Headline

Bansos harus menjadi pilihan terakhir.

Ini Rencana Netanyahu Jika Berhasil Menguasai Seluruh 'Kamp Pengungsian Terluas di Dunia'

Ferdian Ananda Majni
08/8/2025 10:07
Ini Rencana Netanyahu Jika Berhasil Menguasai Seluruh 'Kamp Pengungsian Terluas di Dunia'
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.(Anadolu)

PERDANA Menteri Israel Benjamin Netanyahu menegaskan rencana untuk mengambil alih kendali penuh Jalur Gaza. Dia menyatakan, meski Israel akan menguasai wilayah tersebut, pengelolaannya kelak akan diserahkan kepada pihak Arab yang bersahabat.

"Kami tidak ingin memerintahnya," kata Netanyahu dalam bahasa Inggris seperti dikutip BBC News, Jumat (8/8).

"Kami tidak ingin berada di sana sebagai badan pemerintahan. Kami ingin menyerahkannya kepada pasukan Arab," tambahnya.

Rencana Netanyahu?

Netanyahu tidak menjelaskan secara rinci mekanisme atau negara mana yang mungkin terlibat. Pernyataan ini menjadi salah satu indikasi langka mengenai gambaran Gaza pascaperang menurut versinya.

Rencana operasi militer baru itu memicu kekhawatiran dari kalangan militer, penolakan keluarga sandera, dan peringatan bahwa serangan lanjutan dapat memperburuk krisis kemanusiaan. 

Klaim Israel?

Saat ini, militer Israel mengeklaim menguasai sekitar 75% wilayah Gaza dan terus beroperasi di Kota Gaza serta kamp-kamp di bagian tengah, tempat sekitar satu juta warga Palestina tinggal dan para sandera diduga masih ditahan.

Operasi lanjutan ini diperkirakan akan berlangsung berbulan-bulan, memaksa pengungsian massal dan berpotensi memicu kecaman baru dari komunitas internasional. 

Awal Invasi?

Invasi Israel dimulai pada 7 Oktober 2023 sebagai respons atas serangan Hamas telah berlangsung hampir dua tahun, menewaskan lebih dari 61.000 warga Palestina, demikian menurut Kementerian Kesehatan Gaza yang dikelola Hamas. Serangan Hamas pada 7 Oktober menewaskan sekitar 1.200 orang di Israel dan membawa 251 sandera ke Gaza.

Perbedaan pendapat di internal Israel semakin terlihat. Kepala Staf Angkatan Darat, Letnan Jenderal Eyal Zamir, memperingatkan Netanyahu bahwa pendudukan penuh Gaza sama saja dengan terjebak di dalamnya.

Simpan Risiko?

Menurut laporan media Israel, Zamir juga mengingatkan operasi itu berisiko terhadap nyawa 20 sandera yang diyakini masih hidup dan membahayakan tentara yang sudah kelelahan.

Kekhawatiran serupa disampaikan keluarga sandera. Mereka menilai satu-satunya cara aman untuk membebaskan para sandera adalah melalui kesepakatan yang dinegosiasikan dengan Hamas. 

Nasib Sandera?

Surat kabar Maariv melaporkan bahwa penilaian yang berlaku adalah bahwa sebagian besar dan mungkin semua sandera yang masih hidup akan mati jika operasi militer diperluas.

Rencana Netanyahu juga memicu reaksi dari sekutu internasional. Duta Besar Inggris untuk Israel, Simon Walter, menilai pendudukan penuh Gaza akan menjadi kesalahan besar dan menepis tuduhan bahwa pengakuan negara Palestina oleh Inggris adalah hadiah bagi Hamas. 

Utusan AS?

Di sisi lain, utusan AS Mike Huckabee menegaskan bahwa keputusan untuk menguasai Gaza sepenuhnya adalah hak pemerintah Israel. 

"Bukan tugas kami untuk memberi tahu mereka apa yang boleh atau tidak boleh mereka lakukan," katanya kepada CBS News.

Visi Jelas?

Hingga kini, Netanyahu belum memaparkan visi jelas untuk Gaza pascaperang, selain menolak peran Otoritas Palestina yang memerintah Tepi Barat. 

Sementara itu, jajak pendapat menunjukkan mayoritas publik Israel mendukung kesepakatan dengan Hamas untuk membebaskan sandera dan menghentikan perang.

Ancaman Pendudukan?

Beberapa pengamat menilai ancaman pendudukan penuh dapat menjadi strategi untuk menekan Hamas dalam perundingan. Namun, ada pula yang percaya Netanyahu berupaya memperpanjang konflik demi mempertahankan koalisinya, yang sangat bergantung pada dukungan menteri ultranasionalis. 

Tokoh seperti Itamar Ben Gvir dan Bezalel Smotrich bahkan secara terbuka mendukung pengusiran warga Palestina dari Gaza dan pemukiman kembali wilayah itu oleh warga Yahudi, langkah yang dapat dikategorikan sebagai kejahatan perang. (Fer/P-3)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Cahya Mulyana
Berita Lainnya