Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
APAKAH Anda kerap kesulitan menggerakkan bahu atau lengan bagian atas? Bahkan bahu terasa nyeri jika dipaksa untuk digerakkan. Jika ini sering terjadi, kemungkinan Anda mengalami frozen shoulder atau bahu kaku/beku.
Frozen shoulder adalah gangguan kesehatan yang terjadi ketika sendi bahu yang terasa nyeri dan kaku sehingga membuat penderitanya kesulitan untuk menggerakkan sendi bahu atau lengan bagian atas.
Spesialis ortopedi, konsultan shoulder & elbow dari RS Premier Bintaro dr Jefri Sukmawan SpOT(K) menjelaskan secara bahasa medis, gangguan frozen shoulder merupakan peradangan pada kapsul sendi bahu yang mengalami perlengketan. Seringnya pasien merasa keluhan berupa rasa nyeri dan kaku yang hebat serta keterbatasan gerak.
Baca juga : Harapan Hidup Anak Penderita Kanker Tergantung Kecepatan Deteksi dan Pengobatan
"Pada umumnya proses seseorang mengalami frozen shoulder melewati tiga fase. Pada awalnya terjadi freezing, yaitu dominan keluhan nyeri lalu mengalami frozen. Setelah itu, pasien akan terasa dominan nyeri yang diikuti towing atau mencair, artinya gerakan itu pelan-pelan akan kembali," ujarnya dalam Bincang Sehati seperti dilansir pada Youtube RA Premier Bintaro, beberapa waktu lalu.
Kendati demikian, Jefri menjelaskan ketiga fase tersebut memiliki proses yang cukup panjang untuk bisa sembuh. Dikatakan bahwa banyak pasien yang harus melalui gangguan itu selama hitungan minggu atau bulan bahkan bisa juga dialami selama bertahun-tahun.
"Memang ada beberapa orang yang mengalami ketiga proses tersebut selama beberapa bulan saja, tapi sangat jarang yang terjadi di bawah 3 bulan. Memang unik proses frozen shoulder ini karena dia berlangsung lama. Namun, frozen shoulder ini sering terjadi pada usia di atas 40 tahun dan jarang yang terjadi di usia muda," jelasnya.
Baca juga : Ini Penyebab Penuaan Dini dan Terapi Agar Kulit Awet Muda
Jefri memaparkan penyebab seseorang bisa mengalami frozen shoulder, yaitu lantaran ketidakseimbangan hormon, diabetes, sistem kekebalan tubuh melemah, serta peradangan pada sendi. Kondisi itu lebih sering terjadi pada penderita diabetes atau orang-orang yang jarang menggerakkan area lengan.
"Frozen shoulder bisa disebabkan cedera yang membuat kita lama tidak menggerakkan area lengan, penyakit tertentu, atau operasi yang membuat kita rentan mengalami peradangan atau kekakuan pada jaringan. Secara umum, keluhan awal terjadi pegal, tidak nyaman dalam bergerak, lalu secara hitungan hari mulai terasa nyeri. Fase ini pasien merasa tidak nyaman untuk melakukan aktivitas sehari-hari karena pada umumnya kita menggunakan bahu," ungkapnya.
Menurut Jefri, pada kasus serius, frozen shoulder juga bisa menyebabkan jaringan parut dan membatasi ruang gerak. Kondisi itu cenderung terjadi pada usia paruh baya dan lebih sering terjadi pada wanita. Sementara itu, bagi penderita diabetes, risiko untuk mengalami frozen shoulder tiga kali lebih besar. (H-2)
Mengeblok saraf penghantar sinyal nyeri menjadi alternatif cara untuk mengatasi nyeri secara jangka panjang, bahkan permanen.
Bicara soal gejala, beberapa di antaranya yang dapat dirasakan langsung ialah nyeri atau kesakitan di area bahu, ketidakstabilan dan gerakan bahu terbatas, serta bahu terasa lemah.
Gejala seperti kuku kering atau kuning, bintik putih, dan garis hitam mungkin merupakan tanda normal penuaan atau gejala penyakit pernafasan, tiroid, atau kulit dan kanker.
Mengontrol nafsu makan merupakan tantangan bagi banyak wanita, terutama yang mengalami perubahan hormon, stres, atau pola tidur yang kurang baik.
Kuku tidak hanya berfungsi sebagai pelindung ujung jari, tetapi juga dapat menjadi indikator kesehatan tubuh Anda. Perubahan warna, bentuk, atau tekstur kuku menjadi awal gangguan kesehatan
Mulut kering atau xerostomia dapat menjadi tanda adanya gangguan kesehatan tertentu, meskipun sering kali tidak berbahaya.
Gangguan kesehatan jiwa, seperti depresi, kecemasan, dan skizofrenia, menjadi isu penting di Indonesia. Di Yogyakarta, prevalensi gangguan jiwa tercatat 0,78% pada 2024.
Radiasi dari ponsel, meski tidak langsung terasa, dapat memicu masalah serius seperti kanker, insomnia, dan kerusakan sel otak.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved