Headline

AS ikut campur, Iran menyatakan siap tutup Selat Hormuz.

Fokus

Tren kebakaran di Jakarta menunjukkan dinamika yang cukup signifikan.

160 Juta Warga AS Terdampak Gelombang Panas Ekstrem

Thalatie K Yani
24/6/2025 09:00
160 Juta Warga AS Terdampak Gelombang Panas Ekstrem
Gelombang panas ekstrem yang diperkiakan mencapai 40 derajat celsius melanda wilayah timur Amerika Serikat, memengaruhi hampir 160 juta penduduk.(AFP)

GELOMBANG panas ekstrem melanda sepertiga wilayah timur Amerika Serikat pada Senin (23/6), memengaruhi hampir 160 juta penduduk. Suhu di wilayah metropolitan New York diperkirakan mencapai 40 derajat Celsius (104 derajat Fahrenheit), memecahkan rekor panas yang telah bertahan sejak abad ke-19.

Fenomena ini menjadi gelombang panas besar pertama di AS tahun ini. Puncaknya terjadi pada Senin dan Selasa di kota-kota besar, seperti Washington, Baltimore, Philadelphia, dan New York City.

“Panas ekstrem ini bukan sekadar tidak nyaman, tapi juga mematikan bagi warga New York,” ujar Wali Kota Eric Adams. Ia menambahkan setiap tahunnya, sekitar 500 orang meninggal akibat cuaca panas di kota berpenduduk delapan juta itu. “Ini bisa menjadi brutal dan berbahaya jika tidak ditanggapi dengan serius,” imbuhnya.

Rekor Suhu Terpecahkan, Warga Diminta Waspada

Suhu di Central Park, yang dikenal sebagai "paru-paru" Manhattan, tercatat mencapai 96 derajat Fahrenheit, memecahkan rekor tahun 1888. Layanan Cuaca Nasional AS (NWS) menyebutkan peringatan panas ekstrem dan imbauan waspada panas diberlakukan di setidaknya 29 negara bagian.

“Risiko panas pada level ini tergolong langka, bisa berlangsung lama, dan tidak mereda pada malam hari. Siapa pun yang tidak memiliki pendingin udara atau cukup cairan tubuh sangat rentan,” ujar pernyataan NWS.

Kondisi ini terjadi akibat fenomena heat dome — sistem tekanan tinggi yang menjebak udara panas dan menyebabkan suhu terus meningkat.

Warga Tetap Bekerja di Tengah Panas Menyengat

Meski suhu ekstrem melanda, banyak warga tetap harus bekerja di luar ruangan. “Kami harus bertahan. Kalau tidak kerja, bagaimana bisa hidup?” kata Manuel, seorang buruh bangunan di kawasan Harlem, New York. “Kadang kami terpaksa berhenti karena sudah berbahaya. Tidak semua orang punya energi yang sama.”

Di Washington Heights, sejumlah hidran air sengaja dibuka agar warga bisa menyegarkan diri. Di tengah situasi ini, Ronald Marcelin, teknisi AC berusia 44 tahun, tetap bekerja memperbaiki sistem pendingin di sebuah restoran. “Saya kepanasan agar orang lain bisa tetap dingin,” ucapnya sambil tersenyum.

Pemilu di Tengah Suhu Mencapai 40°C

Gelombang panas ini juga bertepatan dengan pelaksanaan pemilu pendahuluan Partai Demokrat di New York, Selasa (24/6), untuk menentukan kandidat wali kota. Persaingan ketat terjadi antara mantan gubernur Andrew Cuomo dan tokoh progresif muda, Zohran Mamdani.

Selama akhir pekan, Cuomo mendesak warga tetap menggunakan hak suara mereka, meskipun suhu diperkirakan menembus 100 derajat Fahrenheit.

Dampak Perubahan Iklim

Para ilmuwan menilai gelombang panas ekstrem ini sebagai bukti nyata dari dampak pemanasan global. Cuaca panas ekstrem diprediksi akan semakin sering, berlangsung lebih lama, dan makin parah.

Tahun 2024 tercatat sebagai tahun terpanas dalam sejarah dunia, dan tahun 2025 diproyeksikan akan masuk dalam tiga besar tahun terpanas, akibat perubahan iklim yang dipicu oleh aktivitas manusia. (AFP/Z-2)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani
Berita Lainnya