Headline
Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.
Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.
Jelita, tahukah kamu tentang multipel sklerosis (MS), penyakit yang kerap disebut misterius karena gejalanya bisa muncul tanpa dapat diperkirakan. Penyandangnya yang sebelumnya terlihat sehat, bisa saja mendadak ambruk, lalu tanpa aba-aba kembali ke sedia kala. Keluhan fisiknya adalah sakit kepala, kelumpuhan, baal atau kebas, koordinasi yang tak seimbang antara otak dan gerakan, hingga gangguan penglihatan.
Bukan cuma fisik, MS juga berpengaruh pada kondisi psikis, karena dapat memacu gangguan daya ingat, depresi, dan emosi naik-turun dengan cepat. Emosi penyintas MS dapat naik-turun tak diduga-duga dan susah dikelola, sehingga bisa memicu depresi, bahkan berisiko memunculkan niat bunuh diri.
Jelita, bicara tentang MS, Indonesia punya ikon penyintas sekaligus pelaku advokasi, Presiden Yayasan Multipel Sklerosis Indonesia (YMSI), Kanya Puspokusumo. Yuk, simak kisah perjuangan Kanya sekaligus mencari tahu aspek medis MS dari Sekretaris YMSI Dr. dr. Riwanti Estiasari, Sp.S (K).
Baca juga : JICAF 2024 Hadirkan Wedha, Kreator Gaya WPAP dan Visual Karakter Lupus
Keduanya bisa dijumpai dalam sesi edukasi kesehatan yang menjadi bagian dari rangkaian kegiatan Indonesia International Hospital Expo ke-36, pameran industri kesehatan yang digelar di JCC, 16-19 Oktober Jakarta. Sesi edukasi kesehatan YMSI sendiri akan digelar pada Kamis, 17 Oktober 2024, di Hall B JCC pada pukul 9 hingga 12.
Kanya akan mengupas topik "Diagnosis MS/Neuromyelitis Optica (NMO) dan Pentingnya Menjaga Kualitas Hidup Setelah Terdiagnosis MS/NMO. Pada sesi edukasi di pameran yang digelar pada 2023, Kanya telah mengisahkan, sampai sekarang belum diketahui sebab munculnya MS dan belum ditemukan juga obatnya, kecuali pereda gejala dan untuk memperlambat perkembangan penyakit.
Pemicu MS sendiri adalah gangguan pada selubung lemak yang membungkus serat saraf, disebut myelin yang memudahkan pengiriman perintah dari dan ke otak. Pada MS, sistem kekebalan tubuh justru menyerang tubuh sendiri (autoimun), memakan myelin di sistem saraf otak dan tulang belakang.
Baca juga : Lupus si Penyakit Seribu Wajah, Diderita oleh Selena Gomez dan Isyana Sarasvati
Karena ada bagian serat saraf yang tanpa myelin, maka terganggu juga penyampaian pesan antara otak dan bagian tubuh lainnya. Bagian tanpa pelindung myelin ini membentuk parut yang makin lama makin lebar. Itu sebabnya disebut multiple sclerosis, parut yang berlipat ganda.
Salah satu penyintas MS yang telah berpulang yang dikenal publik adalah pembawa acara Pepeng. “Masyarakat perlu memahami MS, karena ada penyintas yang menjadi orang yang menyebalkan karena mood yang berubah-ubah. Ada yang sampai menarik diri, benci pada semua orang,” ujar Kanya.
Kanya menuturkan, ia mengidap MS jenis hilang-timbul atau kambuhan yang menyerang sistem saraf tubuhnya bagian kanan. Alhasil, kini sensor tangan kanan dan kiri beda, juga sensor kaki kanan dan kiri.
Baca juga : Halsey Ungkap Dirinya Idap Lupus dan Leukemia
Selain mengupas MS dari aspek pengalaman penyintas dan medis, pada hari yang sama, pada pukul 13, edukasi kesehatan pada Indonesia International Hospital Expo 2024 akan menghadirkan motivator kesehatan dan penulis buku yang juga seorang dokter, Handrawan Nadesul akan membawakan topik "Semua Bisa Panjang Umur" serta meluncurkan buku dengan judul yang sama.
Sedangkan topik yang kini banyak diperbincangkan, yaitu kesehatan mental akan dibahas dalam sesi berjudul "Pentingnya Menjaga Kesehatan Mental untuk Kualitas Hidup yang Lebih Baik" pada 19 Oktober 2024, pukul 10 hingga 12 siang oleh Ika Putri Dewi, psikolog klinis Yayasan Pulih.
LUPUS, penyakit autoimun kronis yang dapat mempengaruhi berbagai organ tubuh, termasuk kulit, sendi, ginjal. Salah satu gejalanya ternyata adalah rambut rontok.
Di balik wajah yang tampak sehat, banyak penyintas lupus harus berjuang melawan rasa nyeri, kelelahan, dan peradangan yang menyerang berbagai organ tubuh.
Deteksi dini lupus membutuhkan kolaborasi multisektor antara pemerintah pusat dan daerah, organisasi profesi, BPJS Kesehatan, dan media.
Lupus eritematosus adalah penyakit autoimun kronis yang memengaruhi berbagai bagian tubuh, termasuk kulit, sendi, ginjal, dan organ lainnya.
Setiap orang bisa mengalami gejala berbeda-beda dan tidak ada kombinasi gejala tertentu yang menjadi penanda lupus.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved