Headline

Pemilu 1977 dan 1999 digelar di luar aturan 5 tahunan.

Fokus

Bank Dunia dan IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini di angka 4,7%.

Tiga Tips Atasi Hot Flashes pada Masa Menopause

Media Indonesia
28/1/2025 09:20
Tiga Tips Atasi Hot Flashes pada Masa Menopause
Ilustrasi(freepik.com)

HOT flashes  adalah sensasi panas pada tubuh yang tiba-tiba, berkeringat, dan tidak nyaman. Gejala ini kerap terjadi ketika perempuan memasuki masa menopause dan premenopause. 

Hot flashes pada tiap perempuan memiliki pengaruh yang berbeda. Sejumlah perempuan hanya mengalami gejala ringan yang tidak mengganggu hingga mungkin mereka tidak menyadari ada gejala tersebut. Namun, sebagian perempuan mengalami gejala hot flashes yang cukup parah hingga merasa tidak nyaman dan bahkan dapat mengganggu aktivitas sehari-hari.

Saat ini, terdapat beberapa cara mengatasi hot flashes agar para perempuan dapat menjalani  masa menopause dan premenopause berlangsung dengan lancar. 

Gejala hot flashes

Ketika gejala hot flashes muncul, tubuh bisa terasa panas tiba-tiba dan terkadang wajah sampai memerah dan berkeringat. Hingga kini, penyebab hot flashes belum diketahui secara pasti, tapi gejala tersebut diduga berkaitan dengan menurunnya kadar estrogen dan perubahan di area otak yang mengontrol suhu tubuh.

Saat hot flashes terjadi, pembuluh darah di dekat permukaan kulit akan melebar untuk mendinginkan tubuh sehingga memicu untuk berkeringat. Beberapa wanita juga mengalami detak jantung yang cepat atau kedinginan. Ketika itu terjadi saat tidur, hal itu disebut keringat malam. Gejala tersebut bisa membangunkanmu, sehingga kamu mungkin sulit untuk mendapatkan istirahat yang cukup.

Ini cara untuk mengatasi hot flashes:

  1. Perubahan gaya hidup

    Lakukan perubahan gaya hidup.  Bila gejala menopause tersebut membuat sulit tidur di malam hari, turunkan suhu di kamar tidur, dan cobalah minum sedikit air dingin sebelum tidur. Kamu juga bisa menggunakan selimut yang tipis dan nyalakan kipas angin.

    Berikut adalah beberapa perubahan gaya hidup lain yang bisa dilakukan untuk mengatasi hot flashes:

    - Kenakanlah pakaian yang tipis dan menyerap keringat .
    - Bawalah kipas portable untuk mendinginkan tubuh saat hot flashes menyerang.
    - Hindari mengonsumsi alkohol, makanan pedas, dan kafein. Makanan dan minuman tersebut bisa memperburuk gejala  menopause.
    - Berhenti merokok. Tidak hanya untuk mengatasi hot flashes, berhenti merokok juga baik untuk kesehatan secara keseluruhan.
    - Jaga berat badan ideal. Wanita yang kelebihan berat badan atau obesitas mungkin mengalami hot flash yang lebih sering dan parah.

  2. Obat non hormonal

    Bila perubahan gaya hidup tidak mempan untuk memperbaiki gejalanya, cara mengatasi hot flash lainnya adalah dengan menggunakan obat non hormonal. Obat jenis ini bisa menjadi pilihan alternatif bagi wanita yang tidak bisa mengonsumsi obat hormon, karena alasan kesehatan atau bila khawatir mengenai potensi risikonya.

    Paroxetine, antidepresan selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI) adalah obat non hormonal satu-satunya yang disetujui oleh Food and Drug Administration Amerika Serikat.

    Antidepresan dapat dikonsumsi dalam dosis yang lebih rendah. Agar lebih aman, konsultasikan pada dokter mengenai obat dan dosis yang tepat untuk mengatasi hot flashes dan efek samping yang mungkin timbul. 

  3. Obat hormonal

    Selain obat non hormonal, cara mengatasi hot flash juga bisa menggunakan obat hormonal. Estrogen adalah hormon utama yang digunakan untuk mengurangi hot flashes. Kebanyakan wanita yang sudah menjalani histerektomi (pengangkatan rahim) bisa mengambil estrogen saja. 

    Namun, bila sistem reproduksi masih normal, maka konsumi progesteron dengan estrogen untuk melindungi terhadap kanker lapisan rahim (kanker endometrium).

    Terapi hormon adalah pengobatan yang sangat efektif untuk hot flashes pada wanita yang mampu menggunakannya. Obat ini juga bisa membantu mengatasi gejala menopause lainnya, seperti kekeringan pada vagina, gangguan suasana hati, dan juga menjaga kepadatan tulang. Perawatan hormon atau kadang-kadang disebut terapi hormon menopause bisa berbentuk pil, patch, cincin, implan, gel, atau krim. 

    Penggunaan obat hormonal sebaiknya tetap dalam pengawasan dokter untuk mencegah risiko kesehatan yang lebih lanjut.  (H-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Indrastuti
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik