Headline

Pengacara Tannos menggunakan segala cara demi menolak ekstradisi ke Indonesia.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

Usai Menang di Pemilu Pendahuluan, Zohran Mamdani Dihujani Serangan Islamofobia dan Ancaman Pembunuhan

Thalatie K Yani
27/6/2025 05:27
Usai Menang di Pemilu Pendahuluan, Zohran Mamdani Dihujani Serangan Islamofobia dan Ancaman Pembunuhan
Zohran Mamdani sudah mendapatkan hujatan kebencian usai kemenangan pendahuluan pemilihan Wali Kota New York.(Media Sosial X)

ZOHRAN Mamdani belum resmi menjabat sebagai Wali Kota New York, namun kemenangan historisnya di pemilihan pendahuluan Partai Demokrat sudah memicu badai kebencian.

Tokoh progresif berusia 33 tahun ini, yang akan menjadi Muslim pertama memimpin kota terbesar di Amerika Serikat jika terpilih pada November, menjadi sasaran serangan Islamofobia yang brutal dan terkoordinasi. Berbagai tuduhan simpatisan Hamas, julukan “teroris jihadis”, hingga ancaman akan terulangnya tragedi 9/11 terjadi.

Sejak hasil pemilu pendahuluan mengarah pada kemenangan Mamdani, sejumlah politisi dan tokoh konservatif Amerika melancarkan retorika bernada kebencian di media sosial dan saluran berita sayap kanan.

Laura Loomer, aktivis ekstrem kanan yang dikenal dekat dengan lingkaran Donald Trump, menulis di platform X "serangan 9/11 akan terulang di bawah kepemimpinan Mamdani". Sementara itu, anggota dewan kota New York, Vickie Paladino, dalam wawancara radio menyebut Mamdani sebagai "teroris jihad yang dikenal" dan menyerukan deportasi — meskipun Mamdani adalah warga negara AS.

Tokoh-tokoh lain dari pemerintahan Trump, seperti Stephen Miller, turut menuding bahwa pencalonan Mamdani adalah "peringatan keras tentang bahaya imigrasi tanpa kendali." Bahkan Elise Stefanik, anggota DPR dan loyalis Trump, mengirim surel penggalangan dana yang menyebut Mamdani "simpatisan teroris Hamas", bahkan sebelum penghitungan suara rampung.

Putra mantan presiden, Donald Trump Jr, ikut memperkeruh suasana dengan unggahan yang menyindir bahwa "New York pernah jadi korban 9/11, kini mereka malah memilihnya." Sementara itu, Marjorie Taylor Greene mengunggah gambar AI dari Patung Liberty yang mengenakan burqa, sebagai bentuk sindiran bernuansa Islamofobia.

Kampanye Kebencian yang Sudah Terbentuk

Bagi banyak pengamat, pola serangan terhadap Mamdani bukan hal baru. Tuduhan tentang loyalitas ganda, penyamaan Islam dengan terorisme, dan upaya mendiskreditkan keyakinan religius telah lama digunakan terhadap politisi Muslim.

“Retorika semacam ini mengulang pola lama, menggambarkan Muslim sebagai ‘yang lain’ dan ancaman,” ujar Corey Saylor, Direktur Advokasi dari Council on American-Islamic Relations (CAIR) kepada The Guardian. Ia juga mengingatkan akan potensi meningkatnya sentimen kebencian seperti kasus pembangunan pusat kebudayaan Islam dekat Ground Zero pada 2010.

Meski tidak melacak insiden online secara langsung, CAIR menyebut volume komentar xenofobia dalam kasus Mamdani sebagai sesuatu yang “patut diperhatikan.”

Ancaman Nyata dan Dampak Pribadi

Dalam beberapa minggu terakhir, Mamdani melaporkan menerima banyak ancaman pembunuhan, termasuk pesan suara yang mengancam akan meledakkan mobilnya. Satuan tugas kejahatan kebencian NYPD sedang menyelidiki kasus tersebut, termasuk satu insiden yang merujuk pada bom yang digunakan dalam serangan terhadap tokoh Hezbollah di Lebanon.

Tim kampanyenya pun telah meningkatkan pengamanan, namun tekanan psikologis tetap terasa. “Saya menerima pesan yang menyatakan bahwa satu-satunya Muslim yang baik adalah Muslim yang mati,” ungkap Mamdani dalam konferensi pers sambil menahan air mata. 

“Saya mendapatkan ancaman terhadap diri saya dan orang-orang yang saya cintai. Tapi fokus saya tetap: menjadikan kota ini tempat yang layak huni dan inklusif untuk semua.”

Donald Trump juga angkat suara, menyebut Mamdani sebagai "komunis gila 100%" dan mengejek penampilan serta suaranya. Ia bahkan menggunakan istilah “Palestinian” untuk menyindir Senator Chuck Schumer, sebagai bentuk penghinaan rasial.

Kritik yang Selektif dan Bias Media

Sepanjang kampanye, media konservatif dan pewawancara kerap menekan Mamdani dengan pertanyaan berat seputar konflik Israel-Palestina — pertanyaan yang tidak ditujukan pada kandidat lain. Saat ditanya negara mana yang akan ia kunjungi pertama jika terpilih, Mamdani menjawab ia akan tetap berada di New York dan menyerukan agar Israel menjadi negara dengan kesetaraan hak bagi semua warganya.

Berbicara di MSNBC, Mamdani mengungkapkan efek jangka panjang dari serangan kebencian tersebut: “Saya bicara dengan banyak Muslim di kota ini yang mengaku lebih memilih hidup dalam bayang-bayang karena takut dicap teroris hanya karena tampil di ruang publik. Ini bukan jalan bagi kota ini, dan bukan pula masa depan yang layak bagi negara ini.” (The Guardian/Z-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani
Berita Lainnya