Headline

PRESIDEN Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah menetapkan tarif impor baru untuk Indonesia

Fokus

MALAM itu, sekitar pukul 18.00 WIB, langit sudah pekat menyelimuti Dusun Bambangan

Pengamat HI: Prabowo Posisikan Diri sebagai Middle Power

Dhika Kusuma Winata
05/1/2025 20:44
Pengamat HI: Prabowo Posisikan Diri sebagai Middle Power
Presiden Prabowo Subianto melambaikan tangan dari atas pesawat.(Antara)

PENGAMAT hubungan internasional Universitas Padjadjaran (Unpad) Teuku Rezasyah berpandangan Presiden Prabowo Subianto membangun posisi Indonesia sebagai middle power alias kekuatan tengah di antara negara-negara besar dalam percaturan global. Prabowo, kata Rezasyah, juga yakin sebagai pemimpin di Asia Tenggara.

Hal itu disampaikannya menanggapi laporan The Strait Times yang menempatkan Prabowo sebagai salah satu pemimpin yang akan berpengaruh besar dalam hubungan dunia pada 2025 ini.

"Presiden Prabowo saat ini menempatkan dirinya sebagai qualified middle power yakni siap langsung berurusan dengan kekuatan-kekuatan besar dan sudah yakin dengan statusnya di Asia Tenggara sebagai pimpinan tradisional ASEAN," kata Rezasyah kepada Media Indonesia, Minggu (5/1).

Menurutnya, Presiden Prabowo maklum jika ASEAN selama ini telah mengunci Indonesia bak dalam kurungan yang memperlambat kapasitas Indonesia untuk bersinergi di level global. Dia menyebut selama ini energi Indonesia terkuras dalam berbagai konsensus ASEAN Community.

Kurang dari sebulan setelah dilantik, Prabowo memulai lawatan diplomatik mengunjungi Tiongkok dan Amerika Serikat kemudian menghadiri KTT APEC. Hal itu mengisyaratkan keinginannya untuk menempatkan Indonesia di jantung diplomasi internasional.

Kemudian, Indonesia mengajukan diri dan mendapat status negara mitra BRICS. Menurut Rezasyah, langkah Indonesia seperti di BRICS dapat dibaca sebagai wujud peran sebagai middle power.

Menurutnya, posisi Indonesia sebagai middle power memungkinkan untuk bisa lebih aktif dan percaya diri dalam membangun dukungan terkait krisis dunia terkini.

"BRICS akan menjadi wahana yang strategis, yang memungkinkan Indonesia untuk secara langsung berurusan secara bilateral dengan Tiongkok, India, dan Rusia, guna mempercepat pencapaian perjanjian strategis yang telah disepakati," ujarnya.

"Kombinasi kekuatan ekonomi dan militer yang telah terbangun dalam BRICS dan D-8 memungkinkan Indonesia bersikap lebih pro-aktif dan percaya diri. Khususnya dalam menyikapi perkembangan di Gaza, Libanon, dan Suriah. Karena Indonesia melihat ASEAN tidak lagi solid dalam memandang penyelesaian krisis di atas," ucap Rezasyah. (Dhk/P-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Irvan Sihombing
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik