Headline
Istana minta Polri jaga situasi kondusif.
PERDANA Menteri Israel Benjamin Netanyahu menegaskan rencana untuk mengambil alih kendali penuh Jalur Gaza. Dia menyatakan, meski Israel akan menguasai wilayah tersebut, pengelolaannya kelak akan diserahkan kepada pihak Arab yang bersahabat.
"Kami tidak ingin memerintahnya," kata Netanyahu dalam bahasa Inggris seperti dikutip BBC News, Jumat (8/8).
"Kami tidak ingin berada di sana sebagai badan pemerintahan. Kami ingin menyerahkannya kepada pasukan Arab," tambahnya.
Netanyahu tidak menjelaskan secara rinci mekanisme atau negara mana yang mungkin terlibat. Pernyataan ini menjadi salah satu indikasi langka mengenai gambaran Gaza pascaperang menurut versinya.
Rencana operasi militer baru itu memicu kekhawatiran dari kalangan militer, penolakan keluarga sandera, dan peringatan bahwa serangan lanjutan dapat memperburuk krisis kemanusiaan.
Saat ini, militer Israel mengeklaim menguasai sekitar 75% wilayah Gaza dan terus beroperasi di Kota Gaza serta kamp-kamp di bagian tengah, tempat sekitar satu juta warga Palestina tinggal dan para sandera diduga masih ditahan.
Operasi lanjutan ini diperkirakan akan berlangsung berbulan-bulan, memaksa pengungsian massal dan berpotensi memicu kecaman baru dari komunitas internasional.
Invasi Israel dimulai pada 7 Oktober 2023 sebagai respons atas serangan Hamas telah berlangsung hampir dua tahun, menewaskan lebih dari 61.000 warga Palestina, demikian menurut Kementerian Kesehatan Gaza yang dikelola Hamas. Serangan Hamas pada 7 Oktober menewaskan sekitar 1.200 orang di Israel dan membawa 251 sandera ke Gaza.
Perbedaan pendapat di internal Israel semakin terlihat. Kepala Staf Angkatan Darat, Letnan Jenderal Eyal Zamir, memperingatkan Netanyahu bahwa pendudukan penuh Gaza sama saja dengan terjebak di dalamnya.
Menurut laporan media Israel, Zamir juga mengingatkan operasi itu berisiko terhadap nyawa 20 sandera yang diyakini masih hidup dan membahayakan tentara yang sudah kelelahan.
Kekhawatiran serupa disampaikan keluarga sandera. Mereka menilai satu-satunya cara aman untuk membebaskan para sandera adalah melalui kesepakatan yang dinegosiasikan dengan Hamas.
Surat kabar Maariv melaporkan bahwa penilaian yang berlaku adalah bahwa sebagian besar dan mungkin semua sandera yang masih hidup akan mati jika operasi militer diperluas.
Rencana Netanyahu juga memicu reaksi dari sekutu internasional. Duta Besar Inggris untuk Israel, Simon Walter, menilai pendudukan penuh Gaza akan menjadi kesalahan besar dan menepis tuduhan bahwa pengakuan negara Palestina oleh Inggris adalah hadiah bagi Hamas.
Di sisi lain, utusan AS Mike Huckabee menegaskan bahwa keputusan untuk menguasai Gaza sepenuhnya adalah hak pemerintah Israel.
"Bukan tugas kami untuk memberi tahu mereka apa yang boleh atau tidak boleh mereka lakukan," katanya kepada CBS News.
Hingga kini, Netanyahu belum memaparkan visi jelas untuk Gaza pascaperang, selain menolak peran Otoritas Palestina yang memerintah Tepi Barat.
Sementara itu, jajak pendapat menunjukkan mayoritas publik Israel mendukung kesepakatan dengan Hamas untuk membebaskan sandera dan menghentikan perang.
Beberapa pengamat menilai ancaman pendudukan penuh dapat menjadi strategi untuk menekan Hamas dalam perundingan. Namun, ada pula yang percaya Netanyahu berupaya memperpanjang konflik demi mempertahankan koalisinya, yang sangat bergantung pada dukungan menteri ultranasionalis.
Tokoh seperti Itamar Ben Gvir dan Bezalel Smotrich bahkan secara terbuka mendukung pengusiran warga Palestina dari Gaza dan pemukiman kembali wilayah itu oleh warga Yahudi, langkah yang dapat dikategorikan sebagai kejahatan perang. (Fer/P-3)
Israel menghancurkan lebih dari 1.500 rumah di lingkungan Al Zeitoun, Kota Gaza, Palestina, sejak melancarkan operasi darat awal bulan ini.
Tidak ada lagi bangunan yang tersisa di bagian selatan wilayah tersebut setelah Israel menyetujui rencana pendudukan Gaza pada awal bulan ini.
Hingga kini, serangan militer Israel di Gaza masih berlangsung di tengah kebuntuan negosiasi gencatan senjata dan pembebasan sandera.
Serangan Israel ke spot tangga di RS Nasser, Gaza, Senin (25/8/2025) totalnya menewaskan 20 orang, termasuk 5 jurnalis.
Data terbaru menunjukkan jumlah jurnalis Palestina yang tewas sejak Oktober 2023 mencapai 246 orang.
Paus Leo XIV menyerukan agar Israel menghentikan “hukuman kolektif” terhadap penduduk di Gaza.
Anak-anak Palestina di Jalur Gaza akan kehilangan akses pendidikannya selama tiga tahun beruntun akibat blokade dan agresi Zionis Israel yang hingga kini masih terjadi.
Israel menghancurkan lebih dari 1.500 rumah di lingkungan Al Zeitoun, Kota Gaza, Palestina, sejak melancarkan operasi darat awal bulan ini.
Tidak ada lagi bangunan yang tersisa di bagian selatan wilayah tersebut setelah Israel menyetujui rencana pendudukan Gaza pada awal bulan ini.
ISRAEL menghadapi gelombang kecaman internasional setelah serangkaian serangan di Rumah Sakit Nasser, Khan Younis, Gaza selatan, pada Senin (25/8).
Hingga kini, serangan militer Israel di Gaza masih berlangsung di tengah kebuntuan negosiasi gencatan senjata dan pembebasan sandera.
Serangan Israel ke spot tangga di RS Nasser, Gaza, Senin (25/8/2025) totalnya menewaskan 20 orang, termasuk 5 jurnalis.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved