Headline
AS ikut campur, Iran menyatakan siap tutup Selat Hormuz.
Tren kebakaran di Jakarta menunjukkan dinamika yang cukup signifikan.
GELOMBANG panas ekstrem melanda sepertiga wilayah timur Amerika Serikat pada Senin (23/6), memengaruhi hampir 160 juta penduduk. Suhu di wilayah metropolitan New York diperkirakan mencapai 40 derajat Celsius (104 derajat Fahrenheit), memecahkan rekor panas yang telah bertahan sejak abad ke-19.
Fenomena ini menjadi gelombang panas besar pertama di AS tahun ini. Puncaknya terjadi pada Senin dan Selasa di kota-kota besar, seperti Washington, Baltimore, Philadelphia, dan New York City.
“Panas ekstrem ini bukan sekadar tidak nyaman, tapi juga mematikan bagi warga New York,” ujar Wali Kota Eric Adams. Ia menambahkan setiap tahunnya, sekitar 500 orang meninggal akibat cuaca panas di kota berpenduduk delapan juta itu. “Ini bisa menjadi brutal dan berbahaya jika tidak ditanggapi dengan serius,” imbuhnya.
Suhu di Central Park, yang dikenal sebagai "paru-paru" Manhattan, tercatat mencapai 96 derajat Fahrenheit, memecahkan rekor tahun 1888. Layanan Cuaca Nasional AS (NWS) menyebutkan peringatan panas ekstrem dan imbauan waspada panas diberlakukan di setidaknya 29 negara bagian.
“Risiko panas pada level ini tergolong langka, bisa berlangsung lama, dan tidak mereda pada malam hari. Siapa pun yang tidak memiliki pendingin udara atau cukup cairan tubuh sangat rentan,” ujar pernyataan NWS.
Kondisi ini terjadi akibat fenomena heat dome — sistem tekanan tinggi yang menjebak udara panas dan menyebabkan suhu terus meningkat.
Meski suhu ekstrem melanda, banyak warga tetap harus bekerja di luar ruangan. “Kami harus bertahan. Kalau tidak kerja, bagaimana bisa hidup?” kata Manuel, seorang buruh bangunan di kawasan Harlem, New York. “Kadang kami terpaksa berhenti karena sudah berbahaya. Tidak semua orang punya energi yang sama.”
Di Washington Heights, sejumlah hidran air sengaja dibuka agar warga bisa menyegarkan diri. Di tengah situasi ini, Ronald Marcelin, teknisi AC berusia 44 tahun, tetap bekerja memperbaiki sistem pendingin di sebuah restoran. “Saya kepanasan agar orang lain bisa tetap dingin,” ucapnya sambil tersenyum.
Gelombang panas ini juga bertepatan dengan pelaksanaan pemilu pendahuluan Partai Demokrat di New York, Selasa (24/6), untuk menentukan kandidat wali kota. Persaingan ketat terjadi antara mantan gubernur Andrew Cuomo dan tokoh progresif muda, Zohran Mamdani.
Selama akhir pekan, Cuomo mendesak warga tetap menggunakan hak suara mereka, meskipun suhu diperkirakan menembus 100 derajat Fahrenheit.
Dampak Perubahan Iklim
Para ilmuwan menilai gelombang panas ekstrem ini sebagai bukti nyata dari dampak pemanasan global. Cuaca panas ekstrem diprediksi akan semakin sering, berlangsung lebih lama, dan makin parah.
Tahun 2024 tercatat sebagai tahun terpanas dalam sejarah dunia, dan tahun 2025 diproyeksikan akan masuk dalam tiga besar tahun terpanas, akibat perubahan iklim yang dipicu oleh aktivitas manusia. (AFP/Z-2)
Manajer Borussia Dortmund, Niko Kovac, mengeluhkan cuaca ekstreem di Amerika Serikat. Ia menyamakan panasnya mirip dengan sauna.
Ilmuwan terus mencari cara baru untuk mengatasi pemanasan global. Salah satu ide yang muncul adalah menggunakan debu berlian untuk mendinginkan Bumi.
STUDI baru memperingatkan bahwa kematian akibat cuaca panas ekstrem di Eropa diperkirakan melonjak tajam dalam beberapa dekade mendatang.
GENERASI muda terutama generasi Alfa dan setelahnya disebut paling merasakan dampak perubahan iklim. Karena itu, kesadaran dan aksi iklim perlu terus digalakkan di kalangan generasi muda.
Tahun ini, kematian terkait panas di Mediterania menimbulkan kekhawatiran tentang bagaimana perubahan iklim akan mempengaruhi industri perjalanan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved