Headline
Koruptor mestinya dihukum seberat-beratnya.
Transisi lingkungan, transisi perilaku, dan transisi teknologi memudahkan orang berperilaku yang berisiko.
SAAT itu masih pagi. Zelda Montes berjalan cepat di udara New York yang segar saat mereka menuju kantor pusat Google di 9th Avenue, Manhattan, Amerika Serikat.
Montes, yang mengidentifikasi dirinya sebagai mereka, meraba-raba kartu identitas mereka di pintu masuk. Ia menyatu dengan arus karyawan Google yang terus menerus melewati pembatas keamanan seolah-olah hari itu ialah hari biasa di kantor.
Bertatap mata dengan dua orang lain, ia mendapat sinyal bahwa keadaan sudah aman, menuju pintu masuk, dan duduk. Ketiga karyawan Google itu membentangkan spanduk dan mulai meneriakkan tuntutan agar Google melakukan satu hal yaitu menghentikan Proyek Nimbus.
Baca juga : Meski Ditolak, AS Tetap Pasok Bantuan Militer ke Israel
Namun, ini akan menjadi terakhir kali mereka duduk di dalam kantor Google di New York sebagai karyawan Google alias Googlers. Demikian Google sendiri menyebut karyawannya sendiri.
"Dipecat terasa seperti kemungkinan tetapi tidak pernah menjadi kenyataan," kata Montes, salah satu dari 50 karyawan yang dipecat oleh Google karena melakukan aksi duduk selama 10 jam di salah satu kantornya di Amerika pada April.
Selama tiga tahun terakhir, Montes telah menjadi salah satu dari beberapa aktivis yang menyerukan agar Google menghentikan Project Nimbus, kemitraan yang dimiliki Google dan Amazon dengan pemerintah Israel yang dilaporkan bernilai US$1,2 miliar.
Baca juga : Saat Genosida Gaza, AS Setujui Penjualan Alat Militer ke Israel
Kemitraan tersebut, yang berfokus pada komputasi awan, menyediakan layanan untuk berbagai cabang pemerintah Israel, termasuk kementerian pertahanan dan militer.
Google, yang belum menanggapi pertanyaan yang dikirim oleh Middle East Eye (MEE) sebelum artikel ini dipublikasikan, menegaskan dalam pernyataan sebelumnya bahwa Nimbus tidak ditujukan pada beban kerja yang sangat sensitif, rahasia, atau militer yang relevan dengan persenjataan atau badan intelijen.
Bekerja secara rahasia, beberapa Googler--dulu dan sekarang dari seluruh dunia--secara aktif mencoba mengorganisasi pekerja untuk menekan perusahaan agar menghentikan Nimbus dan mengungkapkan sejauh mana keterlibatannya dengan tentara Israel.
Middle East Eye telah berbicara dengan Googler yang bekerja di kantor raksasa teknologi tersebut di AS dan beberapa bagian Eropa. (Z-2)
Dikutip dari Daily Mail gejala khas dari varian Nimbus ditandai dengan rasa sakit yang tajam dan menusuk saat menelan, seringkali di bagian belakang tenggorokan.
PELAPOR Khusus PBB untuk wilayah pendudukan Palestina, Francesca Albanese, menghadapi pembatalan mendadak saat dijadwalkan menyampaikan pidato publik di Bern, Swiss.
Eskalasi antara Iran dan Israel bukan hanya soal dua negara, tetapi juga cermin dari pembentukan ulang koalisi strategis di Timur Tengah dan perubahan tatanan global.
Pelapor Khusus PBB, Francesca Albanese, dalam laporannya menyebut sedikitnya 48 perusahaan yang diduga membantu operasi militer dan sistem pendudukan Israel.
KEMENTERIAN Luar Negeri (Kemenlu) Indonesia menyampaikan belasungkawa mendalam atas wafatnya dr. Marwan Al Sultan, Direktur Rumah Sakit Indonesia di Gaza.
DIREKTUR Rumah Sakit Indonesia di Jalur Gaza, Palestina, dr. Marwan Al Sultan, meninggal dunia bersama istri dan anak-anaknya dalam serangan udara Israel.
KELOMPOK Hamas sedang berkonsultasi untuk membahas proposal gencatan senjata di Gaza yang diajukan oleh para mediator.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved