Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
HATI-hati ada dampak buruk yang mengincar pada anak-anak yang sering tidur di atas jam 10 malam. Oleh sebab itu, sebaiknya anak-anak tidak sering tidur di atas jam 10 malam.
Hal tersebut diingatkan oleh dokter penyakit dalam dr. Ika Mariani Ratna Devi, Sp.PD. Ia mengingatkan beberapa dampak buruk dari anak-anak yang sering tidur di atas jam 10 malam, melalui Instagram @dokterikadevi.
Tinnitus merupakan gangguan pendengaran yang ditandai dengan bunyi mendengung, mendesis, menderu, atau berbagai variasi bunyi yang lain. Hal tersebut bisa diderita oleh anak-anak yang sering tidur di atas jam 10 malam.
Baca juga : Obat Liraglutide Bantu Anak-anak dengan Obesitas Turunkan Berat Badan Signifikan
Obesitas atau kelebihan berat badan juga merupakan dampak buruk dari anak-anak yang sering tidur di atas jam 10 malam. Obesitas memiliki risiko 2 kali lipat mengakibatkan terjadinya serangan jantung koroner, stroke, diabetes melitus (kencing manis), hingga hipertensi (tekanan darah tinggi).
Tak hanya itu, obesitas juga berisiko 3 kali lipat terkena batu empedu. Obesitas juga berisiko mengakibatkan terjadinya sumbatan napas saat sedang tidur.
Dr Ika mengatakan anak-anak yang sering tidur di atas jam 10 malam, menyebabkan mereka menjadi lebih mengantuk.
Baca juga : Ini yang Terjadi pada Anak Ketika Orangtua Terlalu Sering Menggunakan Ponsel
"Dan juga decline memory, jadi kemampuan untuk mengingat hal itu menjadi berkurang," jelasnya.
Selanjutnya ialah meningkatkan risiko gangguan pada mata dan lambung, karena kekurangan tidur menyebabkan peningkatan kortisol (hormon stres) sehingga bisa meningkatkan asam lambung.
"Jadi salah satu problem asam lambung pada anak jaman now itu ya salah satu pemicunya karena mereka tidurnya kurang," jelas dr Ika.
Masalah kesehatan berikutnya ialah anak menjadi sukar untuk tinggi.
"Salah satu hormon yang diproduksi pada saat anak tidur dengan jumlah yang cukup adalah growth hormon," ungkap dr Ika.(M-3)
Tidak hanya menyenangkan, bermain juga diakui sebagai sarana penting untuk menumbuhkan berbagai keterampilan hidup yang esensial.
Langkah yang dapat dilakukan orangtua dalam mendorong anak supaya terbiasa mengonsumsi makanan yang sehat dan bergizi antara lain melalui pembelajaran dari kebiasaan sehari-hari.
Kebiasaan makan bergizi seimbang beragam dan aman pada anak bukan semata tentang apa yang disajikan, namun juga penanaman nilai gizi secara konsisten dalam keluarga.
Orangtua dianjurkan untuk menyajikan camilan sehat seperti buah potong segar, jagung rebus, ubi kukus, bola-bola tempe, puding susu tanpa gula tambahan, atau dadar sayur mini.
Pertanian tetap menjadi sektor terbesar untuk pekerja anak, menyumbang 61% dari semua kasus, diikuti oleh jasa (27%), seperti pekerjaan rumah tangga.
Wakil Duta Besar Australia untuk Indonesia Gita Kamath mengatakan bidan merupakan inti dari sistem perawatan kesehatan primer, terutama bagi perempuan dan anak perempuan.
Gejala seperti kuku kering atau kuning, bintik putih, dan garis hitam mungkin merupakan tanda normal penuaan atau gejala penyakit pernafasan, tiroid, atau kulit dan kanker.
Mengontrol nafsu makan merupakan tantangan bagi banyak wanita, terutama yang mengalami perubahan hormon, stres, atau pola tidur yang kurang baik.
Kuku tidak hanya berfungsi sebagai pelindung ujung jari, tetapi juga dapat menjadi indikator kesehatan tubuh Anda. Perubahan warna, bentuk, atau tekstur kuku menjadi awal gangguan kesehatan
Mulut kering atau xerostomia dapat menjadi tanda adanya gangguan kesehatan tertentu, meskipun sering kali tidak berbahaya.
Gangguan kesehatan jiwa, seperti depresi, kecemasan, dan skizofrenia, menjadi isu penting di Indonesia. Di Yogyakarta, prevalensi gangguan jiwa tercatat 0,78% pada 2024.
Radiasi dari ponsel, meski tidak langsung terasa, dapat memicu masalah serius seperti kanker, insomnia, dan kerusakan sel otak.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved