasan konservasi di seluruh Indonesia, Senin (4/3).

Di Jakarta, kegiatan rangkaian Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) itu dipusatkan di Taman Wisata Alam (TWA) Angke Kapuk, Jakarta Utara.

Menteri LHK Siti Nurbaya memimpin langsung kegiatan bersih-bersih sampah di TWA Angke Kapuk. Bersama rombongan para pejabat KLHK, Menteri Siti menyusuri kawasan hutan mangrove seluas 99 hektare tersebut dan mengumpulkan sampah.

Baca juga : 40% Masyarakat Indonesia Belum Miliki Akses Pelayanan Pengumpulan Sampah

"Peringatan HPSN tahun ini menjadi strategis karena diawali dengan Pencanangan Gerakan Indonesia Bersih pada 21 Februari lalu yang dihadiri para menteri, gubernur, wali kota, dan bupati seluruh Indonesia," kata Siti.

Ia menegaskan semua pihak harus serius menangani sampah khususnya sampah plastik. Sampah plastik sudah menjadi isu global karena memberikan dampak negatif terhadap ekosistem lingkungan, kesehatan manusia, dan hewan. Sampah plastik dengan karakteristik yang sulit terurai secara alami telah mencemari lingkungan laut terutama yang berukuran mikro.

Karena itu, Menteri Siti mengatakan semua pihak termasuk para wisatawan perlu menjaga kebersihan dan turut berkontribusi mengurangi sampah plastik. Minimal, wisatawan tidak membawa botol minuman atau tempat makanan plastik sekali pakai.

Baca juga : Harus Ada Upaya dari Hulu ke Hilir Menuntaskan Persoalan Sampah

"Soal sampah sangat jelas harus terkelola dengan baik mau itu di Taman Nasional, Taman Wisata Alam, maupun Suaka Margasatwa. Dulu orang tidak boleh masuk di kawasan konservasi tapi sekarang sudah dibuka baik untuk wisata maupun kegiatan lain tapi fungsi konservasinya tetap harus dijaga dan tidak boleh hilang," jelasnya.

Aksi bersih-bersih di kawasan konservasi secara serentak di 74 lokasi seluruh Indonesia diikuti sekitar 37.000 orang. Gerakan aksi bersih-bersih tidak hanya melibatkan pegawai kementerian tapi juga komunitas konservasi atau komunitas peduli lingkungan, pelajar dan mahasiswa, dunia usaha, serta pemerintah daerah.

Dalam kesempatan itu, Menteri Siti juga mengapresiasi pengelolaan TWA Angke Kapuk. Menurutnya, TWA tersebut merupakan contoh kegigihan perjuangan para pihak yang peduli lingkungan dalam melakukan restorasi kawasan konservasi.

Baca juga : Baru 42 Produsen yang Miliki Peta Jalan Pengurangan Sampah

Pasalnya, pada periode 1998-2005 sekitar 90% dari wilayah TWA secara ilegal dikonversi menjadi tambak udang dan ikan. Selanjutnya sejak 2006, restorasi kawasan ini dimulai dan hingga sekarang kawasan ini telah dipulihkan dan difungsikan kembali sesuai dengan peruntukannya sebagai kawasan konservasi.

Hutan mangrove di TWA juga telah berkembang. Tutupan hutan mangrove meningkat, sebelumnya hanya 9,9 ha berkembang menjadi 29,9 ha (300% penambahan). Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari kegiatan wisata di kawasan tersebut pada 2014-2017 mencapai Rp1,2 miliar.

"TWA Angke Kapuk ini merupakan contoh nyata. Tantangan selanjutnya yang kita hadapi tidak hanya mengelola kawasan ini agar tetap berfungsi sebagai kawasan konservasi, namun juga mengelola sampah yang timbul akibat aktivitas manusia sebagai wisatawan atau pengunjung ke kawasan ini," pungkasnya.(OL-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya