Headline

Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.

Fokus

F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.

12 Orang Tewas Saat Bentrok di Perbatasan Thailand–Kamboja, Ribuan Warga Dievakuasi

Thalatie K Yani
25/7/2025 06:06
12 Orang Tewas Saat Bentrok di Perbatasan Thailand–Kamboja, Ribuan Warga Dievakuasi
Para pengungsi berlindung di sebuah gimnasium di halaman Universitas Surindra Rajabhat, di provinsi perbatasan Thailand, Surin, pada 24 Juli 2025. Thailand dan Kamboja terlibat dalam bentrokan militer paling berdarah dalam lebih dari satu dekade pada 24 Ju(AFP)

KETEGANGAN di perbatasan Thailand dan Kamboja kembali memanas. Bentrokan bersenjata antara kedua negara pada Kamis pagi menewaskan sedikitnya 12 orang, mayoritas warga sipil, menurut otoritas Thailand.

Peristiwa ini menandai eskalasi baru dari sengketa perbatasan yang telah berlangsung lebih dari satu abad. Tentara kedua negara saling tuduh memicu konflik. Thailand mengklaim Kamboja lebih dulu menembakkan roket, sementara Kamboja menuduh pasukan Thailand melanggar kesepakatan dengan mendekati kompleks candi kuno di wilayah sengketa.

Baku Tembak dan Serangan Udara

Thailand melaporkan pasukan Kamboja melepaskan tembakan artileri ke arah tiga provinsi di timur laut, Surin, Ubon Ratchathani, dan Srisaket, menewaskan 11 warga sipil, termasuk anak berusia 8 dan 15 tahun, serta satu personel militer. Sebaliknya, Kamboja belum mengonfirmasi jumlah korban di pihak mereka.

Konflik memuncak dengan serangan udara Thailand terhadap target militer Kamboja. Bangkok menutup perbatasannya, sementara Phnom Penh menurunkan hubungan diplomatik dan menuduh Thailand menggunakan “kekuatan berlebihan”. Sekitar 40.000 warga Thailand dievakuasi dari zona rawan konflik.

“Situasinya sangat serius, kami sedang dievakuasi,” kata Sutian Phiwchan, warga distrik Ban Dan, Provinsi Buriram, kepada BBC.

Akar Sengketa Sejarah Panjang

Perselisihan ini berakar pada penetapan batas wilayah saat Kamboja berada di bawah pendudukan Prancis lebih dari seratus tahun lalu. Ketegangan semakin memuncak pada 2008, ketika Kamboja mencoba mendaftarkan candi Khmer abad ke-11 di wilayah sengketa sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO.

Sejak itu, bentrokan sporadis terus terjadi dan menelan korban jiwa dari kedua belah pihak. Situasi kembali memanas pada Mei lalu setelah seorang tentara Kamboja tewas dalam insiden di perbatasan.

Dalam dua bulan terakhir, kedua negara saling memberlakukan pembatasan perbatasan. Kamboja menghentikan impor buah, sayur, listrik, dan layanan internet dari Thailand. Kedua belah pihak juga meningkatkan jumlah pasukan di wilayah sengketa.

Hubungan Politik yang Rumit

Perdana Menteri sementara Thailand, Phumtham Wechayachai, menegaskan bahwa sengketa ini “sangat sensitif” dan harus diselesaikan sesuai hukum internasional. Sementara itu, Perdana Menteri Kamboja Hun Manet menyatakan ingin mencari solusi damai, namun menegaskan negaranya “tidak punya pilihan selain membalas agresi bersenjata dengan kekuatan bersenjata.”

Meski baku tembak mulai mereda, banyak pengamat menilai ketegangan tidak akan mudah mereda karena dinamika politik di kedua negara. Hun Manet, yang baru mewarisi kekuasaan dari ayahnya Hun Sen, belum memiliki otoritas penuh. Sementara di Thailand, pemerintahan koalisi yang rapuh dipengaruhi oleh mantan perdana menteri Thaksin Shinawatra, yang hubungannya dengan keluarga Hun Sen memburuk setelah bocornya percakapan pribadi yang memicu skandal politik.

Untuk saat ini, konflik diyakini tidak akan berkembang menjadi perang terbuka, namun belum ada tanda-tanda kedua negara siap mundur dari konfrontasi ini. (BBC/Z-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani
Berita Lainnya