Headline

Rakyat menengah bawah bakal kian terpinggirkan.

Ratusan Orang di London Gelar Aksi Mengenang Jurnalis Palestina yang Tewas di Gaza

Ferdian Ananda Majni
28/8/2025 15:31
Ratusan Orang di London Gelar Aksi Mengenang Jurnalis Palestina yang Tewas di Gaza
Seorang pengunjuk rasa memegang plakat selama acara penghormatan untuk jurnalis yang terbunuh di Gaza di luar 10 Downing Street di pusat kota London pada Rabu (27/8).(AFP/TOBY SHEPHEARD)

RATUSAN orang berkumpul di luar Kantor Perdana Menteri Inggris di Downing Street pada Rabu (27/8) untuk memperingati para jurnalis Palestina yang meninggal dalam serangan Israel di Gaza.

Acara yang diselenggarakan oleh Cabang Freelance Persatuan Jurnalis Nasional (NUJ) ini diwarnai dengan spanduk berisi nama-nama jurnalis yang tewas. Menjelang peringatan, NUJ juga menyerahkan surat ke No 10 Downing Street, menyampaikan harapan mereka agar pemerintah Inggris menanggapi kematian para pekerja media tersebut.

Dalam acara itu, mantan presenter BBC dan LBC Sangita Myska menyoroti kematian koresponden Al Jazeera, Anas Al-Sharif. 

Menurutnya, seorang jurnalis yang penting bagi pemirsa itu sudah lama tercatat oleh Komite Perlindungan Jurnalis (CPJ) sebagai berisiko meninggal, namun tidak mendapat perlindungan dan akhirnya tewas pada 10 Agustus. 

"Pemerintah tidak mengatakan atau melakukan apa pun terkait hal ini," kata Myska seperti dikutip dari Anadolu, Kamis (28/8).

Dia juga menegaskan Israel tanpa dasar menyebut Al-Sharif sebagai teroris dan tak memungkiri Israel masih terus mengancam para jurnalis.

Myska menyebut jurnalis Palestina sebagai orang-orang paling berani di dunia karena tetap meliput meski menghadapi ancaman. 

Dia juga menyinggung lima wartawan yang baru-baru ini terbunuh dalam serangan Israel di Rumah Sakit Nasser, termasuk kontributor Reuters, The Associated Press, Middle East Eye dan Al Jazeera

"Israel, seperti organisasi teroris, melakukan serangan kedua terhadap mereka yang tiba di lokasi kejadian setelah serangan pertama," ujarnya.

Dia mengkritik sikap media internasional yang menurutnya tidak memberi perhatian seimbang. 

"Jika Rusia membunuh lima jurnalis dalam siaran langsung, apakah menurut Anda media Inggris akan mengabaikannya? Saya rasa tidak," ucapnya.

"Terbunuhnya seorang jurnalis Palestina bukan hanya kematian satu orang melainkan kematian jurnalisme," tambahnya.

Jurnalis Palestina Ahmed Alnaouq dalam kesempatan yang sama mempertanyakan tindakan Israel terhadap jurnalis di Gaza.

"Mengapa Israel membunuh jurnalis? Karena mereka bisa. Karena mereka tahu tidak akan menjawab siapa pun. Karena kenyataan adalah musuh terbesar mereka. Selama tidak ada yang menentang mereka, sayangnya, Israel akan terus membunuh warga Palestina," katanya.

"Jurnalis Palestina yang terbunuh tidak akan dilupakan, kisah mereka akan terus diceritakan dan kami akan meneriakkan nama mereka," lanjutnya.

Upacara penghormatan berakhir dengan pembacaan nama para jurnalis yang gugur serta doa pemakaman secara in absentia.

Data terbaru menunjukkan jumlah jurnalis Palestina yang tewas sejak Oktober 2023 mencapai 246 orang. Selama periode yang sama, Israel telah menewaskan lebih dari 62.700 warga Palestina di Gaza, menghancurkan sebagian besar wilayah yang kini terancam kelaparan.

Pada November 2024, Pengadilan Kriminal Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant atas dugaan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan. Israel juga tengah menghadapi gugatan genosida di Mahkamah Internasional terkait perang di Gaza. (I-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Budi Ernanto
Berita Lainnya