Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
PADA Perang Dunia I (1914-1918), terjadi konflik antara Inggris, Amerika, dan sekutunya melawan Kesultanan Utsmaniyah. Dalam konteks ini, Menteri Luar Negeri Inggris berjanji untuk memberikan sebuah negara kepada orang-orang Yahudi, agar mereka dapat membangun dan menyatukan diri di tempat tersebut, karena pada saat itu orang-orang Yahudi tersebar di berbagai tempat.
Tiga lokasi diusulkan sebagai tempat tersebut, yakni Argentina, Uganda, dan Palestina. Beberapa pihak juga menyarankan Afrika Selatan. Pada akhirnya, orang-orang Yahudi memilih Palestina dan mencari dasar keagamaan untuk mendukung pilihan tersebut. Mereka merujuk pada Perjanjian Lama yang menyebutkan bahwa Tuhan menjanjikan tanah leluhur mereka, yaitu Palestina, yang dahulu pernah diperintah oleh Nabi Sulaiman dan Nabi Daud.
Namun, dalam Perjanjian Lama, janji Tuhan sebenarnya ditujukan kepada Nabi Ibrahim, bahwa keturunannya akan mendapatkan negeri yang disebut Al-Ardlil Muqaddasah, atau Negeri yang Suci. Namun, orang Yahudi tidak mengakui orang Arab sebagai keturunan Nabi Ibrahim, karena menurut pandangan mereka, keturunan ditentukan oleh ibu, dan ibu orang Arab dianggap sebagai budak.
Setelah Inggris dan Sekutu mengalahkan Kesultanan Utsmaniyah dalam Perang Dunia I, ambisi negara-negara Islam dan Arab mulai muncul. Yordania menginginkan wilayah yang lebih luas, sementara Mesir ingin memimpin dunia Islam. Dalam janji Inggris, ada harapan agar orang Arab dan Yahudi dapat hidup berdampingan di Palestina. Namun, setelah Inggris meninggalkan wilayah tersebut, kedua pihak mulai bertikai hingga terjadi perang.
Pada tahun 1948, orang Arab kalah dalam perang dan diusir dari Palestina, meskipun pada saat itu mayoritas penduduk Palestina adalah orang Arab, dengan orang Yahudi hanya sekitar 5 persen dari total populasi. Israel belum ada pada waktu itu. Kini, Israel memiliki populasi sekitar 10 juta, yang kuat berkat dukungan dari Amerika dan Inggris.
Pada perang Oktober 1973, yang dikenal sebagai Perang Ramadan di Mesir, ketika pertahanan Israel hampir runtuh, pimpinan Angkatan Darat Mesir ingin merebut Yerusalem. Namun, Presiden Anwar Sadat menolak, dengan alasan bahwa Mesir tidak mampu melawan Amerika Serikat.
Tidak semua orang Yahudi dianggap jahat. Secara umum, orang Yahudi dibagi menjadi dua kelompok: yang baik dan yang buruk. Kelompok yang buruk adalah Zionis, yang saat ini berkuasa di Israel. Banyak orang Yahudi di Israel dan di Amerika yang menentang kebijakan Zionis ini, dengan protes yang mengecam tindakan yang melanggar kemanusiaan, seperti pembunuhan anak-anak dan pengeboman rumah sakit. Jadi, yang dianggap jahat adalah Zionis, kelompok yang memegang kekuasaan di Israel.
Saat ini, Israel menguasai wilayah yang direbutnya selama konflik dengan negara-negara Arab, termasuk Tepi Barat, Jalur Gaza, dan sebagian Yerusalem Timur. Hal ini memicu konflik yang berlangsung lama mengenai pemukiman Israel di wilayah-wilayah tersebut. Ratusan ribu orang Palestina terpaksa menjadi pengungsi, tinggal di berbagai negara dan kamp pengungsian. Sementara itu, sekitar 2 juta warga Palestina terperangkap dalam kondisi seperti penjara terbuka di Jalur Gaza dan Tepi Barat, dengan akses terbatas terhadap kebutuhan dasar seperti sandang, pangan, dan pendidikan. Hak-hak dasar mereka sering kali dirampas oleh rezim Zionis Israel.
Di Palestina terdapat banyak organisasi. Pada tahun 1964, terbentuklah PLO (Organisasi Pembebasan Palestina), yang awalnya bersedia untuk berdamai dan menerima keputusan PBB yang mencakup dua negara, Israel dan Palestina. Namun, Israel menolak kesepakatan tersebut dan terus memperluas wilayahnya, termasuk dengan mengambil Dataran Tinggi Golan.
Selain PLO, ada juga organisasi Palestina lain, yaitu Hamas, yang tidak bergabung dengan PLO dan dipengaruhi oleh Ikhwanul Muslimin. Hamas lebih menentang solusi dua negara dan tidak setuju dengan perjanjian perdamaian. Hamas berpendapat bahwa mereka tidak bisa menerima pembagian wilayah, karena banyak keluarga Palestina yang terpaksa diusir. Mereka merasa bahwa Israel menyarankan agar orang Palestina tinggal di negara-negara Arab lain, yang memperburuk situasi mereka sebagai pengungsi.
Ketika Israel menduduki Gaza, mereka menawarkan pengungsi Palestina untuk pindah ke Mesir atau Rafah, namun Mesir menolaknya. Jika Mesir menerima, orang-orang Palestina akan menjadi pengungsi yang semakin membuat Israel lebih mudah menguasai wilayahnya tanpa gangguan. Itulah inti dari masalah ini. (Nu.or.id/UMSB/I-2)
CALON wali kota New York City, AS, dari Partai Demokrat, Zohran Mamdani, dicecar lebih dari 100 eksekutif dalam acara yang digelar Partnership for New York City.
SEORANG profesor terkemuka dalam studi Holocaust dan genosida menyebut perang Israel di Jalur Gaza, Palestina, sebagai kasus genosida yang tak terelakkan.
PARA pemimpin gereja di Kota Taibeh, Tepi Barat, Palestina, menyerukan bantuan komunitas global untuk menghentikan gelombang kekerasan dari para pemukim Yahudi.
MENTERI Keamanan Nasional Israel Itamar Ben-Gvir mengizinkan para pemukim ilegal untuk bernyanyi dan menari dengan bebas selama kunjungan mereka ke kompleks Masjid Al-Aqsa.
KETUA PP Muhammadiyah Anwar abbas mengaku tidak terkejut dengan niat Israel yang ingin mendirikan Negara Yahudi Israel di Tepi Barat. Israel dinilai bisa menjadi negara penjajah
MENTERI Warisan Israel Amichai Eliyahu menyerukan pengeboman gudang makanan Jalur Gaza dan membuat warga Palestina kelaparan.
MENEMUKAN kembali identitas Indonesia, demikian ide penulisan sejarah yang diusung oleh Kementerian Kebudayaan dengan melibatkan 113 sejarawan dan arkeolog.
ANGGA Dwimas Sasongko bersama Visinema Pictures meneruskan ambisinya untuk menggarap film epik tentang Pangeran Diponegoro berjudul Perang Jawa.
PENGENALAN dan pemahaman atas sejarah dan objek bersejarah serta aturannya selayaknya diketahui masyarakat Depok, terutama para pelajar dan guru sejarahnya sebagai stakeholders.
PENELITI senior BRIN Lili Romli menyayangkan pernyataan Menteri Kebudayaan Fadli Zon tentang tidak adanya bukti yang kuat terjadinya pemerkosaan massal pada Mei 1998.
Menurutnya, pengingkaran terhadap peristiwa tersebut adalah bentuk penghapusan jejak sejarah Indonesia.
Proyek penyusunan ulang sejarah Indonesia ini sangat problematik dan potensial digunakan oleh rezim penguasa untuk merekayasa dan membelokkan sejarah sesuai dengan kepentingan rezim.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved