Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

PBB Desak Penyelidikan Serangan Maut Warga Gaza di Pusat Bantuan

Ferdian Ananda Majni
16/6/2025 20:38
PBB Desak Penyelidikan Serangan Maut Warga Gaza di Pusat Bantuan
Volker Turk.(Youtube UN Human Rights Council)

KEPALA Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Volker Turk mengecam keras tindakan militer Israel di Jalur Gaza yang terus dilanda kekerasan, meski negara tersebut juga tengah terlibat dalam ketegangan regional dengan Iran.

Dalam pernyataannya pada Senin (16/6), Turk menyatakan bahwa sarana dan metode perang Israel menimbulkan penderitaan yang mengerikan dan tidak masuk akal bagi warga Palestina di Gaza.

Menurut data pejabat kesehatan setempat, lebih dari 55.362 warga Palestina telah tewas dalam serangan yang berlangsung selama lebih dari 19 bulan, termasuk ribuan anak-anak.

Pernyataan tersebut disampaikan saat laporan medis menyebutkan bahwa sedikitnya 20 warga Palestina tewas pada hari yang sama. 

Dari jumlah tersebut, 15 orang di antaranya merupakan pencari bantuan yang menjadi korban serangan di dekat pusat distribusi milik Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF) di Rafah, organisasi kontroversial karena mendapat dukungan dari Amerika Serikat dan Israel.

Selain itu, tiga pencari bantuan juga dilaporkan tewas di wilayah Gaza utara, sementara dua lainnya meninggal dalam serangan di Kota Gaza.

"Israel telah menjadikan makanan sebagai senjata dan memblokir bantuan yang menyelamatkan nyawa," kata Turk dalam laporan tahunannya kepada Dewan Hak Asasi Manusia ke-59 di Jenewa seperti dilansir Al Jazeera, Senin (16/6).

"Saya mendesak penyelidikan segera dan tidak memihak terhadap serangan mematikan terhadap warga sipil yang putus asa agar dilakukan di pusat distribusi makanan," sebutnya.

Turk juga mengecam keras retorika sejumlah pejabat tinggi Israel yang dinilainya mengganggu dan merendahkan martabat manusia, serta mengingatkan bahwa hal tersebut mengingatkan pada kejahatan yang paling serius.

GHF mulai menyalurkan bantuan di Gaza pada akhir Mei setelah Israel mencabut blokade total terhadap distribusi makanan, obat-obatan dan barang-barang penting lainnya yang telah berlangsung hampir tiga bulan. Kebijakan pembatasan tersebut sempat menimbulkan kekhawatiran akan krisis kelaparan massal.

Namun, sejumlah lembaga PBB dan organisasi kemanusiaan menolak bekerja sama dengan GHF menyuarakan kekhawatiran bahwa lembaga tersebut lebih mengutamakan kepentingan militer Israel ketimbang kebutuhan kemanusiaan.

Beberapa insiden kekerasan di pusat distribusi bantuan, terutama di wilayah Rafah dan Koridor Netzarim, telah memaksa operasi GHF dihentikan sementara. 

Kementerian Kesehatan di Gaza menyebutkan bahwa sejak GHF beroperasi, sedikitnya 274 orang telah tewas dan lebih dari 2.000 lainnya terluka di sekitar lokasi distribusi bantuan.

Reporter Al Jazeera, Tareq Abu Azzoum, yang melaporkan langsung dari Deir el-Balah, Gaza tengah mengatakan bahwa sistem distribusi saat ini justru menciptakan kekacauan dan keputusasaan di kalangan warga.

"Banyak warga Palestina yang kelaparan kehabisan pilihan, terpaksa memilih antara tinggal di rumah mereka dan kelaparan, atau mempertaruhkan nyawa mereka untuk mendapatkan sekantong tepung," jelas Azzoum.

Dalam kesempatan yang sama, Volker Turk juga mengungkapkan keprihatinannya terhadap eskalasi konflik antara Israel dan Iran yang telah menelan ratusan korban jiwa, termasuk banyak warga sipil. Dia menyerukan kepada kedua negara untuk segera menempuh jalur diplomasi.

"Eskalasi militer antara Israel dan Iran sangat mengkhawatirkan," ujar Turk. Ia menegaskan pentingnya negosiasi diplomatik yang mendesak untuk mengakhiri serangan-serangan ini dan menemukan jalan ke depan.

Turk menekankan bahwa seluruh pihak harus menghormati hukum internasional, khususnya dalam memastikan perlindungan terhadap warga sipil di wilayah padat penduduk. (I-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya