Headline

AS ikut campur, Iran menyatakan siap tutup Selat Hormuz.

Fokus

Tren kebakaran di Jakarta menunjukkan dinamika yang cukup signifikan.

Ulang Tahun Ke-80, PBB bakal Tamat?

Dhika Kusuma Winata
24/6/2025 07:32
Ulang Tahun Ke-80, PBB bakal Tamat?
Warga AS protes pemerintahnya untuk tidak berperang melawan Iran.(Dok Al-Jazeera)

TAK terasa Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memasuki usia ke-80 tahun dengan menghadapi badai kritik di tengah krisis legitimasi dan keterbatasan anggaran. Lembaga multilateral itu mengalami tantangan besar untuk bisa membuktikan perannya agar terus relevan bagi dunia yang terpolarisasi dan dilanda konflik.

Kamis (26/6), 193 negara anggota PBB memperingati penandatanganan Piagam PBB yang berlangsung di San Francisco pada 1945. Setelah diratifikasi, PBB resmi berdiri pada 24 Oktober di tahun yang sama. Namun, peringatan kali ini dibayangi oleh berbagai krisis yang mulai menimbulkan tanda tanya soal masa depan organisasi tersebut.

"Sejak berakhirnya Perang Dingin, kita menyaksikan PBB kesulitan menangani sejumlah kasus besar, mulai dari genosida Rwanda hingga perang Irak," ujar Richard Gowan dari International Crisis Group.

"Setiap kali terjadi krisis besar, selalu ada yang menyatakan PBB sudah tamat. Nyatanya, ia tetap bertahan. Meski begitu, saat ini adalah momen yang sangat buruk," tambahnya.

Dewan Keamanan PBB buntu

Gowan menyoroti banyak negara yang frustrasi dengan kebuntuan Dewan Keamanan PBB, khususnya dalam menangani konflik besar seperti perang di Ukraina dan Gaza. Kebuntuan itu disebabkan hak veto lima anggota tetap yaitu Inggris, Tiongkok, Prancis, Rusia, dan Amerika Serikat, yang memiliki kepentingan saling bertentangan.

"Sistem PBB secara keseluruhan menghadapi krisis kredibilitas dan tidak jelas apakah para anggotanya memiliki sumber daya atau energi politik yang cukup untuk menyelamatkannya," kata Gowan. "Kita juga terlalu terbiasa dengan keberadaan sistem ini, hingga lebih sering mengeluhkan kekurangannya daripada menghargai keberhasilannya."

PBB bakal mirip hantu

Peneliti di Institut Prancis untuk Urusan Internasional dan Strategis, Romuald Sciora, bahkan memperkirakan PBB perlahan akan menghilang dari panggung dunia. "Saya tidak yakin PBB akan benar-benar punah pada ulang tahunnya ke-100, tetapi saya melihatnya menjadi seperti hantu, mirip organisasi lama yang namanya kini telah kita lupakan," ucapnya.

Meski begitu, para analis menekankan tidak semua masalah berasal dari dalam tubuh PBB sendiri. Pasalnya, PBB juga sering dijadikan kambing hitam oleh negara-negara yang berselisih.

Menurut Gissou Nia dari lembaga think tank Atlantic Council di Washington, munculnya pendekatan siapa kuat, dia benar menjadi ancaman besar terhadap nilai-nilai dasar yang menjadi alasan berdirinya PBB usai Perang Dunia II. Dia menyatakan kekhawatirannya terhadap narasi-narasi yang terus merongrong legitimasi PBB. Narasi semacam itu, ujarnya, muncul termasuk dari sekutu dekat AS seperti Israel.

"Tudingan terus-menerus dari suara-suara lantang yang menyebut PBB anti-Semit, pemborosan dana, atau pendukung rezim otoriter, benar-benar berdampak," ujarnya. 

Posisi PBB makin penting

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres belum lama ini menegaskan di tengah meningkatnya konflik dan krisis kemanusiaan global, posisi PBB justru makin penting. "Nilai-nilai kami belum pernah sebesar ini relevansinya dan kebutuhan belum pernah sebesar ini," ucap Guterres.

Namun, dukungan dana justru menurun. Salah satu pemicu ialah penarikan kontribusi dari Amerika Serikat semasa pemerintahan Donald Trump.

Perampingan organisasi

Untuk menanggapi situasi ini, Guterres meluncurkan inisiatif UN80 yang bertujuan merampingkan operasi PBB. Reformasi tersebut diperkirakan akan mencakup pemangkasan ribuan posisi.

PBB merupakan organisasi yang sangat besar dan memiliki masalah birokrasi sebagaimana organisasi besar lain. Terlepas dari semua keterbatasan, PBB tetap dianggap menjadi satu-satunya forum global di mana musuh bebuyutan bisa duduk di meja yang sama dan negara kecil pun punya ruang bersuara.

Dunia akan lebih buruk

PBB juga tetap menjalankan misi-misi penting mulai dari program pangan yang membantu lebih dari 100 juta orang di 120 negara hingga pasukan penjaga perdamaian yang melindungi warga sipil di zona konflik.

"PBB dulu adalah alat yang luar biasa (tetapi) tentu saja, dunia akan jauh lebih buruk jika PBB tiba-tiba lenyap," kata Sciora. (Dhk/AFP/I-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya